Wenny Ira Reverawati atau biasa dipanggil Mbak Wenny, adalah sosok yang telah menginspirasi banyak perempuan, tepatnya di Desa Penyengat Olak melalui pemberdayaan terkait pengelolaan sampah. Sebelum membahas lebih jauh mengenai Bank Sampah Perempuan, Kawan akan membahas latar belakang saat Mba Wenny memutuskan untuk melakukan permberdayaan terhadap perempuan di Desa Penyengat Olak, Jambi.
Melalui Keresahan Menjadi Sekolah Bank Sampah Perempuan
Dikutip dari berjambi.com, Mbak Wenny lahir di Desa Pematang Kancil, Kabupaten Merangin dan saat ini telah menjadi akademisi di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi. Pada tanggal 11 Septemberr 2025, Kawan GNFI diberikan kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan Mbak Wenny melalui Whatsapp. Sekitar kurang lebih 30 menit berdiskusi mengenai pemberdayaan perempuan melalui kegiatan daur ulang sampah bersama Mbak Wenny, banyak hal yang tentunya menginspirasi bagi Kawan GNFI, salah satunya yaitu kepekaan dan inisiatif beliau terhadap lingkungan sekitar yang terjadi pada saat itu. Selama berdiskusi, Mbak Wenny mulai menceritakan kisahnya selama membangun program pemberdayaan di Desa Penyengat Olak. Mbak Wenny berfokus pada kajian isu gender, dimana hal ini merupakan salah satu pemantik beliau untuk mendirikan Bank Sampah Perempuan di Desa Penyengat Olak. Pada sekitar tahun 2015, Mbak Wenny melakukan projek kecil-kecilan di Desa Penyengat Loak tentang isu perempuan marjinal. Pada saat itu, Mba Wenny melihat minimnya partisipasi peremupan di Desa Penyengat Loak, hanya ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang turut andil dalam partisipasi desa. Kondisi tersebut dilihat oleh Mbak Wenny sebagai isu kesetaraan gender yang melihat bahwa perempuan kurang dilibatkan dalam hal-hal yang menyangkut program desa. Masih pada tahun yang sama yaitu 2015, akhirnya Mbak Wenny mengumpulkan para perempuan di Desa Penyengat Loak dan membuat Focus Grup Discussion (FGD) bersama perempuan-perempuan setempat untuk membuat Bank Sampah.
Kemudian, pada tahun 2016, mulai terbentuk komunitas perempuan dari hasil FGD di tahun sebelumnya yang berfokus pada pengelolaan sampah. Kemudian, Mbak Wenny juga menjadi inisiator Sekolah Bank Sampah Perempuan. Tujuan dibentuknya sekolah bank sampah ini berawal dari keresahan terhadap pengelolaan sampah yang kurang maksimal dan kurangnya kontribusi perempuan dalam program desa. Akhirnya, sekolah bank sampah ini diciptakan untuk menjadikan sampah yang memiliki nilai ekonomi dengan cara di daur ulang menjadi sebuah perhiasan. Sebelum mencapai tingkat menjadikan sampah sebagai nilai ekonomi, Mbak Wenny memberikan wawasan kepada partisipan Sekolah Bank Sampah Perempuan terkait pengelolaan sampah yang bijak sehingga dapat mencapai nilai ekonomi. Mengutip dari idntimes.com, Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak adalah wadah belajar yang tujuannya memberi pembekalan keterampilan kepada peserta atau partisipan. Sehingga dikemudian hari, akan tercipta komunitas perempuan yang dapat menyalurkan hobinya pada hal-hal yang kreatif, tentunya yang dapat memiliki nilai ekonomi.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2016 Sekolah Sampah Perempuan akhirnya menarik perhatian di beberapa pihak, khususnya pihak desa. Kemudian pemerintah desa melakukan penganggaran kebutuhan mereka dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berkat usaha komunitas perempuan, Mbak Wenny, dan dorongan dari pihak desa, pemerintah kabupaten hingga provinsi memberikan ruang untuk memperkenalkan produk hasil para komunitas perempuan ini dalam kegiatan pameran.
Meronce Aka Rupa
Dikutip dari liputan6.com, Meronce adalah sebuah istilah yang digunakan dalam membuat kerajinan dengan memasukan manik-manik ke benang. Di Desa Penyengat Olak sendiri, Meronce sudah menjadi bagian hal yang menyenangkan bagi para komunitas perempuan. Sekali lagi, berkat semangat dan kerja keras para perempuan di Desa Penyengat Olak dan dan dukungan dari berbagai pihak, menghantarkan Mbak Wenny menjadi penerima Penghargaan SATU Indonesia Awards (SIA) ASTRA pada tahun 2017. Tanpa disadari, Mbak Wenny juga telah menumbuhkan rasa semangat dan konsistensi pada perempuan-perempuan di Desa Penyengat Olak melalui Sekolah Bank Sampah Perempuan. Setelah itu, Mbak Wenny sudah tidak lagi untuk turun langsung ke lapangan dan hanya memberikan dukungan dari jauh.
Namun pada tahun 2025, Mbak Wenny kembali mengajak para perempuan untuk membuka ruang lebih luas lagi melalui platform digital, seperti Shopee dan Instagram sebagai media pemasaran. Aka Rupa, adalah nama yang dipilih sebagai branding untuk mengenalkan kerajinan-kerajinan tangan para perempuan Desa Penyengat Olak.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News