Desa Situdaun, yang terletak di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, merupakan wilayah dengan potensi besar di bidang pertanian dan perikanan.
Dengan kondisi geografis yang subur dan iklim yang mendukung, sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani dan peternak.
Meski demikian, di balik potensi tersebut, Desa Situdaun menghadapi sejumlah tantangan serius, seperti mahalnya harga pakan ternak dan pupuk. Selain itu, pengelolaan sampah organik yang belum optimal turut menjadi persoalan yang belum terselesaikan.
Merespons permasalahan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN-T) IPB University BOGORKAB15 memperkenalkan sebuah program inovatif yaitu Gerakan Atasi Sampah dengan Maggot (GAMA).
Program ini bertujuan mengedukasi masyarakat untuk mengolah sampah organik menjadi sesuatu yang lebih bernilai tinggi, seperti pakan ternak dan pupuk organik melalui budidaya larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan maggot.
BSF dikenal memiliki kemampuan dalam mengurai sampah organik secara cepat dan efisien. Maggot yang dihasilkan tidak hanya berguna sebagai pengurai limbah, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein tinggi untuk pakan ikan dan unggas, serta menghasilkan pupuk organik dari residu yang ditinggalkan secara alami dan berkelanjutan.
Program ini dimulai dengan kegiatan sosialisasi dan pembuatan rumah maggot pada 12 Juli 2025 yang melibatkan Ketua RW 01, RT 01, RT 03, serta pengelola sampah lokal. Rumah maggot dibuat secara sederhana namun fungsional, dilengkapi dengan berbagai fasilitas penting seperti jaring lalat BSF, biopond (kolam pembiakan), baki pembesaran maggot, dan wadah pupa. Seluruh proses budidaya dirancang secara menyeluruh agar menciptakan siklus budidaya yang berkelanjutan.
Dosen Pembimbing Lapang KKN-T IPB BOGORKAB15, Dr. Faozan, S.Si., M.Si., menyampaikan apresiasinya terhadap implementasi program ini dalam kunjungan Supervisi pada 22 Juli 2025. “Program GAMA yang dijalankan mahasiswa KKN-T IPB menjadi solusi bermanfaat bagi masyarakat dan menjawab tiga persoalan utama: pengelolaan sampah, ketersediaan pakan ikan, dan penyediaan pupuk alami. Saya berharap program ini bisa ditularkan ke masyarakat melalui perangkat desa agar dapat berkembang mandiri di lingkungan masing-masing” ungkapnya.
Dampak dari program ini mulai terlihat secara nyata. Selain membantu mengatasi permasalahan lingkungan, GAMA juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga.
Dengan biaya produksi yang rendah dan bahan baku yang mudah diperoleh dari limbah rumah tangga, budidaya maggot berpotensi menekan pengeluaran untuk pakan dan pupuk, bahkan mendatangkan pendapatan tambahan apabila dikelola secara berkelanjutan.
Inisiatif ini tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat Desa Situdaun.
Pak Surya selaku Ketua RT 01 Desa Situdaun, menyambut baik kehadiran program ini dan menyampaikan rasa terima kasihnya. “Saya mengucapkan terima kasih banyak atas bimbingan dan kerja sama dari mahasiswa KKN-T IPB yang telah membagikan ilmunya kepada kami, khususnya dalam budidaya maggot. Insyaallah, ilmu tersebut akan kami teruskan kepada masyarakat. Alhamdulillah, hasilnya sudah mulai terlihat dan program ini telah menunjukkan keberhasilan,” ujarnya
Dengan dukungan kuat dari masyarakat serta kolaborasi antara mahasiswa dan perangkat desa, program GAMA diharapkan tidak hanya berhenti sebagai proyek KKN semata, tetapi mampu menjadi gerakan berkelanjutan yang tumbuh dan berkembang di Desa Situdaun.
Program ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa dapat melahirkan solusi sederhana tapi berdampak besar, baik bagi kelestarian lingkungan maupun peningkatan kesejahteraan perekonomian desa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News