Di lereng Gunung Kelud, tepatnya di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, terhampar kebun nanas yang subur. Daerah ini telah lama dikenal sebagai pusat produksi nanas berkualitas, buahnya manis dan harum sehingga digemari hingga luar daerah. Setiap panen, jalan desa dipenuhi gerobak penuh buah yang baru dipetik.
Dari sinilah banyak warga tergerak untuk berinovasi. Karnia, salah satu penduduk Desa Ngancar, memulai usaha kecil dengan mengubah nanas yang hampir terbuang menjadi produk olahan. Awalnya ia mencoba membuat selai untuk keluarga, kemudian meracik dodol dan minuman berbahan nanas.
Pada 2025, Desa Ngancar terpilih sebagai salah satu penerima Program Desa Sejahtera Astra (DSA) sebuah inisiatif dari Astra International yang mendukung wirausaha berbasis potensi desa. Program ini tidak sekadar memberi bantuan dana, penduduk mendapatkan pelatihan, penguatan organisasi, akses modal, dan dukungan pemasaran. Tujuannya, membangun desa mandiri yang mampu mengelola hasil bumi menjadi produk bernilai tinggi.
Salah satu fokus DSA di Ngancar adalah mengembangkan produk nanas kering. Olahan ini dipilih karena memiliki daya simpan lama dan praktis dibawa sebagai oleh‑oleh. Selain itu, nanas kering memiliki pasar yang terus tumbuh, dari wisatawan yang melintasi Kediri hingga peluang ekspor. Kehadiran DSA memberikan kesempatan bagi petani untuk belajar teknik pengeringan modern, pengemasan yang menarik, serta strategi pemasaran daring.
Pemberdayaan yang Meningkatkan Kesejahteraan
Sebuah penelitian menunjukkan pendapatan petani nanas di Desa Sugihwaras meningkat setelah mengikuti pelatihan pengembangan wisata dan pengolahan berbasis nanas. Dampaknya, pola konsumsi bergeser kebutuhan pokok terpenuhi, sementara sebagian penghasilan dapat ditabung dan diinvestasikan kembali ke usaha. Temuan ini menegaskan bahwa pendampingan yang tepat mampu mengangkat taraf hidup dan mengubah komoditas melimpah menjadi sumber nilai tambah.
Dengan dukungan DSA, upaya pemberdayaan tersebut kini meliputi pelatihan digital marketing. Petani didorong untuk memanfaatkan media sosial dan marketplace agar produk nanas kering dikenal lebih luas. Selain itu, sinergi antara Astra, pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas lokal memastikan transfer teknologi berjalan efektif. Langkah‑langkah seperti standarisasi proses pengeringan, penggunaan kemasan ramah lingkungan, hingga penetapan label halal juga diupayakan untuk meningkatkan daya saing.
Transformasi Desa Ngancar menuju sentra nanas kering jelas bukan tanpa rintangan. Petani harus beradaptasi dengan teknologi pengeringan baru, menjaga kualitas produk, dan belajar tentang pemasaran digital. Namun, dukungan dari DSA membuka jalan bagi terwujudnya usaha bersama. Ketika kelompok tani, koperasi desa, dan pelaku UMKM bekerja sama, mereka memiliki kekuatan tawar yang lebih besar di pasar.
Di sisi lain, peluangnya sangat menjanjikan. Wisatawan yang berkunjung ke Gunung Kelud bisa membawa pulang nanas kering sebagai oleh‑oleh khas. Produk ini juga berpotensi menembus pasar nasional dan internasional berkat daya simpan yang lama. Jika konsumen makin sadar akan produk lokal berkualitas, nanas kering dari Ngancar dapat menjadi ikon baru Kabupaten Kediri.
Nanas yang tumbuh subur di Desa Ngancar telah membawa berkah bagi masyarakat. Kreativitas warga dalam mengolah buah menjadi produk olahan menginspirasi dukungan dari Program Desa Sejahtera Astra 2025. Dengan pendampingan menyeluruh, potensi nanas kering dibentuk menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Cerita sukses ini menunjukkan bahwa sinergi antara petani, perusahaan, pemerintah, dan pendamping dapat mengubah komoditas sederhana menjadi kekuatan ekonomi baru. Semoga upaya ini mendorong desa‑desa lain untuk memaksimalkan potensi lokal mereka dan memperkaya ragam produk unggulan Indonesia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News