pahami tanah maksimalkan hasil edukasi ph dan ec tanah oleh kkn ipb di desa gunung menyan bogor jawa barat - News | Good News From Indonesia 2025

Pahami Tanah, Maksimalkan Hasil: Edukasi pH dan EC Tanah oleh KKN IPB di Desa Gunung Menyan, Bogor, Jawa Barat

Pahami Tanah, Maksimalkan Hasil: Edukasi pH dan EC Tanah oleh KKN IPB di Desa Gunung Menyan, Bogor, Jawa Barat
images info

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University 2025 melaksanakan sosialisasi mengenai pentingnya pengukuran pH dan EC tanah kepada para petani di Desa Gunung Menyan. Sosialisasi ini dilaksanakan di Aula Majlis Ta'lim Nurus Sa’adah, RT 002/RW 006, Kampung Sawah, dan diikuti oleh sejumlah petani setempat yang memiliki lahan pertanian aktif di wilayah tersebut.

Desa Gunung Menyan, yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya menggantungkan penghidupan dari sektor pertanian. Namun demikian, sebagian besar petani di desa ini masih mengandalkan metode tradisional dalam mengelola lahan, tanpa pemanfaatan data dasar kondisi tanah.

Salah satu aspek penting yang sering terabaikan adalah pemahaman terhadap pH tanah (tingkat keasaman atau kebasaan) dan Electrical Conductivity (EC), yang berfungsi sebagai indikator ketersediaan unsur hara dan tingkat kesuburan tanah.

Padahal, pemahaman tentang pH dan EC tanah merupakan langkah awal dalam mewujudkan sistem pertanian yang lebih presisi dan berkelanjutan. Tanah dengan pH yang terlalu rendah (masam) atau terlalu tinggi (basa) dapat menghambat penyerapan unsur hara oleh tanaman. Begitu pula dengan EC, yang mengindikasikan kandungan garam terlarut, akan memengaruhi efektivitas pupuk dan produktivitas tanaman.

Melalui kegiatan sosialisasi ini, mahasiswa KKN-T IPB memperkenalkan alat pengukur pH dan EC tanah secara langsung kepada petani. Para petani diberi kesempatan untuk mencoba alat ukur, membaca hasil pengukuran, dan mendapatkan penjelasan tentang cara menginterpretasikan data tersebut.

Selain itu, mahasiswa juga menjelaskan alternatif atau solusi alami untuk memperbaiki kondisi tanah, seperti penambahan kapur pertanian (dolomit) pada tanah masam, penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan EC, serta pengelolaan air yang baik.

Penggunaan alat ukur pH dan EC tanah dilakukan dengan cara sederhana dan mudah dipahami oleh para petani. Mahasiswa menjelaskan bahwa pengukuran dilakukan pada beberapa titik lahan untuk mendapatkan hasil yang representatif.

Hasil pengukuran kemudian dicocokkan dengan kisaran ideal yang dibutuhkan oleh berbagai jenis tanaman, misalnya pH netral (6,0–7,0) yang umumnya cocok untuk tanaman hortikultura, atau EC tanah di bawah 2 dS/m yang dianggap masih dalam batas aman untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman pangan.

“Dengan mengetahui kondisi tanah sebelum masa tanam, petani bisa melakukan perencanaan untuk menentukan kebutuhan lahan, seperti kebutuhan akan kapur pertanian, jenis pupuk, serta tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut. Ini bisa mencegah risiko gagal tumbuh, gagal panen, dan tentunya meningkatkan hasil produksi secara optimal,” ujar Muhammad Regia Anbiya, salah satu perwakilan mahasiswa KKN-T IPB.

Antusiasme petani dalam mengikuti sosialisasi sangat tinggi. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi mengenai berbagai permasalahan yang mereka hadapi di lapangan, khususnya terkait kondisi tanah yang kurang produktif meskipun telah diberi pupuk.

Beberapa petani mengungkapkan bahwa mereka baru pertama kali mengetahui bahwa pH dan EC tanah dapat diukur dengan alat sederhana, dan menyatakan harapan agar kegiatan edukatif seperti ini dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan petani, tetapi juga menjadi ruang interaksi antara ilmu pengetahuan dan praktik di lapangan. Mahasiswa IPB juga mendorong petani untuk mulai mencatat data hasil pengukuran secara berkala agar bisa menjadi dasar pengambilan keputusan pertanian ke depannya.

Sosialisasi ini merupakan bagian dari program kerja KKN-T yang berfokus pada penguatan kapasitas petani dan pengembangan sistem pertanian berbasis data. Dengan kegiatan ini, diharapkan para petani di Desa Gunung Menyan dapat meningkatkan produktivitas pertanian mereka secara berkelanjutan, serta menjadi pelopor dalam penerapan pertanian presisi di wilayah perdesaan.

Bagi Kawan GNFI yang juga berkecimpung di dunia pertanian, memahami kondisi tanah merupakan langkah penting dalam membangun pertanian yang tangguh dan efisien. Mari kita dukung terus upaya edukatif dan kolaboratif seperti ini demi kemajuan pertanian Indonesia yang berkelanjutan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.