- Hompimpa Solo adalah komunitas yang mengajak anak-anak untuk bermain, belajar, dan tumbuh dengan mengenal tradisi Indonesia.
- Komunitas yang berbasis di Solo ini merupakan pengembangan dari Taman Baca Teras Kita di tahun 2017.
- Hompimpa Solo memiliki beberapa program unggulan, seperti Ruang Nonton Bareng (RNB), Event Hompimpa, dan sebagainya.
Banyak anak mulai asing dengan kekayaan budaya bangsanya akibat gempuran era digital yang semakin masif. Permainan dan jajanan tradisional contohnya. Dua hal ini mulai banyak dilupakan, bahkan tidak diketahui oleh generasi saat ini.
Belum lagi akses internet yang semakin mudah membuat akses buku fisik menjadi isu yang tak luput dari perhatian. Makin banyak orang tua yang lebih memprioritaskan untuk membeli kuota internet dengan dalih lebih praktis.
Keresahan ini mendorong terbentuknya Hompimpa Solo, sebuah komunitas yang mengajak anak-anak untuk bermain, belajar dan tumbuh dengan mengenal tradisi Indonesia. Uniknya, Hompimpa Solo menggunakan pendekatan melalui buku bacaan—mengajak orang tua dan anak untuk memperkuat ikatan batin sekaligus mengenal budaya Indonesia.
Bermain, Belajar, dan Mengenal Budaya
Komunitas ini merupakan pengembangan dari komunitas Taman Baca Teras Kita di tahun 2017. Hompimpa Solo bertekad memberikan ruang belajar alternatif yang berakar pada budaya lokal untuk membentuk generasi muda yang peduli, mandiri, dan cinta lingkungan.
Komunitas ini memberikan akses pada khalayak umum yang ingin membaca buku. Selain itu, orang tua juga diajak aktif untuk terlibat dalam proses tumbuh kembang anak.
Hompimpa Solo memiliki beberapa program reguler, yaitu Ruang Nonton Bareng (RNB) yang digelar sebulan sekali, dan Event Hompimpa setahun sekali. Komunitas ini juga memiliki berbagai kegiatan seru lainnya.
Upayakan Ruang Nyaman untuk Anak Tumbuh dan Bermimpi
Kepedulian Hompimpa Solo terhadap pendidikan memang patut diacungi jempol. Pernah suatu ketika, saat ingin melakukan observasi di sekolah, tim Hompimpa membayangkan akan mendatangi lembaga pendidikan modern dengan fasilitas mumpuni.
Namun, realita menampar. Kenyataan di lapangan justru mengatakan sebaliknya. Bangunan yang diekspektasikan merupakan bangunan sekolah yang bagus ternyata adalah sebuah perpustakaan yang tidak lagi difungsikan sebagai TK—lebih mirip gudang tepatnya.
Alih-alih langsung melakukan observasi, tim tergerak untuk membersihkan ruangan, menata ruang kelas, dan mengecat kembali meja kursi yang tampak usang itu. Ini dilakukan agar ruangan tampak lebih hidup dan layak bagi anak.
Ironisnya, tempat yang diharapkan jadi ruang tumbuh dan berkembang anak ini dekat dengan Bandara Adi Soemarmo—banyak sekolah-sekolah maju dengan fasilitas moncer. Kontras ini menyentuh hati, di mana pendidikan tidak selalu berbicara dengan kurikulum dan metode, tetapi dimulai dari keberanian untuk peduli demi merubah sesuatu yang kecil menjadi ruang yang lebih layak untuk anak.
Hal ini membuat Hompimpa Solo terus berkomitmen untuk menciptakan ruang belajar yang inklusif dan membumi, berakar dari budaya dan cinta.
Kawan GNFI, Hompimpa Solo juga merupakan salah satu komunitas yang tergabung dalam 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget Batch 1, kolaborasi Good News From Indonesia dan Kampung Lali Gadget. Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu anak-anak untuk tumbuh dan lebih mengenal budaya mereka dengan baik tanpa merusak fitrah mereka sebagai anak-anak akibat penggunaan gadget yang berlebihan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
