Kawan GNFI, membaca buku kini bukan hanya sekadar cara mengisi waktu luang. Lebih dari itu, buku bisa menjadi sahabat terbaik dalam perjalanan pengembangan diri.
Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar judul-judul self improvement dari penulis luar negeri, padahal banyak penulis Indonesia yang juga melahirkan karya inspiratif dan berkualitas tinggi.
Berikut ini adalah rekomendasi beberapa buku self improvement yang tak hanya memotivasi, tapi juga relevan dengan keseharian pembaca. Siap-siap, mungkin salah satunya akan jadi buku favoritmu berikutnya!
1. Almost Adulting oleh Nadhira Afif
Kawan GNFI, jika kalian sedang berada di usia 20-an, buku Almost Adulting: Self-Help Approach to Deal with Quarter-Life Crisis wajib masuk daftar bacaan. Buku ini ditulis oleh Nadhira Afifa, yaitu seorang dokter dan ahli kesehatan masyarakat lulusan Universitas Indonesia dan Harvard.
Melalui buku ini, pembaca akan dibantu untuk menghadapi quarter life crisis dan masa transisi menuju dunia dewasa. Selain menulis, Nadhira Afifa juga aktif berkontribusi dalam pendidikan dan pemberdayaan anak muda.
Baca juga: Pemuda, Buku, dan Lapak Literasi di Bangka Belitung
2. Belajar Marketing, Belajar Hidup oleh Henry Manampiring
Setelah sukses dengan bukunya yang berjudul Filosofi Teras, Henry Manampiring menghadirkan perspektif baru dalam bukunya yang berjudul Belajar Marketing, Belajar Hidup.
Kawan GNFI, dalam buku ini kita akan belajar bahwa prinsip-prinsip marketing tidak hanya relevan untuk dunia bisnis, tetapi juga untuk kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Bikin Hidup Lebih Santai, Kenali 5 Prinsip Stoikisme dari Buku 'Filosofi Teras'
3. Merawat Luka Batin oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ
Buku yang ditulis oleh dokter psikiater Jiemi Ardian ini akan mengajarkan kita tentang depresi, mulai dari penyebabnya, dampak depresi pada otak dan tubuh, hingga tingkat kesembuhannya.
Kawan GNFI, membaca buku ini seakan mengajak kita untuk lebih peka terhadap kesehatan mental yang kita alami pada diri kita sendiri maupun orang lain, termasuk penjelasan secara sainsnya.
4. Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya oleh dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ
Jika sebelumnya dr. Andreas Kurniawan menceritakan pengalaman pribadinya tentang duka di buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Kali ini ia kembali dengan karyanya yang reflektif.
Buku ini menceritakan percakapan antara dirinya dengan Lalin, seorang pasien yang hidup dengan penyakit berat dan harus beraktivitas menggunakan kursi roda. Dialog mereka tentang kehidupan, kematian, hubungan, dan ketidaksempurnaan.
Jika kawan GNFI menyukai buku dengan gaya hugging essays ala Korea, dan sentuhan humor ringan khas dr. Andreas buku ini sepertinya akan jadi favoritmu.
5. Wake Up Sloth oleh Aulia Hanifa
Wake Up Sloth karya Aulia Hanifa, seorang graphic designer sekaligus penulis, adalah buku self-improvement yang mengajak Kawan GNFI menghadapi ketakutan tentang hidup, karier, dan masa depan.
Selain dalam bentuk fisik, buku ini bisa Kawan GNFI dapatkan juga dalam bentuk digital di platform seperti iPusnas dan Gramedia Digital.
6. Going Offline oleh Desi Anwar
Presenter sekaligus jurnalis Desi Anwar mengajak kita untuk sejenak menjauh dari dunia digital lewat bukunya Going Offline: Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi.
Di tengah derasnya arus informasi dan notifikasi tanpa henti, buku ini menawarkan refleksi tentang pentingnya berhenti sejenak agar kita bisa lebih menghargai hidup.
Baca juga: Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Gen Z
Mulai dari buku yang membahas quarter-life crisis hingga ajakan untuk jeda sejenak dari dunia digital, deretan karya ini membuktikan betapa beragam dan berkualitasnya literatur dari penulis Indonesia.
Nah, Kawan GNFI, kira-kira buku mana ingin kamu baca terlebih dahulu? Selamat membaca!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News