Di pesisir barat Afrika Tengah, ada negara yang terletak tepat di garis khatulistiwa, Gabon namanya. Namanya mungkin terdengar kurang familier di sebagian orang, tetapi, Gabon merupakan salah satu negara yang penting karena cadangan minyaknya yang sangat besar dan berada di peringkat lima sebagai produsen minyak utama di Afrika.
Gabon memiliki hari kemerdekaan yang sama persis dengan Indonesia, yaitu 17 Agustus. Jika Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dari Belanda, Gabon baru merdeka pada 17 Agustus 1960 dari koloni Prancis.
Sama seperti helatan ulang tahun negara pada umumnya, warga dan pemerintah Gabon juga menggelar berbagai agenda, seperti parade militer dan festival rakyat. Mengutip dari WAELE AFRICA, 17 Agustus dijadikan hari libur nasional dan dirayakan secara luas di seluruh negeri.
Tak hanya itu, pesta perayaannya disebut berlangsung sampai dua hari. Masyarakat juga bisa menikmati pertunjukan drum, tari-tarian tradisional, hingga kembang api di La Place de Fetes.
Pusat pemerintahan Gabon adalah di ibu kota Libreville. Bahasa nasionalnya adalah bahasa Prancis.
Fakta Unik Gabon
Kawan GNFI, bendera Gabon terdiri dari tiga warna—hijau, kuning, dan biru. Ketiganya memiliki makna yang mendalam.
Hijau melambangkan hutan tropis, kuning berarti matahari dan sumber daya alam, dan biru bermakna Samudra Atlantik dan sungai. Seluruhnya seakan menjadi deskripsi singkat dari lokasi Gabon yang terletak dekat dengan khatulistiwa.
Memang tidak salah. Meskipun berada nun jauh di Afrika, Gabon juga merupakan negara khatulistiwa yang memiliki iklim khas tropis selayaknya Indonesia.
Melansir dari Sistem Komputerisasi untuk Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI) yang dikelola oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), warga lokal Gabon lebih sering menggunakan taksi dibandingkan bis dan kereta api.
Ini Dia Belarusia, Si ‘Rusia Putih’ yang Jalin Kerja Sama Pertahanan dengan Indonesia
Taksi disebut lebih aman digunakan. Namun, ada juga kejadian kurang mengenakkan di mana sopir taksi mengambil barang penumpang. Dijelaskan bahwa tingkat kejahatan di sana cukup tinggi, sehingga sangat dianjurkan untuk tidak menggunakan perhiasan yang mencolok saat melancong ke Gabon.
Selain itu, kondisi jalan di Gabon tidak benar-benar baik. Belum lagi praktik mengemudi lokal, pencahayaan dan rambu-rambu jalan yang minim semakin membuat jalanan terasa semrawut.
Kawan, laporan dari International Partnership European Union (EU), Gabon termasuk dalam negara berpenghasilan menengah ke atas. Pertumbuhan ekonominya juga cukup kuat dekade belakangan.
Pendapatan per kapitanya juga relatif lebih tinggi dibanding negara lain di sub-Sahara Afrika lainnya, bahkan hingga empat kali lipat. Akan tetapi, negara ini masih memiliki pekerjaan rumah besar karena ketimpangan pendapatan yang signifikan dan mayoritas penduduknya masih hidup dalam garis kemiskinan.
Di sisi lain, karena menjadi bekas jajahan Prancis, banyak hal di Gabon yang ‘meniru’ sistem negara fesyen itu. Pendidikan misalnya. Bahasa Prancis menjadi satu-satunya media pengajaran di sana.
Namun, anak-anak juga bisa memilih bahasa Bantu—kelompok bahasa yang digunakan di Gabon—saat mereka ada di tingkat menengah dan tinggi. Pendidikan di sini wajib bagi anak berusia enam hingga 16 tahun.
Gabon juga memiliki beberapa universitas, seperti Universitas Umar Bongo, Universitas Ilmu Kesehatan, dan Universitas Teknologi Masuku. Akan tetapi, banyak juga warga Gabon yang memilih untuk belajar di luar negeri, khususnya Prancis, pada tingkat sarjana dan pascasarjana.
Hubungan Gabon dan Indonesia
Indonesia tidak memiliki kantor perwakilan di Gabon. Alih-alih membuka kedutaan atau konsulat, Indonesia memiliki Konsul Kehormatan di Gabon. Meskipun demikian, Gabon bersama dengan beberapa negara Afrika lain, seperti Republik Kongo dan Republik Afrika Tengah masuk dalam rangkapan KBRI Yaounde, Nigeria.
Walaupun begitu, kerja sama strategis Indonesia-Gabon tetap berlangsung dan mencakup berbagai bidang, termasuk perdagangan, pariwisata, budaya dan sebagainya. Warga negara Indonesia (WNI) di Gabon juga mendapatkan layanan konsuler, yakni Warung Konsuler, mengingat tidak ada kantor perwakilan di sana.
Melalui akun Instagram Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yaounde, @indonesiainyaounde, per Juli 2025, terdapat lebih dari 700 WNI di Gabon. Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor kehutanan.
Menyapa Fiji, Negara Tropis nan Cantik di Pasifik yang Belajar Tani dari Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News