solusi minimkan polusi mahasiswa kkn t ipb bangun insinerator sederhana di desa sukaratu - News | Good News From Indonesia 2025

Solusi Minimkan Polusi, Mahasiswa KKN-T IPB Bangun Insinerator Sederhana di Desa Sukaratu

Solusi Minimkan Polusi, Mahasiswa KKN-T IPB Bangun Insinerator Sederhana di Desa Sukaratu
images info

Pernahkah Kawan GNFI mendengar tentang alat pembakar sampah yang ramah lingkungan?

Alat ini mengeluarkan asap dalam jumlah yang sangat minim dan hasil abunya bisa dimanfaatkan sebagai campuran batako atau bahkan bahan pembuatan pupuk. Alat pembakar sampah tersebut dikenal sebagai insinerator.

Pada tanggal 7 Juli 2025, mahasiswa KKN-T IPB di Desa Sukaratu, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang berhasil membangun insinerator sederhana sebagai salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara akibat maraknya pembakaran sampah terbuka di sana.

Ide pembangunan insinerator sederhana di Desa Sukaratu ini didasari oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang sering membakar atau membuang sampah di tempat yang tidak semestinya.

“Di sini tidak ada bank sampah jadi warga biasanya membakar sampah sendiri di pekarangan rumah tiap sore,” sebut Kepala Dusun Rawaraden, Sukandi, saat ditemui di kediamannya.

Mahasiswa KKN-T IPB Kenalkan MPASI Sehat melalui Demo Masak Ikan Tanpa Gula untuk Ibu Muda

Sulitnya akses menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga menjadi salah satu alasan kenapa warga sekitar lebih memilih membakar sampahnya, selain karena cepat dan mudah.

Salah satu anggota KKN-T IPB Desa Sukaratu, Dimas, menyebutkan, “Pembakaran sampah terbuka akan menyebabkan polusi dan seringkali jumlah sampah yang terbakar tidak sebanyak yang ingin dibakar. Dengan dibangunnya insinerator ini pembakaran sampah dapat menjadi lebih efektif dan ramah lingkungan”. 

Pembangunan insinerator sederhana oleh mahasiswa KKN-T IPB Desa Sukaratu ini hanya menggunakan tiga bahan, yaitu hebel, semen, dan besi beton dengan kisaran harga Rp600.000-Rp800.000 per insineratornya.

Dokumentasi Pribadi
info gambar

Insinerator tersebut ditempatkan di Kantor Kepala Desa Sukaratu supaya mudah dijangkau oleh seluruh warga dusun, yaitu dusun Rawaraden, Cilenjoh, dan Kaung Ucip.

Insinerator sederhana ini dibagi menjadi tiga bagian penting, yaitu ruang bakar, ventilasi udara, dan cerobong. Saat sampah berada di ruang bakar, ventilasi udara akan menyuplai proses pembakaran dengan oksigen yang cukup sehingga api akan membesar.

Cerobong pada insinerator akan mengatur oksigen yang keluar. Dengan demikian, panas dari api akan tertahan. Hal ini menjadikan proses pembakaran sempurna dan mengurangi potensi terbentuknya asap.

Selain 3 bagian penting tersebut, insinerator juga dilengkapi dengan pintu belakang, lubang sampah, dan wiremesh.

Mahasiswa KKN IPB Tebar 200 Bibit Lewat Cianaga Smart-Farm untuk Dongkrak Peternakan Desa

Penggunaan insinerator sederhana ini terdiri dari beberapa tahapan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan ventilasi udara di bawah insinerator tidak tertutup tanah, abu, atau objek lainnya.

Masukkan sampah ke dalam ruang bakar melalui lubang sampah dengan catatan sampah kering harus berada di dasar tumpukan. Dari pintu belakang insinerator, masukkan kertas atau kayu sebagai pemantik api. Setelah api menyala, segera tutup pintu belakang dan lubang sampah agar udara yang masuk tidak berlebih.

Jika pembakaran sempurna, api akan keluar dari cerobong. Namun, apabila api tidak keluar berarti ada sampah basah yang masuk atau api belum menyala secara maksimal sehingga kondisi tersebut perlu diperhatikan.

Jika api sudah keluar dari cerobong, tunggu sampai sampah habis terbakar dan hanya tersisa abu. Terakhir, biarkan insinerator dingin sebelum membuka dan membersihkan abu.

Berdasarkan praktik tersebut, insinerator ini dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan metode pembakaran sampah yang umumnya dilakukan di tempat terbuka.

Akan tetapi, tidak semua sampah boleh dibakar di insinerator sederhana. Beberapa sampah yang boleh dibakar, yaitu daun dan ranting kering, kertas, kardus, sampah organik yang sudah kering, serta sisa makanan yang sudah tidak lagi basah.

Sementara itu, sampah yang tidak boleh dibakar, yaitu popok bekas dalam jumlah banyak, baterai, kaleng berisi gas, barang elektronik yang rusak, kaca, dan benda logam.

Kenapa tidak boleh dibakar? Karena sampah-sampah tersebut sifatnya berbahaya. Ada banyak komponen yang mudah meledak, berubah menjadi gas yang berbahaya, dan resiko bahaya lainnya yang belum diketahui,” jelas Salman, salah satu mahasiswa KKN-T IPB Desa Sukaratu.

Perlu diperhatikan juga bahwa penggunaan insinerator tidak boleh dilakukan saat hujan atau angin kencang. Diperingatkan juga untuk menjauhkan alat ini dari jangkauan anak-anak dan hewan.

Selain itu, dilarang menyiram insinerator saat masih panas, dilarang memasukkan benda yang belum dikenali, serta disarankan menggunakan sarung tangan saat akan membuang abu hasil pembakaran.

Jika digunakan dengan tepat, insinerator ini sangat efektif untuk dijadikan alat pembakar sampah yang ramah lingkungan.

“Kami senang insinerator sederhana ini bisa dibangun di Sukaratu. Harapannya, semoga alat ini bisa dimanfaatkan oleh warga dalam jangka waktu yang panjang dan nantinya bisa tersedia di setiap dusun,” ujar Sekretaris Desa, Usman, ketika ditemui di tempat.

Kolaborasi Mahasiswa KKN UGM dan Universitas Palangka Raya dalam Gerakan Gemar Membaca di SD N 1 Sababilah, Barito Selatan, Kalimantan Tengah

Pembangunan insinerator ini disambut antusias oleh warga sekitar yang ingin mencoba langsung alatnya.

“Semoga insinerator sederhana ini bisa menjadi solusi yang paling mudah diterapkan oleh masyarakat untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada karena penggunaannya juga diadaptasi dari kebiasaan masyarakat sendiri yang sering membakar sampah di sore hari tapi kali ini dengan versi yang lebih ramah lingkungan,” kata Ardira, salah satu mahasiswa KKN yang sedang menyaksikan demonstrasi penggunaan insinerator tersebut.

Melalui pembangunan insinerator sederhana ini, mahasiswa KKN-T IPB Desa Sukaratu berharap adanya perubahan kebiasaan warga dalam mengelola sampah. Mulai dari tahap memilah sampah, melakukan pembakaran, hingga terbentuknya suatu kesadaran untuk menjaga lingkungan. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.