Timor Leste tengah berjuang untuk dapat segera mendapatkan titel sebagai anggota tetap ASEAN. Proses aksesi Timor Leste menjadi negara ke-11 organisasi kawasan Asia Tenggara ini memang masih berjalan dan cukup ‘pelik’.
Indonesia adalah salah satu negara yang mendukung penuh proses aksesi Timor Leste ke ASEAN. Namun, menariknya, jika ditarik ke belakang, hubungan kedua negara ini pernah tidak benar-benar ‘akur’. Lalu, apa alasan Indonesia mendukung proses aksesi Timor Leste ke ASEAN?
Ahmad Cholis Hamzah, akademisi sekaligus mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan, menjelaskan jika Indonesia sudah sejak lama mendukung Timor Leste untuk bergabung dalam organisasi regional tersebut demi stabilitas kawasan. Menurutnya, Indonesia selama ini menunjukkan sikap diplomatis yang elegan dengan memberi dukungan-dukungan di berbagai bidang.
Indonesia pun bisa kecipratan untung lewat bergabungnya Timor Leste ke ASEAN, mengingat saat ini Indonesia merupakan mitra yang sangat penting bagi mereka. Sejak lama, berbagai bantuan telah disalurkan pemerintah untuk membantu Timor Leste dalam membangun negaranya, termasuk di bidang pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lainnya.
“Sebagai negara tetangga terdekat, Indonesia memiliki kepentingan yang sangat strategis dengan Timor Leste. Saat ini, perekonomian Timor Leste banyak bergantung Indonesia. Kalau kita lihat pintu gerbang perbatasan Indonesia-Timor Leste di Atambua, NTT, bisa kita saksikan lalu-lalang truk-truk dari Indonesia yang membawa barang-barang perdagangan masuk Timor Leste hampir setiap hari,” papar Cholis saat dimintai keterangan oleh GNFI.
Selain itu, ia juga menyebutkan jika banyak siswa Timor Leste yang tengah menempuh pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia di beberapa kota, seperti Kupang, Surabaya, Yogyakarta, dan sebagainya. Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili juga kerap menggelar pameran pendidikan dan budaya Indonesia.
Dalam keterangannya, Cholis menambahkan jika Presiden Prabowo pernah menyebutkan bahwa Indonesia dapat menjadikan Timor Leste sebagai sahabat, meskipun sebelumnya ‘bermusuhan’.
Proses Aksesi Timor Leste ke ASEAN yang Alot
Sejak mendeklarasikan sebagai negara merdeka pada 2002, Timor Leste sudah menyampaikan minatnya untuk bergabung dengan ASEAN. Namun, mereka baru mengajukan keanggotaan secara formal pada 2011.
ASEAN memiliki prosedur dan persyaratan yang cukup kompleks. Beberapa syarat yang harus dipenuhi Timor Leste terangkum dalam tiga pilar, yakni politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya.
Jika dihitung dari pengajuan resminya hingga saat ini, Timor Leste sudah menunggu selama 14 tahun. Saking lamanya, Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, melontarkan guyonan jika jalan menuju ASEAN lebih sulit dibandingkan jalan menuju surga. Hal ini disampaikannya saat memberikan pidato di Sekretariat ASEAN di Jakarta, 1 Agustus 2025 lalu.
Lebih lanjut, Cholis menerangkan jika proses penerimaan Timor Leste melibatkan beberapa langkah utama, seperti pengajuan keanggotaan di tahun 2011. Sejak saat itu, Timor Leste diberikan status observer atau pengamat dan secara aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan serta forum ASEAN.
Aspek penting lainnya adalah memenuhi kriteria yang diuraikan dalam Piagam ASEAN, mulai dari lokasi geografis, pengakuan oleh semua negara anggota, dan kemampuan untuk menegakkan kewajiban keanggotaan.
“Sekretariat ASEAN bersama dengan negara-negara anggota telah melakukan misi pencarian fakta untuk menilai kesiapan Timor Leste di seluruh pilar politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya. Peta jalan untuk keanggotaan penuh telah ditetapkan dan kemajuan terus dipantau,” kata Cholis.
Di luar itu, Timor Leste juga mengalami ganjalan dari Myanmar. Negeri Seribu Pagoda berusaha ‘memblokir’ masuknya Timor Leste dalam tubuh ASEAN.
Cholis menerangkan jika junta militer Myanmar memberikan peringatan pada Timor Leste—dan pemerintah di mana pun—untuk tidak terlibat dengan pasukan oposisi Myanmar. Dalam sebuah pemberitaan media Thailand, rezim Myanmar memberitahukan kepada Malaysia selaku ketua ASEAN 2025 untuk menahan dukungan bagi keanggotaan Timor Leste pada sidang di bulan Oktober 2025.
“Keberatan Naypydaw berpusat pada tuduan bahwa Timor Leste telah melanggar prinsip dasar ASEAN tentang non-campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara anggota, sebagaimana diabadikan dalam piagam blok tersebut,” imbuhnya.
Dalam hal ini, kolumnis aktif GNFI ini menyatakan bahwa ASEAN harus menyelesaikan kendala tersebut melalui ASEAN Way Diplomacy. Ia juga menyinggung momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kamboja pada 2022 lalu, di mana seluruh negara ASEAN secara prinsip telah menyetujui Timor Leste sebagai anggota ke-11.
Tak berhenti di situ, Anwar Ibrahim, Perdana Menteri Malaysia, turut menyarankan agar Timor Leste dapat segera bergabung dalam helatan KTT ASEAN yang dijadwalkan pada Oktober 2025.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News