Pencegahan perilaku seks bebas sejak dini menjadi salah satu langkah penting untuk melindungi remaja dari berbagai risiko kesehatan maupun sosial. Masa remaja adalah fase peralihan yang penuh rasa ingin tahu, sehingga tanpa bimbingan yang tepat mereka rentan terjerumus pada perilaku berisiko.
Bahaya seks bebas tidak hanya terkait dengan kehamilan di usia muda. Namun, juga risiko penyakit menular seksual, gangguan psikologis, hingga hilangnya kesempatan meraih masa depan yang lebih baik.
Menyadari urgensi tersebut, mahasiswa KKN-PPM UGM Sorai Waisai menghadirkan inovasi dengan memanfaatkan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai medium edukasi kesehatan seksual dan reproduksi.
Program bertajuk “SAKSI: Sadar Kesehatan Seksual dan Reproduksi” ini dilaksanakan di SMPN 14 Raja Ampat pada Kamis, 17 Juli 2025. Diinisiasi oleh Intan Nur Sya’baningsih dengan dukungan Puskesmas Waisai.
Limbah Kulit Kakao Naik Kelas Jadi Camilan Premium Berkat Sentuhan Mahasiswa KKN-PPM UGM 2025
Kegiatan tersebut berfokus pada pemberian pemahaman mengenai bahaya seks bebas serta cara pencegahannya sejak dini.
Edukasi diberikan secara komprehensif dan interaktif dengan menyesuaikan materi pada kebutuhan serta usia siswa kelas 7 yang baru memasuki lingkungan sekolah menengah pertama.
“Edukasi sejak dini sangat penting agar remaja tidak hanya mengetahui dampak negatif seks bebas, tetapi juga mampu mengambil keputusan yang benar dalam menjaga dirinya,” ujar Intan.
Selama sosialisasi, para siswa diajak untuk berdiskusi, mengajukan pertanyaan, serta menerima penjelasan langsung mengenai perubahan tubuh saat pubertas, pentingnya menghargai diri, hingga bagaimana menolak ajakan yang dapat mengarah pada perilaku berisiko.
Selain pemaparan dari Intan, hadir pula perwakilan Puskesmas Waisai, Suster Nurlia, yang menyampaikan perspektif medis. Ia menjelaskan bahaya seks bebas terhadap kesehatan reproduksi serta risiko penyakit menular seksual dengan menyertakan contoh kasus nyata yang ditemui di lapangan. Hal ini membuat siswa lebih mudah memahami urgensi pencegahan.
Intan menegaskan bahwa tujuan kegiatan ini bukan untuk menakut-nakuti siswa, melainkan untuk memberikan pengetahuan yang relevan sesuai usia mereka.
Aksi Nyata KKN PPM UGM Seru Jeparu 2025: Bangkitkan Kesadaran Warga Pakis Baru tentang TBC
“Remaja harus diberikan pengetahuan yang sesuai dengan usia mereka. Bukan hanya larangan, tetapi juga pemahaman mengapa seks bebas itu berbahaya. Harapan saya, setelah sosialisasi ini, mereka bisa lebih peduli dan menjaga diri,” jelasnya.
Antusiasme siswa terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Mereka tidak hanya menanyakan seputar pubertas, tetapi juga hubungan pertemanan yang sehat dan cara menjaga batasan dalam pergaulan.
Hal ini menunjukkan bahwa remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan membutuhkan arahan yang tepat.
Pada akhir kegiatan, Intan menyampaikan pesan bahwa pencegahan seks bebas merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.
“Sekolah, orang tua, dan masyarakat harus saling mendukung. Dengan kerja sama semua pihak, kita bisa menciptakan generasi muda Raja Ampat yang sehat, kuat, dan berkarakter,” tutupnya.
Melalui program SAKSI, diharapkan siswa SMPN 14 Raja Ampat mampu memahami pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi sejak dini.
Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari risiko perilaku seks bebas serta siap tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News