Kawan GNFI tahu, gak, sih, setiap makanan yang sudah tersaji berpotensi menyumbang sampah sisa makanan? Setiap hari, Kawan menghasilkan sampah makanan yang sebagian mungkin masih layak dikonsumsi. Sampah makanan setiap tahun makin menumpuk, tapi kesadaran untuk mengelolanya dengan bijak masih sangat minim.
Faktanya hampir semua sampah dibuang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa adanya pemilahan. Banyak makanan yang masih bisa disalurkan, diolah, atau dimanfaatkan kembali, tetapi ironisnya berakhir di TPA tanpa nilai guna.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) sebanyak 40% sampah Indonesia merupakan sisa makanan, sisanya sebanyak 18% sampah plastik, 14% kayu dan ranting, 11% kertas dan karton, serta 7% jenis lain. Dilansir dari Foodbank of Indonesia sampah makanan berasal dari restoran, hotel, usaha katering, perusahaan, dan rumah tangga.
Data dari Economic Intelligence Unit yang dipaparkan oleh Kevin Gani dalam sesi webinar bersama GNFI pada Jumat (26/09/2025) menyatakan, “Indonesia adalah negara terbesar kedua penyumbang sisa makanan di antara negara-negara G20, setiap satu orang mampu memproduksi sampah makanan sebanyak 300 kg per tahun”.
Di sisi lain, masih terdapat 19,4 juta masyarakat Indonesia yang kelaparan dan berjuang untuk mendapatkan makanan setiap harinya. Hal tersebut menjadikan persoalan sampah sisa makanan bukanlah sesuatu yang remeh, diperlukan langkah preventif untuk mengatasi persoalan ini.
Berdasarkan data dari United Nations Environment Pogramme (UNEP) dalam laporan Food Waste Index Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah sampah sisa makanan terbesar di Asia Tenggara. Sumber pangan Indonesia melimpah, hal ini pula yang menimbulkan potensi banyaknya sampah makanan.
Permasalahan sampah makanan, jika tidak ditangani dengan bijak dapat menimbulkan kerugian ekonomi setara dengan 4–5 % GDP Indonesia, kerugian lingkungan berupa peningkatan gas metana yang 23x lebih berbahaya daripada karbondioksida yang turut berkontribusi mempercepat perubahan iklim, serta kerugian sosial karena makanan yang masih layak dikonsumsi tidak salurkan pada yang pihak-pihak yang membutuhkan.
Garda Pangan hadir sebagai agen perubahan untuk membantu mengatasi sampah sisa makanan dan mendukung kesetaraan akses pangan. Garda Pangan menyalurkan makanan dari pelaku bisnis, industri, hotel, acara besar, dan sebagainya yang masih layak dikonsumsi. Selain itu, Garda Pangan juga membantu panen sayur petani dan memastikan sayuran yang tidak layak jual dapat dimanfaatkan dengan disalurkan ke pihak-pihak yang membutuhkan maupun dijadikan pupuk kompos.
Lantas, pernahkah Kawan GNFI menyadari bahwa sampah makanan sebenarnya sangat dekat di kehidupan sehari-hari? Di setiap sisa makanan yang dibuang, ada orang lain yang berjuang menanam dan merawatnya sebelum sampai di meja makan.
“Ketika ada satu piring nasi yang harganya Rp5.000, itu kerugian ekonominya nggak semata Rp5.000 itu. Kita bisa tarik lebih jauh dari satu piring nasi yang harganya lima ribu itu ada pupuk, ada bibit, ada keringat petani yang terbuang sia-sia,” ujar Kevin.
Sampah makanan bukan sekadar sisa makanan di piring yang dibuang, tetapi terdapat kerugian tersembunyi di baliknya. Jadi, membuang makanan berarti membuang sumber daya, tenaga, dan harapan banyak orang yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi pangan.
Atas kontribusi dan kepeduliannya, Kevin Gani mendapatkan penghargaan anugerah 15th SATU Indonesia Awards 2024 di Bidang Lingkungan. Penghargaan tersebut diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi dan upayanya dalam menangani sampah sisa makanan serta mendorong kesadaran publik mengenai pentingnya menangani sampah makanan untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Indonesia sangat membutuhkan lebih banyak orang yang peduli dan aktif mengambil peran dalam menangani isu sampah makanan, termasuk Kawan GNFI sebagai bagian penting dari perubahan ini. Jadi, mari bersama-sama dukung gerakan peduli sampah makanan demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Maka dari itu, Garda Pangan berupaya membangun kesadaran sosial melalui kampanye kepedulian sampah makanan dan advokasi kebijakan limbah makanan. Hal-hal yang dapat Kawan GNFI lakukan untuk mengurangi sampah makanan yakni mulai dari langkah kecil mengurangi sumber sampah makanan, membagikan makanan kepada orang lain, serta dapat mengolahnya menjadi pakan hewan dan pupuk kompos sebelum menyerahkannya ke TPA.
Ketahanan pangan, sampah aman. Satu langkah kecil dampak besar!
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News