Limbah sering kali dianggap sebagai sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak bernilai. Menurut KBBI, limbah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua limbah berdampak buruk, karena masih ada berbagai jenis limbah yang dapat dimanfaatkan.
Subang, Jawa Barat, dikenal sebagai Kota Nanas karena memiliki banyak perkebunan nanas. Sebagian besar penduduk di daerah ini bekerja sebagai petani nanas. Selama ini, limbah dari daun nanas sering dipandang sebagai sampah yang tidak berguna dan hanya berpotensi mencemari lingkungan. Namun, berkat inovasi dari Alan Sahroni, limbah ini telah diubah menjadi kain serat daun nanas yang berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Alan Sahroni merupakan sosok yang menginspirasi dan peduli terhadap isu lingkungan. Berawal dari kepeduliannya terhadap limbah daun nanas yang tidak dimanfaatkan dengan efektif, ia merintis ide untuk mendirikan sebuah usaha dengan memanfaatkan limbah tersebut. Dengan kerja kerasnya, pada tanggal 1 April 2013, usaha itu resmi berdiri dengan nama Alfiber.
Dikutip dari laman resmi Alfiber, daun nanas sering dianggap sebagai limbah dan hanya digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk. Setelah ditelusuri bahwa daun nanas bisa diolah lebih lanjut karena memiliki serat filamen yang kuat dan berkualitas. Serat ini adalah bahan baku utama yang bisa diubah menjadi berbagai produk tekstil bernilai tinggi.
Dengan mengolah limbah daun nanas, petani dapat menciptakan produk-produk inovatif, mulai dari benang, kain tenun, hingga beragam kerajinan tangan seperti tas, topi, dan hiasan. Proses ini tidak hanya mengurangi limbah pertanian, tetapi juga menambah nilai guna dan nilai ekonomi dari daun nanas itu sendiri. Hal ini dapat membuka sumber penghasilan baru bagi para petani dan masyarakat di sekitar kebun nanas, mengubah limbah menjadi kekayaan.
Menggunakan Mesin Dekortikator, Alfiber memproduksi serat daun nanas melalui beberapa tahapan. Prosesnya diawali dengan penimbangan dan penyortiran serat, diikuti oleh ekstraksi untuk memisahkan serat dari daun. Setelah itu, serat menjalani proses pembersihan dan pengeringan sebelum masuk ke tahap finishing untuk menghasilkan produk akhir.
1. Proses Penimbangan
Penimbangan daun nanas bertujuan untuk mengetahui jumlah produksi harian. Ini sangat membantu untuk mengukur seberapa banyak daun yang diproses oleh setiap mesin dalam sehari. Selanjutnya, menghitung hasil serat sebelum dan sesudah diproses, agar nantinya produsen bisa mengetahui berapa banyak serat yang dihasilkan dari jumlah daun tertentu. Terakhir, menilai kualitas bahan baku.
Proses penimbangan juga digunakan untuk mengevaluasi kualitas daun dari setiap daerah atau petani, sehingga produsen bisa mengetahui sumber daun nanas mana yang menghasilkan serat terbaik.
2. Penyortiran Daun Nanas
Kegiatan penyortiran daun nanas bertujuan untuk memisahkan daun yang tidak memenuhi kriteria produksi. Kriteria yang harus dipenuhi antara lain panjang minimal 60 cm, berasal dari tanaman yang sudah dipanen buahnya, serta daunnya tidak kering, busuk, atau patah.
Selain itu, penyortiran juga dilakukan untuk mengelompokkan daun berdasarkan panjangnya, yang akan mempermudah proses ekstraksi. Pengelompokan ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu daun panjang di atas 90 cm, daun sedang 75 - 90 cm, dan daun pendek: 60 - 75 cm.
3. Proses Ekstraksi Daun Nanas
Ekstraksi daun nanas adalah proses memisahkan serat dari daging daun menggunakan mesin dekortikator. Setelah daun disortir dan disusun sejajar, daun dimasukkan ke dalam mesin. Proses ini dilakukan dengan cara menarik-ulur setiap ujung daun secara bergantian hingga serat terpisah sepenuhnya dari daging daun.
4. Proses Pembersihan Serat
Pembersihan serat dilakukan melalui dua tahap, yaitu pengerokan dan pencucian. Proses pengerokan bertujuan untuk menghilangkan sisa daging daun yang masih menempel pada serat. Dalam pelaksanaannya, pengerokan menggunakan pisau tumpul (kape) agar tidak merusak atau memutus serat. Pada tahap ini, ujung-ujung serat juga dipotong dengan golok hingga rata. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap pencucian yang berfungsi untuk menghilangkan warna hijau pada serat, sehingga menghasilkan serat yang bersih, putih, dan berkualitas. Proses pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air mengalir maupun air yang berada di dalam wadah.
5. Proses Pengeringan Serat
Pengeringan serat dilakukan setelah serat dibersihkan. Proses ini dilakukan dengan menjemur serat daun nanas di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering, atau sampai kadar airnya di bawah 13%.
Lama waktu pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Jika cuaca cerah dan panas, pengeringan biasanya memakan waktu sekitar dua hari. Namun, saat musim hujan, proses ini bisa lebih lama, yaitu antara tiga hingga empat hari.
6. Proses Finishing
Setelah serat daun nanas benar-benar kering, proses finishing dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya. Tahap pertama adalah penyisiran menggunakan sisir kutu yang kuat untuk meluruskan serat dan menghilangkan sisa-sisa daging daun yang masih menempel.
Kemudian, dilakukan serangkaian pengecekan kualitas. Serat diperiksa kadar airnya menggunakan MC meter, lalu diperiksa dari kotoran (impurities), dan panjangnya diukur. Setelah semua kriteria terpenuhi, serat ditimbang per kilogram dan siap dipasarkan atau diolah menjadi berbagai produk akhir seperti tekstil, fashion, dekorasi rumah, maupun kerajinan.
Alfiber kini telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan juga menembus pasar internasional seperti Jepang, Malaysia, dan Jerman. Harga kain dari serat daun nanas ini bervariasi, disesuaikan dengan model yang dipilih. Seperti ukuran lebar 120 cm x panjang 200 cm, lebar 50 cm x panjang 200 cm, selendang serat daun nanas lebar 60 cm x panjang 180 cm, dll.

Sumber: Website Alfiber
Pada tahun 2019, Alan Sahroni berhasil meraih penghargaan sebagai Juara Satu Indonesia Award 2019 tingkat Provinsi Jawa Barat untuk kategori kewirausahaan. Prestasi ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa bagi Alfiber untuk menunjukkan potensi besar dari pengolahan serat daun nanas dan menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam mengembangkan usaha kreatif berbasis bahan lokal.
Usaha pengolahan daun nanas ini juga memberikan beberapa manfaat utama, antara lain: meningkatkan nilai tambah (value added), menciptakan produk baru (new product), memberikan tambahan penghasilan bagi petani nanas, menyerap tenaga kerja dan menciptakan peluang usaha baru.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News