menyoal modernisasi alutsista di indonesia strategi tepat atau pemborosan anggaran - News | Good News From Indonesia 2025

Menyoal Modernisasi Alutsista di Indonesia, Strategi Tepat atau Pemborosan Anggaran?

Menyoal Modernisasi Alutsista di Indonesia, Strategi Tepat atau Pemborosan Anggaran?
images info
  • Modernisasi alutsista merupakan salah satu cara untuk memperkuat pertahanan di Indonesia.
  • Meskipun demikian, Indonesia belum memiliki rencana induk yang tertuang dalam Minimum Essential Force (MEF), yang berfungsi sebagai strategi pertahanan Indonesia untuk membangun kekuatan militer yang ideal.

Indonesia tengah gencar melakukan pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) lewat penguatan kerja sama dengan negara-negara sahabat, seperti Amerika Serikat, Prancis, Turki, Rusia, dan sebagainya.

Di awal Juli 2025 misalnya. Indonesia menyambut KRI Brawijaya-320 yang dibuat di galangan kapal Fincantieri, Italia. Serah terima itu diharapkan dapat memperkuat postur pertahanan maritim Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga akan membali jet tempur Turki, KAAN, serta mengakuisisi 42 unit jet tempur asal Prancis, Rafale. Belum lagi, jet tempur F-15EX buatan Amerika Serikat yang ikut masuk radar Kementerian Pertahanan (Kemhan).

Kawan GNFI, pemerintah memang memberi alokasi anggaran pertahanan Indonesia dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan sektor lain, yakni Rp 247,5 triliun. Bahkan, menukil dari laman resmi Kemhan, disebutkan bahwa anggaran Kemhan dan TNI untuk tahun 2026 masih belum mencukupi kebutuhan prioritas, sehingga perlu adanya tambahan anggaran.

Kebutuhan prioritas ini meliputi pembangunan kekuatan pertahanan, perawatan personel, peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, hingga pembinaan kekuatan di masing-masing markas besar angkatan. Tak hanya itu, penambahan anggaran ini juga krusial untuk mendukung pengadaan alutsista.

Hal ini menimbulkan pertanyaan. Apakah upaya Kemhan untuk melakukan modernisasi persenjataan memang menjadi strategi yang tepat untuk mendukung sistem pertahanan negara, atau justru menghabiskan anggaran keuangan saja?

Penguatan Sektor Pertahanan Adalah Hal Penting

Menyoal modernisasi alutsista itu, Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga (UNAIR), Probo Darono Yakti, S.Hub.Int, M.Hub.Int., membeberkan bahwa penguatan di sektor pertahanan menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, penguatan di sektor pertahanan, utamanya di laut, memang diperlukan.

“Pembelian kapal perang itu adalah salah satu upaya untuk penguatan strategi maritim Indonesia, termasuk bagaimana kita melihat bahwa Indonesia ini wilayahnya dua per tiga di antaranya adalah perairan,” jelas Probo saat dimintai keterangan oleh GNFI.

Selain modernisasi alat pertahanan, Probo menyebut jika perlu adanya penguatan sumber daya dari sisi prajurit Indonesia, yaitu tiga matra TNI. Hal ini penting mengingat situasi geopolitik yang tidak menentu.

TNI sangat diharapkan dan dibutuhkan di masa-masa genting, termasuk saat konflik dan peperangan. Artinya, peran para punggawa pelindung bangsa ini diharapkan tidak hanya fokus dalam diplomasi militer saja, tetapi juga sigap saat menghadapi perang.

“Menurut saya, ini terobosan yang bagus soal pengadaan alutsista. Sambil jalan, kita bisa mencetuskan essential force apa berikutnya, dokumen apa yang kemudian bisa menjadi guideline pemerintah pusat untuk mengadakan persenjataan itu. Kita (juga bisa) melakukan capacity building untuk prajurit atau personel TNI di semua matra,” ucap Probo.

Tetap Perlu Evaluasi Terkait Pembelian Alutsista

Di lain sisi, ia juga menyoroti bahwa pembelian alutsista itu belum dapat dikatakan benar-benar efektif atau tidak. Hal ini dikarenakan Indonesia belum memiliki rencana induk. Apa maksudnya?

Dalam penjelasannya, Direktur Center for National Defense and Security Studies (CNDSS) Indonesia sekaligus Founder Nusantara Policy Lab tersebut menjabarkan, sejauh ini Indonesia belum memiliki dokumen strategis—Minimum Essential Force (MEF)—yang berfungsi sebagai strategi pertahanan Indonesia untuk membangun kekuatan militer yang ideal. MEF fokus pada peningkatan kekuatan militer, salah satunya melalui modernisasi alutsista.

Menurutnya, perlu ada tinjauan lebih lanjut terkait seberapa efektif pembelian alutsista yang dilakukan pemerintah, mengingat belum adanya rencana induk yang memetakan kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk mendukung sistem pertahanan negara.

“Belum ada rencana induk, kira-kira ke dapan rencana pengembangan alutsista dalam negeri seperti apa. Kemudian, pengadaan dari luar negeri itu apa saja yang harus diperlukan. Apalagi melihat ancaman terbaru, seperti pesawat nirawak, lalu pesawat yang sudah mengandalkan artificial intelligence (AI) yang harus diantisipasi pemerintah,” ujar Dosen UNAIR dengan fokus kajian pertahanan itu.

Ia juga menerangkan pentingnya kekuatan pokok minimum (MEF) di tiap sektor, mulai dari laut, darat, dan udara. Kekuatan pokok minimum inilah yang diperlukan oleh Indonesia untuk mencapai suatu kekuatan tertentu.

“Misal di sektor laut, ada berapa kapal fregat yang harus diadakan, berapa kapal korvet yang perlu diadakan. Kemudian kalau sektor darat, misalkan ada berapa tank yang harus diadakan, berapa meriam altileri anti-udara yang harus diadakan. Lalu di sektor udara itu, berapa pesawat tempur yang diadakan,” jelasnya.

Strategi pengembangan dalam modernisasi alutsista dinilai penting oleh Probo, karena dengan pengembangan tersebut, Indonesia dapat mengimbangi negara-negara lain. Indonesia disebutnya juga tengah berusaha untuk “memulihkan” diri sebagai regional power.

“Dokumen (MEF) perlu disusun terlebih dahulu sebelum kita menyentuh pada substansi apakah pembelian kemarin efektif atau hanya sebatas menjalin relasi baik dengan negara-negara maju,” tukas Probo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.