ketidakpastian ekonomi dan ragam strategi survival mode para pekerja - News | Good News From Indonesia 2025

Ketidakpastian Ekonomi dan Ragam Strategi Survival Mode Para Pekerja

Ketidakpastian Ekonomi dan Ragam Strategi Survival Mode Para Pekerja
images info

Ketidakpastian Ekonomi dan Ragam Strategi Survival Mode Para Pekerja


Ketidakpastian ekonomi belakangan ini membuat dunia kerja terasa rentan. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di banyak sektor, mulai dari teknologi, ritel, hingga manufaktur.

Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan, terdapat 77.965 kasus PHK di Indonesia pada tahun 2024. Dalam kajian terbaru, analis Pusat Analisis Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Hartini Retnaningsih, memprediksi bahwa setidaknya 280 ribu pekerja berpotensi dirumahkan oleh 60 perusahaan tekstil pada tahun 2025.

Alasan terjadinya PHK pun beragam. Perusahaan melakukan efisiensi karena beban biaya meningkat, atau perubahan struktur organisasi yang membuat posisi tertentu dianggap tidak lagi relevan.

Perkembangan teknologi juga memberi pengaruh besar. Dengan hadirnya kecerdasan buatan dan otomatisasi, banyak pekerjaan rutin perlahan digantikan mesin.

Di tengah ketidakpastian kondisi pasar kerja, para pekerja tidak tinggal diam. Mereka melakukan berbagai cara untuk bertahan. Misalnya, hasil riset dari resumebuilder.com mengungkapkan, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh para pekerja di Amerika Serikat, di antaranya:

baca juga

Mengerjakan Tanggung Jawab di Luar Jobdesk

ResumeBuilder melakukan survei kepada 2.221 pekerja di Amerika Serikat. Hasilnya, banyak pekerja mengambil tanggung jawab di luar tugas utama. Hal ini dilakukan sebagai strategi untuk menyelamatkan posisi mereka.

Sebanyak 69% pekerja menambah beban kerja, sedangkan 62% pekerja menambah durasi waktu kerja mereka.

Pengambilan tanggung jawab tambahan ini pun beragam bentuknya. Ada yang mengambil proyek baru, mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawab rekan lain, hingga mengisi kekosongan jabatan sementara.

“Rasa takut kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan baru, mendorong banyak pekerja untuk bekerja lebih keras dengan mengambil tanggung jawab tambahan, bekerja lebih lama, dan melakukan apa pun untuk mempertahankan reputasi mereka," kata Stacie Haller, Resume Builder’s Chief Career Advisor.

Sayangnya, strategi ini cukup berisiko. Sebab, mengambil terlalu banyak tanggung jawab dapat menyebabkan burnout, menurunkan semangat kerja, hingga pada akhirnya mengurangi produktivitas.

Artinya, meski strategi ini dinilai efektif dalam jangka pendek, para pekerja dan manajemen perlu menyadari risiko yang mungkin timbul.

baca juga

Membangun Kedekatan dengan Pimpinan

Setengah dari responden mengatakan, para pekerja penuh waktu membangun kedekatan personal maupun profesional dengan pimpinan. Upaya ini bertujuan agar pimpinan melihat hal-hal lain yang dikerjakan karyawan sehingga berpengaruh terhadap keputusan yang akan diambil, termasuk PHK.

Pekerja menganggap hubungan baik dengan pimpinan sebagai buffer atau “perlindungan informal” terhadap pemutusan atau penilaian negatif. Pada akhirnya, kedekatan ini membuat pimpinan melihat usaha ekstra, memberi kepercayaan lebih, dan mempertimbangkan pekerja tersebut saat evaluasi kinerja atau keputusan restrukturisasi.

baca juga

Meningkatkan Keterampilan di Bidang AI

Dalam survei yang dilakukan Kahoot! ditemukan bahwa 46% pekerja takut keterampilan mereka bakal usang dalam lima tahun karena pengaruh AI. Mau tidak mau, kecerdasan buatan menjadi ancaman serius bagi pekerjaan yang cenderung repetitif, seperti administrasi maupun customer service.

Oleh karena itu, 37% pekerja di Amerika Serikat yang menjadi responden ResumeBuilder memutuskan untuk meningkatkan keterampilan di bidang AI atau otomatisasi.

Pekerja memahami bahwa menguasai AI dan teknologi menjadi salah satu cara agar keterampilannya tetap relevan. Dalam survei edX, sekitar 54% pekerja pun mengatakan AI-relatedskills sangat penting agar mereka tetap mampu bersaing dalam karier.

Para pekerja meningkatkan keterampilan dengan mempelajari Machine Learning (ML), Programming AI, prompt engineering, hingga penggunaan tools generatif AI.

baca juga

Strategi-Strategi Lain untuk Mempertahankan Pekerjaan

Selain strategi di atas, para pekerja juga melakukan cara lain untuk mempertahankan posisinya. Misalnya, 36% responden memilih lebih aktif dalam menghadiri acara kerja, 29% responden berusaha menonjolkan pencapaian mereka, dan 23% lainnya mengakui berusaha menyenangkan atasan (sucking up).

Partisipasi dalam acara kantor—seperti gathering, team building, atau pertemuan informal—dinilai sebagai salah satu cara untuk memperkuat social capital di tempat kerja oleh 36% responden. Keterlibatan dalam kegiatan sosial perusahaan dinilai mampu membangun persepsi positif tentang loyalitas dan komitmen karyawan.

Sementara itu, 29% responden lainnya menonjolkan prestasi atau yang biasa disebut sebagai self-promotion. Karyawan yang aktif menonjolkan pencapaian mereka cenderung mendapat penilaian kinerja lebih tinggi dibanding mereka yang pasif.

baca juga

Dalam iklim kerja, keterampilan visibility management ini tidak bisa dianggap remeh. Pekerja sadar bahwa bekerja keras saja tidak cukup, sehingga mereka harus memastikan kontribusinya diakui.

Di sisi lain, para pekerja lainnya melakukan strategi sucking up. Meski sering dipandang negatif, perilaku ingratiation—seperti memuji atasan atau menunjukkan kesetiaan ekstra—tetap menjadi strategi bertahan. Perilaku ini berfungsi sebagai mekanisme proteksi karena menciptakan kedekatan emosional dengan pimpinan.

Pada akhirnya, kedekatan itu dapat memengaruhi keputusan promosi atau pemutusan kerja.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.