Para ahli dari IPB University menegaskan pentingnya pelestarian kucing lokal Indonesia sebagai bagian dari kekayaan genetik nasional. Drh. Tetty Barunawati Siagian, dosen Program Studi Paramedik Veteriner Sekolah Vokasi IPB University, menyatakan bahwa berbagai spesies kucing liar endemik Indonesia saat ini berada dalam status terancam punah dan membutuhkan perhatian serius.
Spesies Kucing Liar Indonesia yang Terancam Punah
Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas kucing liar yang luar biasa, namun banyak yang terancam keberadaannya. Macan dahan (Neofelis diardi) merupakan salah satu spesies kucing besar terancam yang hidup di hutan Sumatera dan Kalimantan.
Menurut IUCN Red List, populasi macan dahan terus menurun akibat perburuan dan hilangnya habitat. Kucing batu (Pardofelis marmorata) yang hidup di hutan tropis Asia Tenggara juga menghadapi ancaman serupa, dengan populasi global diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa.
Kucing merah (Catopuma badia) yang endemik Kalimantan termasuk salah satu kucing paling langka di dunia. Studi oleh Mohd-Azlan et al. (2020) dalam Journal of Threatened Taxa menunjukkan bahwa kucing merah sangat jarang teramati di alam liar.
Spesies lain yang terancam termasuk kucing bakau (Prionailurus viverrinus) yang hidup di habitat mangrove, kucing emas Asia (Catopuma temminckii) di Sumatera, dan kucing tandang (Felis chaus) yang populasinya terus menyusut.
Ancaman terhadap Kelestarian Kucing Liar
Menurut Drh. Tetty, ancaman utama terhadap kucing liar Indonesia berasal dari perusakan habitat, perburuan liar, dan perdagangan satwa ilegal. "Hilangnya hutan alam untuk perkebunan dan pemukiman telah memutus koridor alami kucing-kucing ini," ujarnya.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa sekitar 2 juta hektar hutan hilang setiap tahunnya di Indonesia, yang secara langsung mengancam habitat kucing liar.
Ancaman lain datang dari perkawinan silang dengan kucing domestik dan introduksi spesies asing. Penelitian oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI (2021) menemukan bahwa gen kucing lokal semakin terancam oleh perkawinan dengan ras impor.
"Ini dapat mengikis keunikan genetik kucing asli Indonesia," tambah Drh. Tetty.
Baca juga Mitos Memelihara Kucing Ekor Panjang dan Bundel atau Pendek dalam Budaya Jawa
Upaya Konservasi dan Peran Masyarakat
Berbagai upaya konservasi telah dilakukan oleh pemerintah bersama perguruan tinggi. IPB University sendiri terlibat dalam program identifikasi genetik dan pembiakan selektif kucing liar.
Kementerian Lingkungan Hidup telah menetapkan beberapa kawasan konservasi khusus untuk perlindungan kucing liar, seperti Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi habitat penting bagi kucing emas Asia.
Drh. Tetty menekankan bahwa masyarakat memegang peran kunci dalam konservasi. "Masyarakat dapat membantu dengan melaporkan aktivitas perburuan liar, tidak memelihara kucing liar sebagai hewan peliharaan, serta mendukung program edukasi," jelasnya.
Organisasi seperti Profauna Indonesia telah mengembangkan program pemantauan partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal dalam melindungi kucing liar.
Nilai Ekologis dan Budaya Kucing Lokal
Kucing liar Indonesia memiliki peran ekologis yang vital sebagai pengendali alami populasi hewan pengerat dan pemelihara keseimbangan ekosistem. "Satu ekor kucing hutan dapat memangsa puluhan tikus per minggu, membantu petani secara alami," papar Drh. Tetty.
Selain itu, beberapa komunitas adat memandang kucing liar sebagai bagian dari kepercayaan dan tradisi lokal.
Dari segi ilmiah, kucing lokal Indonesia memiliki keunikan genetik yang berpotensi untuk penelitian kedokteran dan bioteknologi. Studi terbaru menunjukkan bahwa kucing liar Indonesia memiliki keragaman genetik yang tinggi, yang penting untuk ketahanan spesies terhadap penyakit.
Masa Depan Konservasi Kucing Liar
Drh. Tetty optimis dengan upaya konservasi yang sedang berjalan, namun menekankan perlunya pendekatan terpadu. "Kami sedang mengembangkan bank gen kucing liar dan program pembiakan ex-situ yang bekerja sama dengan kebun binatang terkemuka," ungkapnya.
Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, LSM, dan masyarakat dinilai sebagai kunci keberhasilan pelestarian.
Dengan kesadaran yang terus meningkat dan dukungan kebijakan yang kuat, diharapkan kekayaan genetik kucing liar Indonesia dapat terjaga untuk generasi mendatang. "Setiap spesies yang punah adalah kehilangan permanen bagi biodiversitas kita," pungkas Drh. Tetty.
Baca juga Menggemaskan! Macan Akar si Kucing Liar Mungil yang Keberadaannya Penuh Misteri
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News