Santi Setyaningsih, sosok muda asal Purbalingga, menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2024 kategori Kewirausahaan. Gadis kelahiran 8 Mei 1991 ini membuktikan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk mencetak prestasi dan membawa perubahan bagi sesama difabel. Sejak lama, ia dikenal sebagai penggerak inklusi yang menghadirkan ruang belajar, lapangan kerja, dan harapan baru bagi penyandang disabilitas, khususnya teman tuli.
Menginspirasi Lewat Kemandirian
Kawan GNFI, perjalanan Santi dimulai dari keberaniannya menerima keterbatasan. Santi mengalami hambatan indera pendengaran yang berdampak pada kelancaran berbicara. Meski begitu, ia memilih bersekolah di jalur reguler, mulai dari SDN I Nangkod hingga Madrasah Aliyah Negeri, tanpa menggunakan alat bantu dengar yang sebenarnya telah disediakan orang tuanya. Ia berusaha memahami lawan bicara dengan membaca gerak bibir, meski sering salah tangkap.
Kesadaran untuk memakai alat bantu dengar baru muncul saat ia kuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, jurusan Sosiologi. Pada semester pertama, nilai indeks prestasinya merosot karena kesulitan mengikuti materi.
“Akhirnya saya sadar, harus mengakui kekurangan dalam diri saya,” ungkap Santi, dikutip dari radarbanyumas.disway.id pada Senin (15/9/2025). Sejak itu, Santi mulai berani menggunakan alat bantu dengar dan lulus pada 2015.
Dari Blog ke Buku, dari Buku ke Aksi
Kecintaannya pada dunia literasi membuat Santi menuangkan pengalamannya dalam blog pribadi, lalu menerbitkan buku Aku Bangga Menjadi Tunarungu pada 2015. Buku itu tak sekadar catatan perjalanan, tetapi ajakan bagi keluarga dan penyandang tunarungu untuk berani hidup mandiri. Hasil penjualannya ia dedikasikan untuk membantu teman tuli yang kesulitan membeli alat bantu dengar.
Semangat itu terus berkembang ketika Santi aktif di berbagai organisasi, mulai dari komunitas penyandang disabilitas Purbalingga hingga Komunitas Seni Tuli Yogyakarta. Tahun 2017, ia mendirikan Creativeable Project Yogyakarta (CPY), sebuah usaha sosial yang memberdayakan difabel melalui program learning center, art management, dan micro enterprise. Produk kreatif seperti totebag dan clay pin lahir dari tangan-tangan teman tuli yang tergabung di sana.
Desa Sejahtera Astra Menginspirasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Melahirkan KUTILANG, Mewujudkan Lingkungan Inklusif
Pada 2018, Santi pindah ke Pekanbaru. Di sana, ia menemukan kesenjangan besar: akses layanan publik untuk teman tuli masih minim, bahkan juru bahasa isyarat belum tersedia. Bersama dua rekan, ia membentuk Komunitas Tuli Lancang Kuning (KUTILANG) pada 14 April 2019.
Melalui KUTILANG, teman tuli diajari Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) secara gratis. Komunitas ini juga melahirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) pertama di Riau. “Kami ingin teman tuli bisa berkembang dan masyarakat memahami kebutuhan mereka,” tutur Santi, dikutip dari radarbanyumas.disway.id.
Prestasi dan Apresiasi
Perjalanan Santi tentu tak lepas dari tantangan. Stigma sosial terhadap penyandang disabilitas masih kuat, begitu pula keterbatasan fasilitas bagi komunitas tuli. Namun, penghargaan yang ia raih mulai dari SCTV Awards 2018kategori Pemberdayaan UMKM, juara 3 Pemuda Pelopor Pendidikan Nasional 2020, hingga terpilih sebagai penerima Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2024 kategori Kewirausahaan menjadi pengingat bahwa kerja kerasnya memberi dampak nyata.
Membangun Masa Depan yang Setara
Kiprah Santi Setyaningsih menunjukkan bahwa dukungan dan kesempatan dapat membuka ruang besar bagi penyandang disabilitas untuk berkembang. Melalui buku, usaha sosial, dan komunitas, ia membuktikan bahwa keterbatasan bukan hambatan untuk membawa manfaat bagi masyarakat luas.
Semangatnya selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 8 (Pekerjaan Layak & Pertumbuhan Ekonomi). Santi mengajak kita semua, Kawan GNFI, untuk terus mewujudkan lingkungan yang inklusif, ramah, dan setara bagi siapa pun.
Sarasi Silvester Sinurat, Pejuang Restorasi dan Edukasi Hutan dari Kalimantan dari Ranu Welum Foundation
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News