Terletak di pusat ibu kota Bosnia dan Herzegovina, berdiri gagah Istiklal Dzamija yang merupakan hadiah dari pemerintah Indonesia. Istiklal Dzamija atau Masjid Istiklal adalah sebuah masjid di Sarajevo yang pembangunannya diprakarsai oleh Presiden RI, Soeharto.
Masjid Istiklal Sarajevo juga dikenal sebagai Masjid Indonesia atau Masjid Soeharto. Namanya memang sama persis dengan Masjid Istiqlal yang ada di Jakarta. Hanya saja, masjid di Bosnia ini menggunakan huruf ‘k’, bukan ‘q’.
Meskipun berbeda satu huruf, Masjid Istiklal Sarajevo punya makna yang sama dengan Masjid Istiqlal di Jakarta. Kata ‘Istiqlal’ atau ‘Istiklal’ bermakna merdeka.
Soeharto dan Kepeduliannya pada Muslim Bosnia
Peperangan di Bosnia pada tahun 1992-1995 mendorong Gerakan Non-Blok (GNB) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk melakukan diplomasi demi mencari solusi damai.
Indonesia yang saat itu menjadi ketua Gerakan Non-Blok (GNB) bergerak lebih ‘ekstrem’. Presiden Soeharto dengan berani memutuskan untuk melawat langsung ke Bosnia, padahal situasi di sana sedang kacau.
Suasana semakin menegang saat pesawat milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ditembak jatuh di Bosnia pada 11 Maret 1995. Tragedi ini terjadi hanya dua hari sebelum rombongan Soeharto tiba di Bosnia.
Dalam buku Presiden ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita yang dirangkum oleh soehartolibrary.id, 22 delegasi Indonesia tiba di Sarajevo dengan pesawat milik PBB pada 13 Maret 1995. Kunjungan Soeharto ke negara yang tengah berperang itu tentu membawa kekhawatiran besar, termasuk dari PBB.
Seluruh rombongan bahkan harus memakai jaket antipeluru. Tak hanya itu, semua orang juga wajib mengisi formulir yang menyatakan bahwa UNPROFOR—misi PBB untuk perdamaian di Bosnia selama perang—tidak bertanggungjawab semisal terjadi hal-hal yang luar biasa. Aksi berani Soeharto ini mendapatkan pujian dari Direktur Informasi UNPROFOR, Michael Williarrt.
Walaupun ada di pertaruhan antara hidup dan mati, Soeharto tetap tenang. Ia melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Bosnia selama beberapa jam.
Bahkan, di tengah kondisi Sarajevo yang tak kondusif karena masih ditembaki oleh pasukan Serbia, Soeharto menyempatkan diri untuk berkeliling di kota tersebut. Menariknya, saat Soeharto berkeliling, tiada terdengar satu pun tembakan peluru di Sarajevo.
Dalam pertemuannya dengan Presiden Bosnia itulah Soeharto menginisiasi pembangunan Masjid Istiklal. Ia melihat bagaimana penderitaan masyarakat Muslim Bosnia dan menyatakan keinginannya untuk memberikan hadiah kepada mereka lewat pembangunan Masjid Istiklal.
Masjid Istiklal Sarajevo, Hadiah Indonesia untuk Bosnia

Masjid Istiklal Sarajevo, hadiah pemerintah Indonesia untuk Bosnia | https://medzlis-sarajevo.ba/
Menyadur dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sarajevo, Masjid Istiklal Sarajevo dibangun di atas tanah seluas 2.800 m2. Masjid itu berukuran 28x30 m dan punya kubah berdiameter 27 m dengan tinggi 27 m.
Uniknya, ada dua menara kembar yang diasosiasikan sebagai simbol persahabatan Indonesia dan Bosnia. Dikatakan bahwa pembangunan masjid ini menghabiskan dana hingga US$2,7 juta.
Konsep pembangunannya pun dirancang oleh arsitek lokal Indonesia. Adalah Ir. Ahmad Noe’man, si ‘Arsitek Seribu Masjid’ kebanggaan Indonesia yang juga pernah mengarsiteki banyak masjid populer di Indonesia, salah satunya Masjid Salman di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Desainnya menunjukkan interpretasi arsitektur Islam postmodern dari perspektif Indonesia. Tampak sederhana dan modern di saat yang bersamaan.
Masjid Istiklal Sarajevo juga merupakan salah satu masjid terbesar di kota itu. Bahkan, masjid ini juga menjadi ikon khas Sarajevo.
Melalui laman resmi Masjid Istiklal Sarajevo, peletakan batu pertama masjid dilakukan pada tahun 1997. Pembangunan fisiknya dimulai pada 1999 dan diresmikan tahun 2001.
Sebelum pembangunannya selesai, Presiden ke-3 RI BJ Habibie, ikut menyumbangkan mimbar dan berbagai ornamen dari kayu jati. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Agama Indonesia, Said Aqil Husin al-Munawar pada September 2001.
Peresmian Masjid Istiklal Sarajevo saat itu disambut rakyat Bosnia dengan kebahagiaan. Bagaimana tidak, selama periode perang, entah berapa banyak masjid yang hancur berkeping-keping, menyisakan trauma dan kesedihan yang mendalam.
Sampai saat ini, Masjid Istiklal Sarajevo selalu ramai. Umat Islam Bosnia di Sarajevo melaksanakan salat lima waktu, salat Jumat, sampai salat tarawih di sana. Tak hanya itu, masjid juga dipakai untuk pembelajaran Islam bagi anak-anak.
Seperti masjid-masjid lainnya, Masjid Istiklal Sarajevo juga digunakan untuk melaksanaan pernikahan sesuai syariat Islam oleh pengantin Muslim di Bosnia. Sebagai masjid sentral di kawasan Sarajevo, masjid tersebut menjadi lokasi utama penyelenggarakan program-program dan acara resmi Dewan Islam Bosnia dan Herzegovina.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News