5 tradisi unik di maluku yang mencerminkan kekayaan budaya dan kebersamaan - News | Good News From Indonesia 2025

5 Tradisi Unik di Maluku yang Mencerminkan Kekayaan Budaya dan Kebersamaan

5 Tradisi Unik di Maluku yang Mencerminkan Kekayaan Budaya dan Kebersamaan
images info

Di tengah hamparan laut biru dan pulau-pulau yang memesona, Maluku menyimpan harta karun berupa tradisi unik yang telah mengakar selama berabad-abad. Dijuluki "Jaziratul Muluk," atau wilayah dengan banyak raja, provinsi kepulauan ini adalah mozaik budaya yang kaya, di mana nilai-nilai kebersamaan, pelestarian alam, dan harmoni sosial dijalin dalam setiap ritual adat.

Tradisi unik di Maluku, seperti Upacara Adat Sasi hingga Makan Patita, mencerminkan kearifan lokal yang menjaga keseimbangan ekosistem dan mempererat ikatan sosial. Dari larangan panen untuk melindungi laut hingga makan bersama yang menyatukan hati, setiap tradisi adalah cerminan nilai luhur yang tetap relevan di tengah arus modernisasi.

Warisan budaya ini bukan sekadar ritual, tetapi juga cerminan semangat gotong royong dan penghormatan terhadap leluhur, yang terus diwariskan kepada generasi mendatang untuk menjaga jiwa Maluku yang autentik.

Penduduk asli Maluku, telah mewariskan tradisi-tradisi unik yang tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, pelestarian alam, dan harmoni sosial.

Berikut ini kami sajikan lima tradisi dan kebiasaan unik masyarakat Maluku yang menarik sekaligus sarat dengan makna:

1. Upacara Adat Sasi

Upacara adat sasi adalah tradisi kolektif masyarakat adat di Maluku yang bertujuan menjaga kelestarian sumber daya alam, baik di laut maupun darat. Tradisi ini merupakan hukum adat yang melarang pengambilan hasil alam tertentu dalam jangka waktu tertentu, memungkinkan ekosistem untuk pulih dan menjaga keberlanjutan populasi flora dan fauna.

Sasi tidak hanya berfungsi sebagai upaya konservasi lingkungan, tetapi juga mencerminkan tata cara hidup bermasyarakat yang adil, dengan pembagian hasil panen yang mengutamakan kelompok rentan seperti janda, anak yatim, dan lansia.

Tradisi ini, yang telah berlangsung sejak ratusan tahun, tetap relevan hingga kini sebagai bentuk kearifan lokal yang mendukung pelestarian alam dan kebersamaan sosial.

2. Tradisi Pukul Sapu

Tradisi Pukul Sapu, yang dikenal juga sebagai Pukul Manyapu, adalah salah satu warisan budaya unik masyarakat Maluku, khususnya di Desa Morela dan Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Digelar setiap tahun pada hari ketujuh setelah Idul Fitri, tradisi ini menjadi momen yang dinanti warga untuk memperingati semangat persaudaraan dan keberanian.

Meskipun melibatkan aksi fisik yang tampak keras, Tradisi Pukul Sapu memiliki makna mendalam tentang solidaritas yang melampaui batas suku, agama, dan ras, mencerminkan nilai-nilai inklusif masyarakat Maluku.

Dengan sapu lidi sebagai alat utama, tradisi ini tidak hanya menarik secara budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memperkuat identitas lokal.

Pukulan sapu lidi yang dilakukan secara bergantian antar peserta melambangkan pengampunan, keberanian, dan semangat untuk menjaga harmoni sosial. Makna utama tradisi ini adalah memperkuat persaudaraan tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau ras, sebagaimana tercermin dalam partisipasi warga dari berbagai latar belakang.

3. Makan Kulfot

Tradisi Makan Kulfot adalah salah satu warisan budaya unik dari masyarakat Negeri Kian, Kecamatan Kiandarat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Tradisi ini diadakan setahun sekali, tepat pada hari ketujuh setelah Idul Fitri, yang dikenal sebagai "Lebaran Kedua" atau "Hari Raya Tujuh."

Makan Kulfot dilaksanakan di masjid setempat, tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas keberhasilan perempuan yang menjalankan puasa tujuh hari sebagai pengganti puasa Ramadan yang terlewat, misalnya karena alasan kesehatan atau kehamilan.

Meskipun awalnya ditujukan untuk perempuan, tradisi ini juga diramaikan oleh laki-laki, mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat Maluku. Dengan hidangan khas yang sederhana tapi sarat makna, Makan Kulfot menjadi simbol rasa syukur dan solidaritas komunal.

Makan Kulfot bukan sekadar acara kuliner, tetapi juga ritual keagamaan dan budaya yang mengakar kuat di masyarakat Negeri Kian. Tradisi ini diadakan untuk menghormati perempuan yang melaksanakan puasa sunah tujuh hari setelah Idul Fitri, sebuah praktik yang dianggap sebagai bentuk penyempurnaan ibadah Ramadan.

Tradisi ini juga mencerminkan nilai-nilai leluhur yang masih terjaga hingga kini. Kulfot, sebagai hidangan utama, bukan hanya makanan, tetapi juga simbol kebersamaan dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. 

4. Tradisi Cuci Negeri

Tradisi Cuci Negeri, atau dikenal sebagai Nyuci Negeri di Negeri Soya, Ambon, adalah salah satu warisan budaya Maluku yang kaya akan makna spiritual dan sosial. Dilaksanakan setiap minggu kedua bulan Desember, upacara ini dipimpin langsung oleh Upu Latu atau raja negeri, tokoh adat yang memiliki otoritas simbolis dalam masyarakat. Lebih dari sekadar ritual pembersihan lingkungan,

Tradisi Cuci Negeri bertujuan untuk mensucikan hati dan pikiran warga dari emosi negatif seperti dengki, perseteruan, atau saling curiga, sekaligus memperkuat harmoni sosial. Tradisi ini tidak hanya menjadi warisan turun-temurun, tetapi juga sarana untuk memelihara keberlangsungan hidup komunitas dan menanamkan nilai-nilai positif bagi generasi mendatang.

Dalam budaya Maluku, yang kental dengan nilai pela dan gandong (ikatan persaudaraan antar-negeri), tradisi ini menjadi momen refleksi kolektif untuk menghapus konflik, memaafkan, dan memperbarui komitmen hidup berdampingan secara damai.

5. Makan Patita

Makan Patita berasal dari kata "patita," yang dalam bahasa Maluku merujuk pada acara makan bersama secara seremonial. Makan Patita adalah salah satu tradisi budaya paling ikonik di Maluku, yang tidak hanya sekadar acara makan bersama, tetapi juga simbol kebersamaan, solidaritas, dan penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur

Mengutip jurnal penelitian berjudul Prosesi Seremonial dan Makna Makan Patita di Negeri OmaMaluku oleh Jenny Koce dan Ida Masinay, tradisi ini merupakan wujud nyata dari kekayaan budaya masyarakat Maluku yang mengedepankan harmoni sosial.

Tradisi ini diadakan dalam berbagai momen penting, seperti Perayaan Panas Pela, Panas Gandong, pelantikan raja, pembangunan baileo (balai adat), peringatan Hari Ulang Tahun Kota Ambon, serta acara-acara signifikan lainnya di Maluku. Dengan hidangan khas dan prosesi yang sarat makna, Makan Patita menjadi cerminan identitas budaya Maluku yang kuat dan inklusif. 

Tradisi-tradisi Unik yang ada di Maluku ini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Maluku: kebersamaan, kearifan lokal, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur.

Dari ritual Sasi yang melindungi ekosistem hingga Makan Patita yang mempererat hubungan sosial, tradisi-tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya Maluku tetap hidup dan relevan di tengah modernisasi.

Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Maluku tidak hanya menjaga identitas mereka, tetapi juga mengajarkan dunia tentang harmoni dan keberlanjutan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.