- TBM Pelita Bangsa didirikan diLampung untuk ajak anak-anak mengurangi gadgetmelalui literasi kreatif.
- Punya program unik sepertiSLG (Sedino Lali Gadget) dankegiatanmembacamenyenangkan.
- Dari gudang sederhana, kini jadi tempat belajar yang ubah anak pemalu jadi percaya diri.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, anak-anak di Dusun Sidodadi, Lampung, mulai kehilangan momen bermain dan belajar akibat ketergantungan pada gadget.
Melihat fenomena ini, Yevonnael Andrew dan beberapa rekannya tergerak untuk mendirikan TBM Pelita Bangsa pada 2021—sebuah taman bacaan masyarakat yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menjadi ruang kreatif bagi anak-anak untuk belajar, bermain, dan berekspresi.
Dari Gudang ke Ruang Belajar yang Bermakna
Awalnya, kegiatan literasi ini digelar di sebuah gudang dengan fasilitas seadanya. Namun, berkat dukungan masyarakat dan relawan, pada 2022 TBM Pelita Bangsa resmi berdiri di bawah Forum TBM Indonesia.
Nama "Pelita Bangsa" dipilih sebagai simbol harapan—menjadi cahaya penerang bagi masa depan anak-anak melalui literasi.
Pada awal 2024, komunitas peserta program 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget batch 1 yang digelar GNFI dan Kampung Lali Gadget ini akhirnya memiliki ruang kegiatan yang lebih layak dan nyaman. "Keterbatasan bukan halangan untuk menciptakan perubahan," ujar Yevonnael.
Kini, TBM Pelita Bangsa telah berkembang dengan beragam program yang dirancang untuk menggugah minat baca, kreativitas, dan semangat belajar anak-anak.
Program Literasi yang Menyenangkan dan Berdampak
TBM Pelita Bangsa memiliki tiga kategori program, yakni mingguan, liburan, dan tahunan. Salah satu yang paling populer adalah Literaksif (Literasi dan Aksi Kreatif), di mana anak-anak diajak mewarnai, bercerita, hingga membuat kerajinan tangan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa literasi bukan sekadar membaca, tapi juga tentang menciptakan sesuatu," jelas Yevonnael.
Program lain yang mendapat perhatian adalah SLG (Sedino Lali Gadget), sebuah kegiatan outbound yang mengajak anak-anak "puasa" gadget selama sehari. Mereka diajak bermain permainan tradisional, eksplorasi alam, dan aktivitas kelompok yang mengasah kreativitas serta kerja sama.
Tak hanya itu, TBM Goes To School menjadi program tahunan yang menyebarkan semangat literasi ke sekolah-sekolah. Sementara Pelita Bangsa Literacy Challenge (PBLC) digelar setiap ulang tahun TBM untuk memacu semangat kompetisi sehat dalam membaca dan menulis.
Dorong kepercayaan diri anak-anak
Salah satu cerita yang paling berkesan datang dari seorang anak perempuan kelas 2 SD yang awalnya kesulitan membaca. Dengan pendampingan rutin di TBM, perlahan ia mulai lancar membaca dan bahkan berani membacakan cerita di depan teman-temannya.
"Perubahannya luar biasa. Dari pemalu, kini ia penuh percaya diri," kenang Yevonnael.
Kisah seperti ini menjadi bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, anak-anak bisa menemukan kembali semangat belajar mereka. "Kami percaya, setiap anak berhak tumbuh bahagia dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri," tegas pendiri TBM Pelita Bangsa.
Semakin Banyak Titik Literasi untuk Anak Indonesia
Ke depan, TBM Pelita Bangsa berharap bisa memperluas jangkauan dan menginspirasi lebih banyak komunitas literasi di Lampung dan sekitarnya. "Semakin banyak titik literasi, semakin besar peluang anak-anak tumbuh menjadi generasi cerdas dan kreatif," pungkas Yevonnael.
Dengan semangat gotong royong dan dedikasi para relawan, TBM Pelita Bangsa terus menjadi pelita—cahaya kecil yang menerangi masa depan anak-anak Dusun Sidodadi, satu buku, satu cerita, dan satu tawa pada suatu waktu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


