refleksi historis psikologis hubungan praktik pesugihan dan uang melalui buku wali berandal tanah jawa - News | Good News From Indonesia 2025

Refleksi Historis-Psikologis Hubungan Praktik Pesugihan dan Uang dalam Buku Wali Berandal Tanah Jawa

Refleksi Historis-Psikologis Hubungan Praktik Pesugihan dan Uang dalam Buku Wali Berandal Tanah Jawa
images info

Refleksi Historis-Psikologis Hubungan Praktik Pesugihan dan Uang dalam Buku Wali Berandal Tanah Jawa


Pesugihan merupakan praktik persembahan yang diyakini bertujuan mendapatkan keinginan tertentu berupa barang berharga atau kekayaan kepada makhluk halus.

Praktik ini banyak dilakukan oleh orang-orang karena keyakinan mereka akan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk tersebut dalam mewujudkan keinginan pemohon. Bentuknya juga beragam, mulai dari ritual bacaan atau adanya intruksi khusus yang harus dilakukan.

Tulisan ini bukan bertujuan membedah cara dan praktik yang dilakukan dalam pesugihan, tapi bagaimana praktik ini bisa begitu kuat diyakini kebenarannya oleh sebagian orang dalam kebudayaan kita.

Hal ini agak ironi sebenarnya, sebab masyarakat kita mayoritas beragama Islam yang jelas-jelas melarang praktik seperti ini karena mengandung kesyikiran. Bagi yang tidak akrab dengan praktik seperti ini karena tak menjumpai dalam lingkungan sekitar mungkin berpandangan tabu dan sangsi.

Namun, kenyataannya masyarakat kita sudah sangat tak asing dengan pesugihan. Cukup menarik menggali bagaimana budaya ini tercipta dan menjadi bagian dari keyakinan mitologi masyarakat Indonesia.

Beberapa brandpesugihan yang sudah awam diketahui misalnya adalah babi ngepet, tuyul, dan pohon keramat. Rata-rata praktik ini melibatkan sebuah makhluk mitologi yang berperan sebagai aktor dalam rangkaian prosedurnya.

Makhluk ini yang dalam buku BanditSaints of Java (Wali Berandal Tanah Jawa) karangan George Quinn merupakan representasi dari kenekatan manusia jika menyangkut uang. Melalui refleksi historis-psikologis Quinn menjelaskan alur terbentuknya kebudayaan ini.

Pada zaman kolonial uang adalah komoditas langka yang hanya dimiliki segelintir orang. Aliran uang hanya berputar diantara para pejabat tinggi kadipaten, pedagang, dan tentunya pemerintah kolonial.

Masyarakat pribumi biasa sangat jarang bersentuhan dengan uang. Mereka mendapatkan uang yang sangat sedikit nominalnya melalui pekerjaan kasar yang tampak, seperti bertani di ladang orang atau bekerja buruh di proyek.

Hampir tidak ada orang biasa yang memiliki uang dalam jumlah banyak, karena mustahil mendapatkannya dengan pekerjaan yang biasa mereka lakukan.

Saat ada orang biasa yang mendapatkan uang dalam jumlah banyak masyarakat kemudian menciptakan imajinasi tentang bagaimana mendapatkan uang tanpa pekerjaan kasar dan tampak seperti yang biasa mereka lakukan.

Cerita perjanjian seseorang dengan kekuatan gaib untuk mendapatkan uang dan kekayaan pada akhirnya semakin populer. Cerita ini menjadi semakin beragam dan liar bentuknya.

Ada yang mengisahkan untuk mendapatkan uang dengan jumlah sangat banyak seseorang harus mengorbankan sesuatu paling berharga miliknya. Pengorbanan ini misalnya penyerahan anggota keluarganya untuk dijadikan sebagai tumbal atau penyerahan harga dirinya sebagai manusia untuk ditukar dengan kekayaan. Cerita semacam ini yang pada akhirnya berkembang sebagai landasan kepercayaan dalam praktik pesugihan.

Landasan cerita ini sebenarnya bermuara kepada keputusasaan, ketidaktahuan, stigma buruk, dan keserakahan manusia terhadap uang yang mereka representasikan sebagai barang berbahaya yang bisa didapatkan melalui praktik terlarang.

Uang sejak dulu hingga sekarang sulit untuk dipahami proses logisnya oleh sebagian orang yang membuat orang menggantungkan pengetahuan tentang uang kepada hal-hal mistis dan gaib.

Selain cerita tentang asal muasal praktik pesugihan yang diyakini oleh sebagian masyarakat kita, George Quinn juga menjelaskan hubungan uang dengan kepercayaan mistis lainnya. Tentu kita sudah tidak asing dengan tuyul, makhluk tak kasat mata berukuran kecil yang dipelihara untuk “mengambil” harta milik orang lain.

Tuyul dalam penjelasan Quinn adalah gambaran tentang perilaku orang yang dewasa namun kerdil pertumbuhan emosionalnya karena hasrat mengejar kekayaan.

Masyarakat di daerah tertentu juga mempercayai objek seperti pohon tua dapat mendatangkan rezeki yang melimpah kepada mereka. Hal ini terjadi Desa Bero, salah satu desa di Klaten yang dilaporkan terdapat pohon besar keramat berusia ratusan tahun.

Pohon ini dijaga selayaknya pusaka sakral dengan dikelilingi oleh pagar dan dikunci dengan rapat. Saat momen tertentu orang yang memiliki hajat akan mengadakan acara persembahan dengan menghadiahi sang penunggu pohon berbagai persembahan yang sudah diatur sedemikian rupa menunya.

Praktik-praktik seperti ini menunjukkan uang dan status yang menyertainya menempati posisi khusus dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehingga selalu dikaitkan dengan praktik sakral yang diimani dengan penuh kepercayaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.