tersesat di usia 25 quarter life crisis distres dan jalan keluar yang tak sama bagi semua orang - News | Good News From Indonesia 2025

Tersesat di Usia 25: Quarter Life Crisis, Distres, dan Jalan Keluar yang Tak Sama Bagi Semua Orang

Tersesat di Usia 25: Quarter Life Crisis, Distres, dan Jalan Keluar yang Tak Sama Bagi Semua Orang
images info

Tersesat di Usia 25: Quarter Life Crisis, Distres, dan Jalan Keluar yang Tak Sama Bagi Semua Orang


Tiap generasi punya masa krisisnya masing-masing. Pada usia 20-an hingga awal 30-an, yang terjadi adalah quarter-life crisis atau krisis seperempat abad. Fenomena ini bukan hanya tentang tak tahu arah hidup, tetapi perasaan yang lebih kompleks: cemas akan masa depan, karier, hubungan, hingga identitas diri.

Pada usia 25, banyak orang mendambakan hidup yang mulai tertata: karier berkembang, hubungan romantik stabil, hingga keuangan mulai mapan. Akan tetapi, pada kenyataannya, impian-impian itu tidak mudah digapai. Kita malah dipenuhi kecemasan, tekanan batin, dan rasa gagal.

baca juga

Apa Itu Quarter Life Crisis?

Quarter-life crisis adalah masa ketika seseorang merasa bingung, cemas, atau tidak yakin dengan jalan hidupnya. Sesuai namanya, fenomena ini biasanya dirasakan oleh sebagian besar orang antara usia 20 hingga 30 tahun.

Menurut Robinson et al. (2013), krisis ini dipicu oleh dorongan menjadi dewasa secara cepat: punya pekerjaan tetap, pasangan hidup, dan kestabilan finansial— yang ketiganya tidak selalu bisa diwujudkan dalam waktu singkat.

Ketika harapan-harapan ini tak kunjung tercapai, muncullah kegelisahan dan krisis identitas.

Yang membuat kondisi ini semakin berat adalah ketidakpastian. Ketidakpastian hidup dan ketimpangan antara harapan dengan kenyataanlah yang turut menyebabkan seseorang merasakan kecemasan secara berlebihan.

baca juga

Ketidakpastian dan Distres: Kombinasi yang Melelahkan

Dalam psikologi, ketidakmampuan menghadapi ketidakpastian disebut Intolerance of Uncertainty (IU). Ini adalah kondisi ketika seseorang tidak tahan atau sulit menerima hal-hal yang belum pasti.

Menurut Journal of Anxiety Disorders, IU membuat seseorang cenderung bereaksi negatif terhadap masa depan yang tidak jelas. Contohnya terus-menerus khawatir soal pekerjaan, takut hubungan tak berjalan sesuai harapan, atau merasa cemas karena belum punya rencana lima tahun ke depan.

IU punya hubungan erat dengan gangguan kecemasan, depresi, dan burnout. Jika dibiarkan, ketegangan mental ini bisa berkembang menjadi distres psikologis, suatu kondisi ketika seseorang merasa cemas, sedih, putus asa, atau lelah secara emosional.

Dalam konteks quarter-life crisis, distres ini bisa muncul lewat overthinking, kehilangan semangat, menarik diri dari lingkungan sosial, bahkan merasa gagal atau tertinggal dibanding orang lain.

baca juga

PGI: Jalan Keluar Bagi Mereka yang Siap Tumbuh

“Mereka yang memiliki keyakinan akan kemampuan mereka untuk mengendalikan emosi ketika mengalami tekanan psikologis dapat mengurangi tekanan dan meningkatkan kesejahteraan psikologis,” ungkap Balqis dalam penelitiannya berjudul “Krisis Seperempat Kehidupan: Inisiatif Pertumbuhan Pribadi sebagai Moderator Intoleransi Ketidakpastian dalam Tekanan Psikologi.”

Menurut Balqis (2023) tidak semua orang terpuruk dengan ketidakpastian. Ada juga yang bisa bertahan dan perlahan bangkit. Kuncinya ada pada sesuatu yang disebut Personal Growth Initiative (PGI) atau Inisiatif Pertumbuhan Pribadi.

PGI adalah kemampuan seseorang untuk secara sadar dan aktif mengembangkan dirinya. Bukan sekadar berharap keadaan membaik, tapi berani mengambil langkah kecil menuju perubahan.

baca juga

Individu dengan pola pikir berkembang akan lebih proaktif terhadap aspek-aspek penting pertumbuhan pribadi, seperti membangun motivasi, mengeksplorasi, dan mengevaluasi diri dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan.

Menurut Robitschek et al. (2012), PGI mencakup empat hal:

  1. Kesiapan untuk berubah
  2. Kemampuan membuat rencana perubahan
  3. Menggunakan sumber daya yang ada
  4. Merefleksikan proses yang sedang dijalani

Penelitian oleh Audita Izza Balqis dan tim dari Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa PGI dapat melemahkan pengaruh negatif IU terhadap distres psikologis. Artinya, ketika seseorang memiliki PGI yang tinggi, ia cenderung lebih tahan menghadapi ketidakpastian dan tekanan mental.

Sebaliknya, distres psikologis yang tinggi justru dapat menurunkan PGI. Oleh karena itu, menjaga kestabilan emosi menjadi langkah penting agar seseorang tetap bisa tumbuh dan beradaptasi.

baca juga

Jalan Keluar Itu Tidak Sama Bagi Semua Orang

Quarter-life crisis bukan penyakit, melainkan fase. Artinya, perasaan tersebut normal dirasakan oleh mayoritas orang.

Beberapa langkah sederhana yang bisa membantu mengatasi quarter-life crisis:

  1. Terima bahwa hidup tak selalu pasti
    Ketidakpastian bukan musuh. Ia ruang tumbuh.
  2. Rawat kesehatan mental secara aktif
    Konseling, journaling, atau curhat ke teman bisa jadi awal yang baik.
  3. Latih PGI dengan langkah kecil
    Belajar hal baru, membuat rencana mingguan, atau sekadar mengenali kekuatan diri bisa menjadi awal perubahan.

Seperti ditulis di Frontiers in Psychology (2017), menerima bahwa hidup itu tidak pasti justru membuka ruang untuk pertumbuhan yang lebih tulus dan bermakna.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.