ini kata pemuda global tentang semarang - News | Good News From Indonesia 2025

Ini Kata Pemuda Global tentang Semarang

Ini Kata Pemuda Global tentang Semarang
images info

Musim panas ini, AIESEC in Semarang kembali menjadi ruang perjumpaan lintas budaya ketika tiga anak muda internasional datang untuk mengajar, belajar, dan berbagi pengalaman lewat program Happy Bus 2025.

Namun, jauh melampaui kegiatan mengajar di ruang kelas, perjalanan mereka di Semarang berubah menjadi kisah penuh makna tentang keramahan, tantangan, dan pelajaran hidup yang membekas.

Bagi Shehryar dari Pakistan, langkah pertamanya di Semarang langsung disambut dengan kehangatan yang ia sebut tak terlupakan.

“Semua orang menyambut saya dengan senyum dan kepedulian. Mereka selalu memastikan saya nyaman, dan itu membuat saya merasa seperti di rumah,” katanya.

Sambutan itu membuat ia cepat akrab dengan suasana baru meskipun berada ribuan kilometer dari rumah. Umar dari Taiwan pun merasakan hal serupa. Ia masih ingat jelas bagaimana para Local Volunteer (LV) seperti Chesaa, Ali, dan Alvina membuka tangan mereka dengan tulus.

AIESEC in UIN Jakarta Hadiri Talkshow 2025 Guardians of Sustainability

“Itu membuat kesan pertama saya benar-benar istimewa,” ujarnya. Sementara itu, Xinqing dari Tiongkok menemukan dukungan penuh dari LV dan host family yang menemaninya hampir setiap saat.

Ia menambahkan, “Mereka membantu saya dalam segala hal, bahkan ketika saya jatuh sakit, mereka ada untuk saya. Itu membuat saya tidak pernah merasa sendirian.”

Pengalaman mengajar di sekolah-sekolah mitra menjadi bagian penting dari perjalanan ini, tetapi justru interaksi sederhana yang meninggalkan kesan paling mendalam. Xinqing misalnya, masih mengingat bagaimana siswa-siswanya sering datang saat jam istirahat untuk meminta tanda tangan atau memberikan hadiah kecil berupa gambar dan camilan.

“Ada seorang siswa yang bahkan sampai sekarang masih berhubungan dengan saya lewat WhatsApp,” kenangnya dengan bangga.

Umar punya cerita yang tak kalah menarik. Ia terkejut ketika salah satu muridnya yang baru berusia 14 tahun mengirim pesan di Instagram untuk bertanya tentang AIESEC dan bagaimana cara ikut program pertukaran.

“Melihat rasa ingin tahu sebesar itu pada usia muda membuat saya kagum. Itu pengalaman yang tak akan saya lupakan,” katanya.

Bagi Shehryar, momen berharga justru terjadi di luar kelas. Ia masih menyimpan kenangan akan perjalanan darat bersama teman-temannya ke Yogyakarta. Perjalanan itu adalah road trip pertamanya di luar negeri, dan baginya pengalaman itu terasa begitu istimewa. Tak hanya itu, keindahan alam Indonesia pun meninggalkan kesan mendalam.

“Negara ini benar-benar diberkati dengan pemandangan yang luar biasa,” sebutnya berbinar-binar. Umar pun merasakan hal serupa, meski dalam bentuk kejutan kecil: melihat menu cepat saji disajikan dengan nasi.

AIESEC Berkunjung ke Nestle Indonesia, Peringati Hari Pemuda Sedunia

“Itu hal yang tidak pernah saya lihat di negara lain, awalnya terasa aneh tapi akhirnya jadi lucu dan menarik,” tambahnya.

Namun, pengalaman lintas budaya tentu juga menghadirkan tantangan. Shehryar harus beradaptasi dengan makanan yang menurutnya terlalu pedas. Untungnya, para LV selalu membantu menemukan pilihan makanan yang lebih sesuai dengan lidahnya. Umar menghadapi tantangan dalam menavigasi transportasi lokal, terutama belajar cara memesan kendaraan secara mandiri.

“Untungnya, para buddy saya selalu siap membantu, bahkan menjemput saya ketika dibutuhkan,” ujarnya. Sementara itu, Xinqing menghadapi tantangan terbesar ketika harus masuk rumah sakit karena sebuah insiden.

Namun, berkat dukungan dari OC (Organizing Committee), LV, dan host family, ia mengaku tidak pernah merasa cemas. “Mereka ada untuk saya sepanjang waktu, dan itu membuat saya kuat,” katanya.

Dari tantangan-tantangan itu, lahir pelajaran berharga. Xinqing menyadari bahwa dirinya bisa lebih berani dan terbuka daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Umar belajar tentang kesabaran dan bagaimana menyesuaikan diri ketika orang-orang di sekitarnya memiliki cara berpikir yang berbeda.

“Ini mengajarkan saya untuk lebih fleksibel dan memahami bahwa setiap orang punya perspektif unik,” sebut Umar.

Sementara Shehryar merasa pengalaman hidup di luar zona nyaman memberinya kesempatan untuk menemukan sisi baru dari dirinya sendiri, sebuah proses refleksi yang menurutnya hanya bisa didapat dengan benar-benar terjun ke budaya lain.

Selain membawa pulang pelajaran untuk diri sendiri, mereka juga meninggalkan jejak bagi siswa dan komunitas di Semarang. Xinqing melihat murid-muridnya semakin tertarik pada budaya Tiongkok, bahkan mulai aktif bertanya lebih banyak tentang negaranya.

Shehryar merasakan antusiasme siswa yang luar biasa saat mencoba belajar bahasanya. Umar percaya bahwa kehadirannya telah menumbuhkan rasa ingin tahu baru di kalangan siswa.

“Saya berharap mereka termotivasi untuk selalu terbuka terhadap dunia dan berani menjelajahi hal-hal baru,” katanya.

Sebelum meninggalkan Semarang, ketiganya menitipkan pesan untuk generasi muda Indonesia. Xinqing mengingatkan pentingnya pendidikan dan keberanian untuk terbuka pada dunia.

“Kita bisa membuat perubahan jika benar-benar menginginkannya,” ujarnya. Shehryar menekankan bahwa rasa penasaran, pikiran terbuka, dan kebaikan hati akan selalu menjadi kunci untuk tumbuh.

Leadership in Action: Raihan Tunjukkan AIESEC Values lewat Mas Perjuangan FISIP Undip 2025

Umar menutup dengan pesan sederhana, tetapi kuat, “Jangan takut menghadapi tantangan. Semakin banyak orang yang kamu temui, semakin banyak hal yang bisa kamu pelajari. Ingatlah, jaringanmu adalah kekayaanmu.”

Bagi mereka, Semarang tidak hanya kota persinggahan, melainkan ruang belajar global. Tempat di mana keberanian diuji, persahabatan terjalin, dan masa depan dipandang dengan perspektif baru.

Melalui kisah mereka, AIESEC in Semarang kembali menunjukkan bahwa pertukaran budaya bukan sekadar berbagi perbedaan, tetapi tentang membangun pemahaman dan menemukan kesamaan sebagai manusia.

Penulis: Hibatullah Rizqie Suhan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.