Balango merupakan salah satu alat masak tradisional Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat. Apakah Kawan pernah melihat dan menggunakan alat masak tradisional ini sebelumnya.
Di balik kemajuan zaman yang terjadi pada saat ini, masih banyak alat tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat hingga saat ini. Meskipun pemakaiannya sudah tidak semasif dulu, adanya alat-alat tradisional ini memberikan kesannya tersendiri jika digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Hal ini juga berlaku dengan penggunaan balango di tengah masyarakat. Pada saat ini, sudah banyak perkakas rumah tangga yang terbuat dari bahan-bahan lain yang lebih mudah untuk digunakan.
Misalnya, banyak wadah memasak yang menggunakan bahan yang tahan lama dan bisa dijumpai dengan mudah di berbagai toko. Jika dibandingkan dengan balango yang lebih berat dan rentan pecah, wajar jika banyak masyarakat yang sudah mulai beralih menggunakan alat masak yang lebih modern.
Namun bukan berarti alat masak tradisional Minangkabau ini bisa dilupakan begitu saja. Wawasan terkait balango tentu tetap bisa terus diwariskan, sehingga keberadaannya tidak tertelan zaman begitu saja.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait alat masak tradisional Minangkabau tersebut? Simak penjelasan terkait balangi pada bagian berikut ini.
Mengenal Balango, Alat Masak Tradisional Minangkabau
Balango merupakan alat masak tradisional yang terbuat dari bahan dasar tanah liat. Ukuran dari balango ini sendiri bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dilansir dari artikel Izan Qomarats, dkk., "Revitalisasi Gerabah Tradisional Galogandang dengan Teknik Batik Menjadi Produk Estetik" yang terbit di Jurnal Abdimas Mandiri, daerah penghasil balango yang cukup kenamaan adalah Jorong Galogandang, Nagari III Koto, Kabupaten Tanah Datar. Bahkan balango sering kali menjadi salah satu oleh-oleh khas daerah tersebut.
Selain di Sumatera Barat, keberadaan balango juga bisa dijumpai di daerah sekitar Ranah Minang. Pada dasarnya, alat masak tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari.
Keberadaan balango sendiri diyakini sudah ada sejak lama. Bahkan keberadaan alat masak tradisional Minangkabau tersebut diduga sudah ada sejak zaman Neolitikum dulunya.
Keunggulan Balango
Meskipun sudah mulai ditinggalkan, keberadaan balango masih bisa dijumpai di sebagian masyarakat Minangkabau. Apalagi ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh balango yang tidak bisa dijumpai di alat-alat masak modern.
Umumnya masyarakat Minangkabau menggunakan balango untuk membuat gulai sebagai pendamping nasi yang dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, balango juga sering digunakan untuk merebus obat-obat herbal.
Ketika memasak gulai dengan menggunakan balango, makanan yang dibuat diyakini memiliki cita rasa yang berbeda jika dibandingkan dengan memakai alat masak biasa. Selain itu, aroma dari masakan yang dimasak dengan menggunakan alat masak tradisional Minangkabau ini juga memiliki kekhasannya tersendiri.
Tidak heran penggunaan balango masih identik dengan beberapa makanan tradisional yang bisa Kawan Sumatera Barat, seperti katupek pitalah, pangek sasau, dan lainnya.
Warisan Tak Benda dari Sumatra Barat
Proses pembuatan balango dilakukan dengan cara sederhana. Uniknya, balango yang dibuat di Jorong Galogandang umumnya dikerjakan oleh mayoritas pekerja perempuan.
Dikutip dari laman Jadesta Kemenparekraf, proses pembuatan balango dibuat dengan menggunakan alat seadanya. Pada awalnya, balango dicetak dengan menggunakan bingkai yang dibuat dari akar atau rotan.
Nantinya dari bingkai inilah baru dibentuk dengan menempelkan tanah liat. Setidaknya terdapat beberapa proses yang mesti dilakukan hingga balango dibakar dan siap digunakan nantinya.
Sejak 2022 lalu, alat masak tradisional Minangkabau ini, khususnya Balango Galogandang sudah menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Sumatra Barat. Hal ini tentu membuat balango lebih dari sekadar alat masak tradisional saja, tetapi juga mengandung nilai budaya di dalamnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News