Sebagai bagian dari pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan XIII yang mengusung tema “Wisata Budaya, Warisan Dunia sebagai Aksi Kebangsaan: Kampus Berdampak dan Mengabdi untuk Negeri”, mahasiswa Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), Anisa, menggelar kegiatan sosialisasi keuangan dan legalitas usaha sebagai program mandiri di Posko Leang Leang 1. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 09.00–11.00 WITA dan bertempat di kantor Kelurahan Leang Leang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Kegiatan dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, di antaranya aparat kelurahan, tokoh RT dan RW setempat, pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), serta ibu-ibu rumah tangga dari lingkungan sekitar.
Ruangan kantor kelurahan dipenuhi dengan semangat kebersamaan, antusiasme peserta terlihat sejak awal, bahkan sebelum sesi dimulai. Meski tema besar dari KKN melibatkan isu warisan budaya dan pariwisata, Anisa secara khusus memilih untuk menyentuh aspek ekonomi kerakyatan, dengan fokus pada literasi keuangan bagi perempuan sebagai pengelola utama dalam rumah tangga.
Materi yang dibawakan bersifat interaktif dan aplikatif, merujuk pada modul edukatif dari Bank SMBC Indonesia. Dalam sesi pembukaan, peserta diajak memahami prinsip membedakan kebutuhan dan keinginan lewat contoh yang dekat dengan keseharian.
Pertanyaan seperti “Apakah membeli daster setiap bulan itu kebutuhan atau keinginan?” serta “Apakah jajan harian dapat dikurangi untuk dialihkan ke tabungan?” menjadi pemicu diskusi yang reflektif dan mengalir.
Anisa juga membuka ruang bagi peserta untuk berbagi pengalaman finansial mereka secara terbuka, termasuk kebiasaan belanja impulsif dan pengaruh tekanan sosial dalam pengambilan keputusan keuangan.
Beberapa aspek penting yang disorot dalam sesi ini mencakup godaan diskon, gaya hidup konsumerisme, dan praktik berhutang tanpa rencana yang sering menjadi akar masalah finansial keluarga.
Anisa menyampaikan bahwa literasi keuangan bukan sekadar teori, melainkan sebuah keterampilan hidup yang mendukung ketahanan ekonomi keluarga, sekaligus memperkuat kapasitas ibu-ibu untuk mengambil keputusan yang bijak dan berdaya.
Untuk menilai efektivitas kegiatan, kuis literasi keuangan diselenggarakan pada awal dan akhir sesi. Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan, terutama dalam kemampuan peserta memilah pengeluaran prioritas dan menyusun strategi pengelolaan uang. Salah satu peserta bahkan mengatakan bahwa kegiatan ini membuatnya menyadari kebiasaan konsumtif yang selama ini dianggap wajar.
Setelah sesi teori dan refleksi, peserta diajak menyusun impian pribadi mereka secara tertulis. Cita-cita yang muncul pun beragam: dari membuka warung kelontong sederhana, menyekolahkan anak hingga sarjana, menabung emas sebagai aset masa depan, hingga memperbaiki atap rumah yang bocor.
Bersama Anisa, peserta memetakan langkah-langkah sederhana untuk mencapai mimpi tersebut, seperti menyisihkan Rp100.000 per bulan, mencatat pengeluaran rutin, dan menerapkan jeda 24 jam sebelum membeli barang konsumtif.
“Saya ingin ibu-ibu merasa percaya diri dan mampu bermimpi besar. Literasi keuangan bukan sekadar teori, tapi kunci untuk hidup yang lebih tenang dan terarah,” ungkap Anisa di penghujung sesi.
Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa kegiatan ini benar-benar menjangkau kebutuhan masyarakat. Diskusi berjalan dengan hangat dan penuh keterlibatan.
Aparat kelurahan serta tokoh masyarakat pun memberikan apresiasi atas pendekatan yang partisipatif dan membumi. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa pengabdian mahasiswa tak hanya bersifat formalitas akademik, tetapi mampu menghadirkan perubahan sosial yang menyentuh langsung keseharian warga.
Dengan semangat KKN Kebangsaan XIII, kegiatan ini memperkuat sinergi antara kampus dan komunitas dalam upaya menciptakan masa depan yang lebih cerdas, terencana, dan berdaya. Literasi keuangan terbukti bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang keberanian, harapan, dan keputusan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News