Minuman probiotik merupakan salah satu inovasi dalam bidang pangan fungsional yang memiliki potensi besar untuk menjawab permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia, seperti penurunan daya tahan tubuh akibat pola makan yang kurang seimbang.
Minuman probiotik adalah minuman yang mengandung bakteri, seperti bakteri asam laktat (BAL), yang mana berperan dalam meningkatkan kesehatan pencernaan, sistem imun, produksi senyawa bioaktif, detoksifikasi, dan menurunkan resiko penyakit.
Bakteri asam laktat (BAL) bermanfaat bagi sistem pencernaan karena mampu menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam usus serta tahan terhadap kondisi asam di lambung sehingga dapat mencapai usus dan berkembang dalam jumlah yang signifikan.
Adanya asam laktat sebagai metabolit bakteri asam laktat, bakteri patogen mampu terhambat pertumbuhannya.
Hal ini berdampak pada penurunan pH lingkungan di sekitarnya sehingga merugikan kondisi pertumbuhan bakteri patogen tersebut.
Mahasiswa UGM mengenalkan kombucha, minuman probiotik berupa teh fermentasi tradisional melalui kegiatan bertajuk “Pelatihan Pembuatan Teh Kombucha: Solusi Lezat Peningkat Imunitas Tubuh”.
Tim KKN PPM UGM unit Lendah Melangkah 2025 mengajak ibu-ibu Padukuhan Kwarakan untuk melakukan praktik pembuatan kombucha.
Kombucha sendiri merupakan minuman fermentasi yang mengandung probiotik dengan segudang manfaat untuk kesehatan. Intan Naura Nur Aini menyatakan bahwa kombucha mampu menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol, menurunkan risiko penyebaran kanker, meningkatkan kesehatan hati meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kesehatan organ pencernaan, hingga menjadi sumber probiotik harian bagi tubuh.
Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi mengenai manfaat kombucha, proses pembuatannya, hingga peran penting SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast) dalam fermentasi kombucha.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kombucha meliputi teh hitam, air, gula pasir, dan SCOBY. Proses pembuatan kombucha diawali dengan melakukan sterilisasi toples kaca menggunakan air panas.
Teh kemudian direbus dengan gula hingga pekat dan kental. Teh selanjutnya disaring dan dituang ke dalam toples kaca. Teh didiamkan pada suhu ruang hingga dingin. Ketika teh dalam toples sudah dingin, SCOBY dimasukkan ke dalam toples.
Toples kemudian ditutup menggunakan tisu dan karet. Teh difermentasi selama tujuh hari di suhu ruang. Kombucha yang sudah jadi dapat disimpan dalam lemari es untuk menghentikan proses fermentasi oleh bakteri yang terkandung di dalamnya.
Tak hanya menyalurkan wawasan, tim KKN PPM UGM unit Lendah Melangkah 2025 juga berbagi SCOBY yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh warga untuk memproduksi kombucha sendiri.
“Melalui kegiatan ini, harapannya kami dapat mengedukasi warga tentang pentingnya probiotik bagi kesehatan melalui pendekatan yang murah, mudah, alami, dan berkelanjutan karena ibu-ibu sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kombucha melalui program ini,” ujar Intan Naura.
Antusiasme peserta juga terlihat selama kegiatan berlangsung. Banyak dari mereka yang belum mengenal minuman probiotik, tetapi ada pula yang mengenang masa kecilnya.
“Dulu sepertinya saya pernah dibuatkan minuman seperti ini oleh bapak saya semasa kecil, tapi dulu belum tahu kalau namanya kombucha,” tutur Astuti, salah satu peserta pelatihan pembuatan kombucha.
Kegiatan ditutup dengan mencicipi kombucha yang telah dibuat bersama dalam sesi praktik. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi dokumentasi bersama dan penyerahan starter kultur kombucha (SCOBY) kepada perwakilan ibu-ibu padukuhan sebagai bentuk komitmen keberlanjutan.
Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal bagi peserta dalam menerapkan pola hidup sehat di rumah melalui konsumsi probiotik alami, serta menjadi peluang pemberdayaan yang dapat dikembangkan lebih luas ke depannya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News