Ada sebuah cerita rakyat dari Maluku yang berkisah tentang burung pasang. Cerita rakyat ini berkisah tentang pembalasan sepasang induk burung pasang atas kematian anak-anaknya.
Berikut kisah lengkap dari cerita rakyat Maluku tersebut.
Kisah Burung Pasang, Cerita Rakyat dari Maluku
Dikutip dari artikel Marila Buton, "Balasan Burung Pasang" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Buru, dikisahkan pada zaman dahulu di bagian selatan Pulau Buru terdapat sebuah daerah yang bernama Negeri Simi. Di sana ada sebuah hutan yang dikenal dengan nama Hutan Ale.
Di Hutan Ale tersebut, hiduplah sepasang burung pasang. Mereka baru saja memiliki dua ekor anak yang menetas.
Sarang burung pasang ini berada di dahan pohon yang cukup tinggi. Terkadang kedua induk burung pasang ini meninggalkan anak-anak mereka ketika mencari makanan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pada suatu hari, ada sebuah keluarga yang masuk ke dalam Hutan Ale. Keluarga ini terdiri dari seorang bapak, ibu, dan anaknya.
Mereka masuk ke dalam Hutan Ale untuk mencari kayu bakar. Selain itu, mereka juga mencari beberapa sayuran dan buah-buahan yang sekiranya bisa diambil untuk mereka konsumsi di rumah nantinya.
Sesampainya di hutan, sang anak langsung membantu kedua orang tuanya dengan giat. Anak muda ini memang dikenal baik hati dan selalu membantu orang tuanya.
Ketika tengah hari tiba, keluarga kecil ini memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Mereka memakan perbekalan yang sudah dipersiapkan dari rumah sebelumnya.
Ketika sedang asik makan, anak muda ini tiba-tiba mendengar kicauan burung. Dia pun memanjat pohon dan mencari asal suara burung tersebut.
Ternyata dia menemukan sebuah sangkar burung di atas pohon tersebut. Dia melihat dua ekor burung pasang yang masih kecil.
Ketika melihat hal ini, dia berniat untuk mengambil kedua ekor anak burung pasang tersebut. Anak ini kemudian bertanya kepada ibunya apakah boleh melakukan hal tersebut.
Sang ibu tentu saja melarang hal tersebut. Anak ini turun kembali dan mengikuti perkataan sang ibu.
Namun dalam hati kecilnya, sang anak sebenarnya ingin mengambil anak burung pasang itu. Dia pun mencari kesempatan agar bisa membawa kedua anak burung tersebut pulang.
Ketika kedua orang tuanya tengah asik melanjutkan pekerjaan, sang anak diam-diam kembali memanjat pohon tersebut. Dia langsung mengambil kedua anak burung pasang tersebut dan menyembunyikannya agar tidak diketahui orang tuanya.
Sesampainya di rumah, dia memasukkan kedua anak burung tersebut ke dalam sangkar. Namun sayang, anak tersebut tidak merawat burung pasang itu dengan baik.
Kembali ke Hutan Ale, kedua induk burung pasang ini kembali ke sarangnya. Alangkah terkejutnya kedua induk burung pasang tersebut ketika tidak menemukan anak mereka.
Kedua induk burung tersebut kemudian berkeliling Hutan Ale. Namun setelah berhari-hari mencari, mereka tetap tidak berhasil menemukan anak-anaknya.
Akhirnya kedua induk burung pasang ini memberanikan diri untuk terbang ke perkampungan manusia yang tidak jauh dari Hutan Ale. Sesampainya di sana, mata mereka tertuju ke sebuah rumah.
Di sana mereka menemukan kedua anak-anaknya sudah mati terkapar di dalam sangkar. Kedua induk burung pasang tersebut menjadi murka melihat hal ini.
Kedua induk burung pasang ini langsung mengeluarkan racun kepada si anak yang tengah asik tidur di kamarnya. Setelah itu, mereka kembali terbang ke Hutan Ale.
Ketika bangun, si anak merasakan ada yang aneh di tubuhnya. Muncul benjolan di seluruh tubuh anak tersebut.
Kedua orang tuanya langsung membawa anak muda itu ke dukun yang ada di kampungnya. Sesampainya di sana, sang dukun berkata bahwa dia sudah terkena racun burung pasang.
Anak ini kemudian menyadari kesalahan yang sudah dia perbuat. Dia menyesali sudah mengambil kedua anak burung pasang tersebut dari sarangnya.
Begitulah kisah burung pasang yang menjadi salah satu cerita rakyat dari Maluku.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News