cuci parigi pusaka ritual sakral penjaga warisan budaya lonthoir di maluku - News | Good News From Indonesia 2025

Cuci Parigi Pusaka: Ritual Sakral Penjaga Warisan Budaya Lonthoir di Maluku

Cuci Parigi Pusaka: Ritual Sakral Penjaga Warisan Budaya Lonthoir di Maluku
images info

Di tengah pesona Maluku, Tanah Seribu Pulau, Banda Besar bertahta dengan keindahan bulan sabitnya, menyimpan tradisi kuno yang memikat hati. Desa Lonthoir, di pulau ini, menjaga sebuah permata budaya: Cuci Parigi Pusaka, ritual sakral yang mengalir dari sejarah penyebaran Islam dan perjuangan leluhur.

Setiap dekade, warga Lonthoir, termasuk perantau, berkumpul dalam ritual yang sarat makna, diiringi tarian cakalele dan irama tifa. Cuci Parigi Pusaka bukan hanya tentang membersihkan sumur suci, tetapi juga menyucikan jiwa, menghormati para pahlawan, dan merajut ikatan dengan warisan leluhur.

Pesona Banda Besar dan Sumur Kembar

Banda Besar, pulau terbesar di Kepulauan Banda, Maluku Tengah, memikat dengan bentuknya yang menyerupai bulan sabit dan luas wilayah sekitar 2.800 hektare. Terletak berhadapan dengan Banda Neira, pulau ini menyuguhkan panorama alam yang memukau, dengan perbukitan hijau dan pesisir yang menawan.

Keindahan alamnya bukan hanya daya tarik wisata. Namun, juga latar bagi tradisi sakral yang telah mengakar selama berabad-abad. Ini menjadikan Banda Besar lebih dari sekadar destinasi ia adalah pusat warisan budaya yang hidup.

Di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, tersembunyi keajaiban sejati, 2 sumur kembar yang dikenal sebagai parigi pusaka. Berusia ratusan tahun, sumur dengan kedalaman hanya empat meter ini menyimpan misteri yang sulit dipercaya.

Pulau Obi di Maluku Utara, Harta Karun Besar bagi Indonesia

Di tempat setinggi itu, di mana air biasanya sulit ditemukan, parigi pusaka tak pernah kering, bahkan saat musim kemarau melanda. Sumber air ini bukan hanya anugerah alam, tetapi juga simbol spiritual bagi masyarakat Desa Lonthoir, yang memandangnya sebagai titipan leluhur yang harus dijaga.

Keistimewaanparigi pusaka tak hanya terletak pada ketahanannya, tetapi juga pada makna yang dibawanya. Sumur kembar ini dianggap suci, konon ditemukan oleh ulama penyebar Islam yang dipandu seekor kucing menuju sumber mata air.

Bagi warga Lonthoir, parigi ini bukan sekadar sumber air, melainkan lambang sejarah, keimanan, dan perjuangan leluhur melawan penjajahan.

Setiap sepuluh tahun, ritual Cuci Parigi Pusaka digelar untuk membersihkan sumur, sekaligus menyucikan hati dan jiwa masyarakat, menegaskan ikatan mereka dengan warisan budaya yang abadi.

Sejarah di Balik Ritual Cuci Parigi Pusaka

Ritual Cuci Parigi Pusaka berakar dari kisah kedatangan ulama dari Timur Tengah ke Desa Lonthoir, Banda Besar, untuk menyebarkan ajaran Islam. Dalam perjalanan mereka, saat mencari air untuk berwudhu, sebuah keajaiban terjadi.

Ada seekor kucing muncul dari semak-semak, menggiring mereka menuju sumber mata air yang tersembunyi. Dari titik itulah parigi pusaka dua sumur kembar lahir, menjadi simbol masuknya Islam di tanah Banda. 

Sumur ini bukan hanya sumber air, tetapi juga lambang spiritual yang menyatukan masyarakat dalam keyakinan dan sejarah. Lebih dari sekadar warisan keagamaan, ritual ini juga merayakan semangat perjuangan leluhur Lonthoir yang dengan gagah berani melawan penjajahan.

5 Tradisi Unik di Maluku yang Mencerminkan Kekayaan Budaya dan Kebersamaan

Parigi pusaka menjadi saksi bisu keteguhan mereka dalam mempertahankan tanah air. 

Upacara ini, yang digelar setiap sepuluh tahun, bukan hanya tentang membersihkan sumur, tetapi juga menghormati pengorbanan para pahlawan.

Warga Lonthoir, termasuk perantau yang pulang kampung, berkumpul untuk memanjatkan doa, mengenang jasa leluhur yang kini telah berada di alam keabadian.

Upacara Cuci Parigi Pusaka mengandung nilai-nilai mendalam yakni keimanan, kebersamaan, dan penghormatan pada sejarah. Ritual ini menjadi pengingat bahwa identitas Lonthoir tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada cerita perjuangan dan ketabahan yang terus diwariskan. 

Prosesi yang Penuh Makna 

Upacara Cuci Parigi Pusaka dimulai dengan penyambutan megah saudara dari negeri adat Andan Orlima, yang dianggap masih satu garis keturunan dengan Andan Orsia (Lonthoir). Para sesepuh adat dijemput bak raja dan ratu, diarak dengan kursi agar tak menyentuh setetes pun air. 

Pembukaan upacara ditandai dengan arak-arakan belang darat oleh 99 pria, diiringi tarian cakalele yang gagah, menuju parigi pusaka. Sebanyak 81 pria, yang masing-masing mewakili 9 anak tangga menuju sumur, ditugaskan membersihkan parigi.

Mereka mengenakan benang kuning di kepala, turun ke sumur dengan iringan tifa dan tarian adat. Air sumur ditimba hingga kering, diiringi tradisi saling siram dan menggosok tubuh dengan air serta lumpur, yang kemudian menjadi rebutan warga untuk dibawa pulang sebagai berkah.

Setelah sumur kering, kain gajah sepanjang 99 meter diambil dari rumah adat untuk membilas sisa air dan kotoran. 

Dari Maluku ke Blok M: Taman Literasi Martha Christina Tiahahu Hadir sebagai “Beranda Timur” di Jakarta

Kain ini lalu diarak oleh ratusan perempuan dari anak-anak hingga dewasa tanpa alas kaki, menuruni 360 anak tangga warna-warni Lonthoir menuju pantai untuk dicuci. Ritual ini dilakukan saat air laut surut, sehingga ketika pasang tiba, sumur kembali tergenang air bersih.

Menjaga warisan dan kebersihan jiwa lebih dari sekadar tradisi. Cuci Parigi Pusaka adalah upaya menjaga mata air yang menjadi sumber kehidupan warga Lonthoir. 

Ritual ini juga menyucikan hati dan jiwa masyarakat, mengajarkan nilai kebersihan lahir-batin, serta penghormatan pada leluhur. Dilaksanakan setiap dekade, upacara ini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga pengingat akan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu.

Dengan keindahan alam dan kekayaan makna, Cuci Parigi Pusaka adalah cerminan jiwa Maluku: kokoh, sakral, dan penuh cerita. Tradisi ini tak hanya memelihara sumur, tetapi juga menyatukan hati warga Lonthoir dalam satu ikatan budaya yang abadi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.