Di sebuah lahan hijau berukuran 80 meter persegi di SMA Negeri 1 Driyorejo, Gresik, seorang siswa berseragam putih abu-abu tampak sibuk ‘bermain tanaman’. Kaca matanya yang berbingkai hitam itu sedikit melorot hingga tulang hidung. Ialah Dharma Sucipto yang sedang memanen umbi-umbian dan kacang-kacangan untuk diolahnya menjadi jajanan sehat.
Dari gerakan yang ia ‘tanam’ di tahun 2009, kesehatan masyarakat soal makanan bergizi semakin meningkat. Bagaikan pelita kecil di tengah derasnya arus jajanan instan. Penghargaan SATU Indonesia Awards 2012 menjadi salah satu puncak apresiasi dari aktivitas terpujinya. Siapakah Dharma?
Tantangan Mengubah Kebiasaan, Murah vs Sehat
Keprihatinan Dharma lahir dari hal yang dekat, lingkungan sekolah dan keluarga. Semasa duduk di bangku SMA, dirinya menyaksikan banyaknya jajanan di kantin atau pedagang sekitar yang menggunakan zat aditif, pewarna tak terverifikasi, MSG, bahkan kemasan sekali pakai yang tidak ramah lingkungan. Harganya memang relatif murah, tetapi efek jangka panjangnya mungkin tidak ‘semurah’ itu.
Elmi Sumarni Ismau dan GARAMIN NTT untuk SATU Indonesia Awards 2021, Perjuangkan Inklusi Disabilitas
Dharma mendapatkan ‘pengalaman berharga’ dari neneknya yang sakit diabetes. Menjadi titik refleksinya untuk lebih perhatian terhadap kesehatan dan apa yang ia konsumsi.
Beruntungnya, pemuda tersebut saat itu telah bergabung dengan ekstrakurikuler Go Green Smandry (GGS) di sekolahnya. Dari sini, dia mulai merancang konsep bukan hanya soal konsumsi sehat, tetapi produksi sehat.
Bersama teman-temannya yang lain, Dharma memanfaatkan bahan lokal dan alami, serta mengurangi penggunaan zat-kimia berbahaya.
Gerakan Small Farming Food Society jadi Ajakan di Sekolah-Sekolah Lain
Akhir 2009 menjadi momen penting. Dengan dukungan sekolah, Dharma dan teman-temannya mendapat akses ke lahan sekolah seluas kurang lebih 10 × 8 meter (sekitar 80m²) untuk ditanami umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Berkat tangan kreatif mereka, lahirlah beraneka jajanan sehat seperti pentol ketela, roti selai rosella, puding jagung, dan susu jagung.
Gerakan ini dinamakan Small Farming Food Society. Tujuannya jelas, selain menyediakan alternatif jajanan sehat bagi siswa di sekolah, juga membangkitkan kesadaran akan lingkungan, penggunaan plastik, pewarna, dan MSG.
Dari Lebah untuk Negeri: Helena Hia Tukan dan Rumadu Raih SATU Indonesia Awards 2021
Aktivitas tersebut bukan tidak mengalami hambatan. Kawan GNFI, mengubah kebiasaan yang sudah lama dinormalisasi itu tidaklah mudah. Siapa yang tidak tergiur dengan rasa, warna, kemasan, hingga harga yang murah di kantong? Padahal, jika dilihat dari sisi kesehatan, semua hal biasa di atas mempunyai pengaruh yang buruk untuk jangka panjang.
Maka dari itu, kegiatan Dharma tidak hanya pada pengelolaan jajanan sehat, melainkan juga mengedukasi siswa, orang tua, dan pengelola kantin soal gizi dan bahaya makanan instan.
Dharma dan Penghargaan SATU Indonesia Awards
Semua usaha itu akhirnya membawa hasil. Di tahun 2012, Dharma Sucipto terpilih sebagai penerima SATU Indonesia Awards untuk kategori lingkungan dengan fokus penggiat jajanan sehat.
Apresiasi tersebut diberikan kepada generasi muda yang dinilai memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dalam aspek pendidikan, lingkungan, kesehatan, kewirausahaan, dan teknologi.
Secara pribadi, Dharma berharap gerakan yang ia mulai beberapa tahun silam, akan terus menjadi aktivasi di sekolah-sekolah lainnya di Indonesia.
Gede Andika dan KREDIBALI, Gerakan Literasi dari Buleleng Menangkan SATU Indonesia Awards 2021
Mengapa Kisah Dharma Penting?
Selepas masa SMA, Dharma melanjutkan studi di bidang Teknologi Pertanian di Universitas Brawijaya, Malang. Ia sudah tumbuh dewasa, dengan pencapaian yang semakin tinggi.
Bersama teman-teman kuliahnya, Dharma mulai mengembangkan aktivitas positif lainnya seperti bank karbon, penanaman pohon obat keluarga, trembesi, hingga sengon laut di bantaran kali.
Kawan GNFI, cerita inspiratif Dharma Sucipto mengingatkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.
Ada lahan sekolah, menu jajanan, dan kelompok siswa yang peduli. Di tengah gempuran makanan yang fungsinya ‘hanya’ mengenyangkan, tetapi tidak menyehatkan, sosok seperti Dharma menjadi sangat krusial. Sekalipun ada tantangan dan keterbatasan, bukan berarti tidak bisa dilalui, Kawan!
Dalam sebuah postingan Instagram yang dibagikannya, Dharma menuliskan pesan singkat dengan gaya khas anak muda, “.. Jadi pemuda itu berperan, bukan baperan, mageran, apalagi twitteran.”
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News