Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, dikenal sebagai desa yang sejuk dan asri dengan sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan.
Salah satu jejak sejarah yang masih membekas adalah kisah Jenderal Soedirman yang pernah tinggal sementara di Dusun Menur, RW 10, saat memimpin perang gerilya melawan penjajah.
Di tengah perjuangan itu, sang Jenderal diketahui mengidap penyakit tuberkulosis (TBC). Puluhan tahun berselang, desa yang sama kini kembali menghadapi musuh serupa—penyakit TBC yang masih mengintai masyarakatnya.
Lonjakan Kasus di Dusun Menur dan Respons Tim KKN-PPM UGM
Dalam beberapa bulan terakhir, ditemukan peningkatan kasus TBC di Dusun Menur. Penyakit ini tak lagi bisa dianggap sebagai “batuk biasa” karena merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru dan dapat menyebar ke orang lain jika tidak ditangani dengan tepat.
Menanggapi hal tersebut Tim KKN-PPM UGM 2025, Seru Jeparu berkolaborasi dengan Puskesmas Pakis Baru melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah mengadakan kegiatan “Edukasi dan Sosialisasi Penyakit Zoonosis dan TBC” pada hari Senin, 7 Juli 2025 yang dibersamai dengan kegiatan pemeriksaan langsung kepada warga melalui pengumpulan sampel dahak.
Kegiatan ini dipaparkan oleh Abdullah Abyan Prodi Kedokteran Hewan dan Mita Khoirunisa Prodi Ilmu Keperawatan.
TBC Masih Jadi Tantangan di Wilayah Pedesaan
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia.
Di daerah pedesaan seperti Pakis Baru, faktor lingkungan seperti kepadatan rumah, ventilasi buruk, serta keterbatasan fasilitas kesehatan menjadi tantangan besar dalam pengendalian penyakit ini.
Tim KKN Seru Jeparu mencatat bahwa kelompok rentan seperti ibu rumah tangga dan lansia menjadi prioritas dalam kegiatan screening.
Edukasi yang diberikan mencakup pengenalan gejala TBC, cara pencegahan, serta pentingnya menyelesaikan pengobatan hingga tuntas. Namun, kendala seperti rendahnya literasi kesehatan dan hambatan komunikasi masih menjadi penghalang, meskipun antusiasme warga menunjukkan adanya harapan untuk perbaikan.
Edukasi Kesehatan Bernarasi Sejarah: Pendekatan Kontekstual yang Menyentuh
Salah satu pendekatan unik yang diterapkan oleh tim mahasiswa adalah penggabungan edukasi kesehatan dengan narasi sejarah perjuangan Jenderal Soedirman. Dikenal sebagai panglima besar yang memimpin pasukan dalam kondisi sakit TBC, sosok Soedirman menjadi simbol perjuangan yang kuat bagi masyarakat lokal.
"Kalau dulu Jenderal Soedirman mampu bergerilya dalam keadaan sakit, kita yang hidup di masa yang lebih modern saat ini, tentu mampu menghadapi dan melawan penyakit TBC dengan berbagai upaya pencegahan dan pengobatan serta langkah edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat ," ujar Abyan, dalam sesi diskusi warga.
Pendekatan naratif ini ternyata berhasil menyentuh hati masyarakat. Figur Soedirman yang dihormati membuat warga lebih mudah menerima informasi medis. Kegiatan edukasi menjadi lebih kontekstual, bermakna, dan mampu meningkatkan partisipasi dalam upaya pencegahan dan pengobatan.
Harapan: Kolaborasi Menuju Desa Sehat
Penanggulangan TBC di desa seperti Pakis Baru membutuhkan lebih dari sekadar intervensi medis. Diperlukan pendekatan sosial-budaya yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal. Kolaborasi antara tenaga kesehatan, pemerintah desa, mahasiswa, dan masyarakat sendiri menjadi kunci utama keberhasilan.
Dengan semangat juang yang diwariskan dari sejarah lokal, warga Dusun Menur kini mulai menyadari bahwa melawan TBC adalah perjuangan kemanusiaan yang penting—bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk generasi mendatang.
“TBC bukan akhir, melainkan awal dari perubahan. Saat satu orang sembuh, satu keluarga terselamatkan, dan satu desa lebih sehat,” pungkas seorang kader kesehatan lokal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News