antara new york dan jakarta fungsi taman kota di kota global - News | Good News From Indonesia 2025

Antara New York dan Jakarta, Fungsi Taman Kota di Kota Global

Antara New York dan Jakarta, Fungsi Taman Kota di Kota Global
images info

Kapan terakhir kali kamu berjalan santai tanpa tujuan di tengah kota? Barangkali kita terlalu terbiasa hidup dalam waktu yang berlalu begitu cepat, sampai kita lupa rasanya duduk di bangku taman, memandangi langit dan pepohonan rindang.

Di kota-kota besar, taman menjadi tempat langka yang menawarkan ketenangan di tengah semua hal yang bergerak cepat. Pada akhirnya, taman bukan lagi sebatas ruang hijau tetapi bagi sebagian orang menjadi tempat untuk menemukan kedamaian baru.

Saat ini Jakarta tengah bertransformasi menjadi kota yang ambisius; menatap posisi 20 besar Global City Index pada 2045, sebagaimana yang tertuang dalam kebijakan Jakarta Rise#20 dan RPJPD 2025–2045.

Di usianya yang ke-498 tahun, Jakarta tak lagi bicara soal pertumbuhan, namun juga peradaban. Melalui tema “Jakarta Kota Global dan Berbudaya”, Jakarta menegaskan bahwa modernitas harus berjalan seiring dengan identitas, dan pembangunan harus selalu berpihak pada warganya. 

Target Jakarta masuk ke dalam 50 besar pada 2029 dan top 20 pada 2045 menuntut perbaikan infrastruktur publik dan kualitas hidup warga melalui pengelolaan ruang kota yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Salah satu indikator yang kini diprioritaskan adalah lingkungan yang bersih, nyaman dan inklusif, yang artinya taman kota sudah menjadi salah satu elemen utama dalam strategi Jakarta menuju kota global. 

Upaya Jakarta dalam menargetkan perluasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) hingga mencapai 30% dari total luas wilayah; sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Penataan Ruang Nasional (UU No. 26 Tahun 2007) merupakan strategi krusial dalam mendorong keberlanjutan dan meningkatkan kualitas hunian kota.

Langkah ini bertujuan untuk memperbaiki iklim mikro, termasuk menurunkan efek pulau panas, meningkatkan kualitas udara, serta menstabilkan suhu dan kelembapan lingkungan.

Kekurangan ruang hijau di Jakarta masih menjadi masalah utama yang diperburuk oleh kualitas taman yang rendah dan pemanfaatan yang belum optimal untuk mendukung fungsi ekologis maupun sosial.

Banyak taman kota memerlukan perawatan lebih baik, namun terhambat oleh keterbatasan anggaran dan kurangnya partisipasi masyarakat yang menunjukkan minimnya budaya menggunakan taman di kalangan warga.

Untuk memperbaiki kualitas ruang hijau, berdasarkan buku 5 Jakarta Rise #20; Jakarta perlu memastikan lima aspek utama, yaitu tentang kemudahan akses, kebersihan, desain lanskap, fasilitas dan aktivitas, serta keamanan.

Jika bisa kita bandingkan, Central Park di New York memiliki luas 843 hektar dan lebih dari 40 akses masuk yang memudahkan 42 juta kunjungan per tahun. Taman ini ditata dengan lebih dari 20.000 pohon dan taman bunga yang dirawat secara profesional, dibiayai oleh kolaborasi dana publik dan swasta.

Central Park juga dilengkapi berbagai sarana seperti taman bermain, lapangan olahraga, pertunjukan musik, dan program edukasi yang menarik wisatawan maupun warga lokal. Pengelolaan taman ini dilakukan oleh lebih dari 300 staf dengan fokus pada kebersihan, keamanan, dan perencanaan jangka panjang.

Keberhasilan ini didukung oleh peran penting Central Park Conservancy (CPC), yang merupakan salah satu contoh tertua dari kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam pengelolaan taman. CPC berperan dalam menghimpun dana operasional tahunan taman, yaitu sekitar USD 70–80 juta, yang sebagian besar berasal dari sumbangan masyarakat dan sponsor swasta.

Menurut data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 dalam Jakarta Rise #20, total luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta mencapai 33,33 juta meter persegi atau sekitar 5,18 persen dari total luas wilayah provinsi.

Sementara New York telah menyediakan sekitar 27 persen dari total wilayahnya sebagai RTH. Jika Jakarta ingin menyamai proporsi tersebut, dibutuhkan tambahan sekitar 139 juta meter persegi ruang terbuka hijau, hampir lima kali lipat dari yang tersedia saat ini, untuk mendekati standar kota global dalam menyediakan ruang hidup yang sehat dan berkelanjutan bagi warganya.

Berkaca dari Central Park New York, penerapan kebijakan ruang terbuka hijau (RTH) yang efektif perlu dilakukan melalui kerja sama yang kuat antar pihak terkait, terlebih di tengah pesatnya perkembangan kota dan semakin kompleksnya masalah lingkungan. Pada akhirnya, kebijakan masa depan sebaiknya menyelaraskan antara perspektif lokal, dengan mengoptimalisasikan kebijakan, serta mendorong peran aktif masyarakat agar sejalan dengan dinamika kota.

Taman kota tentunya memegang peran penting dalam membentuk kualitas hidup masyarakat urban dengan menyediakan ruang terbuka yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan sosial. Di tengah padatnya aktivitas perkotaan dan terbatasnya ruang pribadi, taman menjadi tempat bernapas bagi warga Jakarta dalam memberikan ruang di mana mereka dapat berolahraga, bersosialisasi, menikmati alam, atau sekadar beristirahat dari bisingnya sebuah aktivitas kota. 

Salah satu wujud nyata fungsi taman kota di Jakarta adalah digelarnya event Flora dan Fauna (Flona) 2025. Event ini menjadi ajang favorit pecinta lingkungan dan wisatawan. Selain menampilkan ragam flora dan fauna, Flona menegaskan peran taman kota sebagai ruang edukasi, pelestarian, interaksi sosial, dan apresiasi terbuka bagi semua.

Acara ini juga mencerminkan komitmen Jakarta sebagai kota hijau, inklusif, berkelanjutan, dan berbudaya. Bersamaan dengan pembukaan Flona, Pemprov DKI Jakarta mengumumkan rencana penambahan 9,7 hektar Ruang Terbuka Hijau melalui pembangunan 21 taman baru di berbagai wilayah, dengan desain hijau-biru untuk mendukung daya serap air.

Selain itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan penataan kembali tiga taman di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yakni Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Leuser. Ketiga taman akan diintegrasikan menjadi satu area dengan nama Taman Bendera Pusaka. Dengan luas mencapai sekitar enam hektar, taman ini dirancang untuk menciptakan keselarasan ekologi alam.

Penataan mencakup tidak hanya area dalam taman sebagai ruang terbuka hijau, tetapi juga lingkungan di sekitarnya, demi meningkatkan kenyamanan serta mendorong terciptanya mobilitas ramah lingkungan bagi warga Jakarta. Lokasinya yang strategis, memudahkan pengunjung untuk datang tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi.

Untuk meraih statusnya sebagai kota global, Jakarta tidak cukup hanya membangun infrastruktur modern di pusat kota, tetapi perlu juga merawat kualitas hidup warganya melalui ruang terbuka hijau yang layak. Revitalisasi taman-taman di Jakarta menjadi langkah penting guna menghadirkan ruang publik yang inklusif, sehat, dan bermanfaat. 

Taman kota lagi-lagi bukan hanya sebatas ruang hijau. Ia adalah napas bagi kita dan kota; di mana ketika alam dan manusia bertemu, kemudian saling menghidupi. Namun, keindahan dan fungsi taman kota tidak akan lestari tanpa kepedulian kita bersama. Mari jadikan setiap langkah kita di taman-taman kota ini sebagai wujud cinta kita kepada Jakarta. 

Menjaga kebersihan, merawat fasilitas, menghargai ruang bersama, serta terlibat aktif dalam pelestariannya adalah langkah sederhana tapi berarti besar dalam membangun Jakarta yang lebih layak huni, sehat, dan berbudaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.