Bagaimana jika kawan memiliki permen yang paling manis di dunia, namun secara paksa dijilat oleh ayahmu sendiri. Sedih? Pasti. Tapi ini bukan kisah permenmu, kawan.
Ini kisah tentang Aisha, bocah berusia 7 tahun yang mengalami perilaku lucah berulang kali oleh ayah kandungnya sendiri. Nasib kegundahan Aisha tidak pernah usai sekalipun bercerita pada ibunya.
Sang ibu hanya menanggapi tanpa keseriusan terhadap perilaku asusila yang dilakukan suaminya sendiri. Lantas, harus kepada siapa Aisha berlindung? Lalu, bagaimana cerita Aisha dapat ditulis dan dibaca oleh kawan semua?
Syukurlah, ada ketulusan batin seseorang yang membantu Aisha dan korban lainnya untuk menghadapi kasus lucah. Ia bernama Hana Maulida, juru selamat yang mendampingi dan menyuarakan kisahnya.
Giat Kakakaman.id Menghadapi Kasus Lucah
Hana Maulida, perempuan berusia 31 tahun itu merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Perlindungan Anak Serang, Banten. Di luar sorotan karir, ada inisiatif besar yang melahirkan gerakan Kakakaman.id.
Kakakaman.id merupakan salah satu pionir gerakan pendidikan seksual di Indonesia dengan pendekatan yang interaktif dan menyenangkan terhadap anak yang dipelopori kak Hana.
Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat dari 31.947 kasus kekerasan, 45.9% diantaranya merupakan kekerasan seksual. Tapi apakah data itu valid? kak Hana mengerutkan dahinya.
Kacamata kak Hana menangkap bahwa kenyataan di lapangan jumlah kejahatan lucah, terkhusus yang terjadi pada anak lebih banyak dari perkiraan tersebut. Ini bukanlah sekedar argumen nirfondasi kak Hana.
Pantauan kak Hana mendapati sebagian besar masyarakat menganggap perkara lucah merupakan aib dan hal yang tabu untuk diceritakan. Masyarakat juga ragu membawa kasus itu ke atas meja hijau.
Kondisi semakin runyam disaat kak Hana turut menyayangkan jika keluarga terdekat hingga guru tampak ragu layaknya nahkoda tanpa kompas jika diarahkan untuk mengedukasi seksual kepada anak.
Maka dari itu, kak Hana bersama tim Kakakaman.id hadir menjadi teman bagi anak-anak seperti Aisha untuk melindungi, mengayomi, dan mendidik mereka dari bahaya perbuatan instrusi tersebut.
Modul, alat bantu, hingga berbagai metode ajar telah dipersiapkan gerakan sosial tersebut. Semuanya disusun dengan sederhana, murah, dan menyenangkan agar dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak hanya kak Hana dengan tim hebatnya saja.
Funfact, tidak semua anggota tim memiliki latar belakang seorang pendidik, termasuk Kak Hana sendiri. Sehingga ketidakmampuan kognitif bukan lagi hambatan untuk mengajari hal yang “katanya” tabu itu.
Gerakan yang dilakukan kak Hana ini bukan sekedar penugasan instansi, melainkan dorongan yang kuat dalam batin kak Hana dan tim Kakakaman.id untuk lebih aktif melawan perilaku nirempati tersebut.
Keberhasilan Edukasi Kakakaman.id
Hasilnya, tim yang dibentuk dua tahun lalu itu telah mengedukasi lebih dari 4.000 anak, ratusan guru dan orang tua, serta telah tersiar di puluhan daerah. Kak Hana berharap lebih banyak lagi anak yang dirangkul oleh ia dan tim hebatnya.
Harapan itu menuju nyata. Baru setahun berjalan, Kakakaman.id berhasil membawa kak Hana meraih penghargaan Astra SATU Indonesia bidang pendidikan pada 2024.
Untuk menabur inovasinya, kak Hana telah melakukan banyak kerjasama, baik dengan instansinya, organisasi masyarakat, berbagai komunitas, media, dan beberapa lembaga swasta agar program Kakakaman.id semakin penting untuk ditanam.
Kreativitas mengatasi keterbatasan kak Hana untuk menyelamatkan ribuan senyum anak Indonesia melalui Kakakaman.id. Tetapi, apa peran instansinya selama ini? Jawab nanti saja. Pastikan anakmu mendapat gizi yang cukup dahulu, Kawan GNFI.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News