Pantai Merah Putih merupakan salah satu pantai yang ada di daerah Namlea, Pulau Buru. Ada sebuah cerita rakyat dari Maluku yang menceritakan tentang legenda asal usul nama Pantai Merah Putih yang ada di Buru tersebut.
Asal usul nama pantai ini berkaitan dengan pertempuran yang pernah terjadi di masa lalu. Lantas bagaimana cerita lengkap dari legenda asal usul nama Pantai Merah Putih tersebut?
Legenda Asal Usul Nama Pantai Merah Putih di Buru, Cerita Rakyat dari Maluku
Dinukil dari artikel Ahmad, "Sebab Bernama Pantai Merah Putih" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Buru, pada zaman dahulu di daerah Namlea, Pulau Buru pernah terjadi sebuah pertempuran dahsyat. Pertempuran ini terjadi antara pejuang kemerdekaan dengan pasukan penjajah.
Meskipun kemerdekaan Indonesia sudah dikabarkan di Jakarta, berita ini masih belum sampai ke Buru pada waktu itu. Terlebih masih banyak pasukan Belanda yang berada di pertempuran tersebut.
Dua pertempuran sempat terjadi pada momen ini. Dari kedua pertempuran itu, banyak pasukan Belanda yang tewas dalam medan peperangan.
Meskipun demikian, pasukan Belanda masih berhasil menduduki markasnya. Hal ini membuat perjuangan para pejuang dalam meraih kemerdekaan masih belum usai.
Pada suatu hari, tersiar kabar bahwa kapal-kapal Belanda tengah menuju Pulau Buru. Kapal-kapal ini mengangkut pasukan yang akan membantu para tentara Belanda yang berperang di Pulau Buru.
Mengetahui hal ini, para pejuang kemudian mengadakan rapat di Kampung Nametek. Para pejuang menyusun strategi untuk menyerbu markas pihak penjajah.
Pada awalnya, para pasukan sempat ragu untuk menjalankan serangan tersebut. Terlebih persenjataan mereka tidak secanggih yang dimiliki oleh pasukan Belanda.
Namun komandan pasukan berhasil membakar semangat juang para pejuang. Sang komandan berkata bahwa jiwa para leluhur akan selalu menyertai mereka dalam mempertahankan tanah yang dimiliki.
Selain itu, terdengar bunyi cicak sebanyak tiga kali di ruang rapat. Hal ini makin membangkitkan semangat pejuang karena bunyi cicak dipercaya bisa mendatangkan hal baik bagi mereka.
Komandan kemudian memberi nama pasukan ini sebagai Pasukan Merah Putih. Mereka semua bersepakat untuk melancarkan serangan keesokan harinya.
Pada saat pagi tiba, para pejuang sudah berjaga di pesisir pantai Namlea. Benar saja, kapal-kapal pasukan Belanda terlihat sudah mulai berdatangan ke Pulau Buru.
Sang komandan kemudian memberi aba-aba untuk melancarkan serangan. Para pejuang langsung membabi buta menyerang ke arah pasukan Belanda.
Tentara Belanda yang tidak siap dengan serangan ini menjadi kewalahan. Banyak tentara Belanda yang berhasil dikalahkan oleh para pejuang.
Namun banyak juga korban yang berjatuhan di pihak pejuang. Darah dari para pejuang bercucuran dan membuat air di pantai Namlea menjadi merah.
Ketika pertempuran sedang pecah di pesisir, sang komandan melihat momen ini sebagai kesempatan untuk menyerang markas Belanda. Dengan pasukan yang ada, sang komandan melancarkan serangan menuju markas Belanda.
Para tentara Belanda yang tersisa di markas berhasil dikalahkan dengan mudah. Sang komandan kemudian menurunkan bendera Belanda yang ada di markas tersebut.
Dirinya kemudian merobek warna biru di bendera dan kembali mengibarkannya. Bendera merah putih akhirnya berhasil berkibar di Pulau Buru pada waktu itu.
Melihat bendera merah putih yang berkibar, para pasukan Belanda akhirnya mundur dari pertempuran. Sejak saat itu, masyarakat Pulau Buru berhasil memenangkan pertempuran dan meraih kemerdekaan yang seutuhnya.
Untuk mengenang peristiwa ini, masyarakat setempat kemudian menyebut pantai Namlea yang menjadi medan pertempuran dengan nama Pantai Merah Putih. Begitulah kisah legenda asal usul nama Pantai Merah Putih yang ada di Buru dan menjadi salah satu cerita rakyat dari Maluku.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News