mahasiswa ipb latih peternak karangtengah ubah kotoran kambing jadi pupuk organik cair ramah lingkungan - News | Good News From Indonesia 2025

Mahasiswa IPB Latih Peternak Karangtengah: Ubah Kotoran Kambing jadi Pupuk Organik Cair Ramah Lingkungan

Mahasiswa IPB Latih Peternak Karangtengah: Ubah Kotoran Kambing jadi Pupuk Organik Cair Ramah Lingkungan
images info

Menjawab tantangan kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University menggagas sebuah solusi sederhana, dengan menyelenggarakan pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC) dari limbah kotoran kambing. Harapannya agar berdampak besar.

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, tepatnya bersama Kelompok Ternak Sri Widodo RW 3.

Program ini merupakan bagian dari komitmen mahasiswa KKNT IPB University untuk mendorong sistem pertanian dan peternakan berkelanjutan berbasis potensi lokal. Desa Karangtengah, yang sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan peternakan, saat ini menghadapi tantangan serius berupa penurunan kualitas tanah akibat ketergantungan jangka panjang terhadap pupuk kimia.

Akibatnya, produktivitas pertanian cenderung menurun setiap musim tanam, sehingga berimbas pada pendapatan petani yang juga ikut menurun.

Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa IPB menggagas pelatihan berbasis solusi lokal dengan memanfaatkan limbah yang selama ini dianggap tidak bernilai, yaitu kotoran kambing.

Padahal, kandungan unsur hara makro dan mikro dalam kotoran kambing tergolong tinggi dan sangat potensial untuk dijadikan bahan dasar pupuk organik, baik padat maupun cair.

Delegasi IPB Tingkatkan Literasi Keuangan Ibu-Ibu Leang Leang lewat KKN Kebangsaan XIII

Pelatihan ini dilaksanakan secara langsung di rumah Ketua Kelompok Ternak Sri Widodo, Karsim. Dalam kesempatan tersebut, para mahasiswa memberikan sosialisasi terlebih dulu soal bahaya jangka panjang penggunaan pupuk kimia. Mereka juga menjelaskan pentingnya transisi ke sistem pertanian organik.

Edukasi ini kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan pupuk organik cair menggunakan bahan utama berupa kotoran kambing.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan POC cukup sederhana dan mudah didapatkan di lingkungan rumah tangga, antara lain kotoran kambing segar, air bersih, ragi sebagai starter fermentasi, serta bahan tambahan seperti air cucian beras atau limbah dapur sebagai sumber nutrisi tambahan bagi mikroba fermentatif.

Proses fermentasi berlangsung selama 7—14 hari di dalam wadah tertutup, tetapi masih memungkinkan pertukaran gas.

Selama proses fermentasi, senyawa organik kompleks dalam kotoran kambing akan terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah diserap oleh tanaman.

Pelatihan ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa. Kepala Desa Karangtengah, Karyoto, turut hadir dan memberikan sambutan serta dukungan terhadap program mahasiswa IPB University.

Ia menyampaikan bahwa aktivitas ini menjadi sangat relevan dan tepat sasaran, mengingat kondisi tanah pertanian di Karangtengah yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan kesuburan.

“Tanah di Karangtengah saat ini sudah hampir rusak karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan berkesinambungan. Kita perlu mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Kotoran kambing yang sebelumnya hanya dibuang, sekarang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair. Selain untuk memperbaiki tanah, hasilnya juga bisa dijual, dan ini tentu menjadi peluang menambah penghasilan,” jelas Karyoto.

Mahasiswa IPB, Moch Azriel Putra Maulana, dalam paparannya menjelaskan bahwa program ini tidak hanya sebatas edukasi teknis. Namun, juga dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat.

Mahasiswa KKN-T IPB Hadirkan Solusi Ketahanan Pangan Melalui Program Pekarangan Bergizi di Desa Pucanggading

Ia menegaskan bahwa pemanfaatan limbah ternak tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas pertanian, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru jika dikelola secara kolektif dan berkelanjutan.

“Harapan kami, kegiatan ini bisa membawa dampak yang nyata dan berkelanjutan terhadap aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat desa. Kami ingin masyarakat melihat bahwa limbah bukanlah sesuatu yang harus dibuang, tetapi bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna,” ujarnya.

Antusiasme peserta pelatihan terlihat jelas selama kegiatan berlangsung. Para anggota kelompok ternak aktif bertanya dan mencatat setiap tahapan proses pembuatan. Mereka pun terlibat langsung dalam mencampurkan bahan, mengaduk larutan, serta menyiapkan wadah fermentasi.

Alhamdulillah, dengan kedatangan adik-adik mahasiswa KKN IPB, kami dapat ilmu baru. Ternyata kotoran kambing kalau dijadikan POC lebih unggul dibandingkan langsung dipakai sebagai pupuk padat. Lebih mudah dipakai dan hasilnya bisa dijual juga,” ungkap Pak Karsim.

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan, mahasiswa melakukan monitoring dan evaluasi seminggu setelah kegiatan. Hasil fermentasi menunjukkan warna cairan berubah menjadi cokelat tua dengan aroma khas yang menandakan proses berlangsung optimal.

Beberapa anggota kelompok ternak bahkan sudah mulai mencoba membuat POC secara mandiri di rumah. Mereka juga mulai berdiskusi mengenai potensi pengemasan dan pemasaran lokal produk POC ini.

Kegiatan ini tidak hanya berhenti pada aspek teknis, tetapi juga membuka diskusi lanjutan mengenai pengelolaan limbah peternakan secara menyeluruh.

Mahasiswa mengajak masyarakat untuk mulai merancang sistem pengelolaan terpadu yang meliputi pengolahan pupuk padat dan cair, serta pengemasan produk untuk skala rumah tangga atau UMKM.

Selain aspek lingkungan, program ini juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin ke-12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), poin ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim), dan poin ke-15 (Ekosistem Daratan).

Mahasiswa KKN IPB University Bersama Siswa SDN Bunikasih 4 Mengolah Sampah Menjadi Karya Seni

Dengan mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik, masyarakat ikut serta dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas tanah.

Ke depan, mahasiswa berharap agar kegiatan ini dapat dijadikan program berkelanjutan di tingkat desa, misalnya dengan membentuk unit usaha kecil pengolahan pupuk organik cair.

Dengan dukungan pemerintah desa dan semangat masyarakat, bukan tidak mungkin Desa Karangtengah bisa menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan limbah peternakan berbasis komunitas.

Kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan program ini. Dari sebuah kegiatan sederhana, lahir inovasi lokal yang dapat membawa perubahan besar, baik bagi lingkungan maupun kesejahteraan warga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
IJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.