Marthen Indey merupakan seorang polisi yang bekerja pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ketika berusia muda, ia adalah salah satu polisi yang mahir dalam bidang mata-mata. Marthen mengawali karier sebagai polisi pada tahun 1934, saat ia sudah lulus dari Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat.
Mengenal Marthen Indey, Sejarah, dan Awal Perjuangan
Marthen Indey lahir di Doromena, Papua pada tanggal 16 Maret 1912. Di awal kariernya, Marthen bertugas sebagai seorang polisi Belanda di Papua. Namun, ketika dia bertemu dengan tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya adalah Sugoro Atmoprasojo, nasibnya berubah. Dia menjadi lebih nasionalis setelah pertemuan ini.
Marthen telah dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun sejak kecil. Marthen kecil sering membantu orang tuanya karena dia tinggal bersama keluarga angkat yang sederhana. Marthen kecil bekerja sebagai tukang di Dinas Pekerjaan Umum (Burgerlyk Openbaar Werken, BOW) di Ambon setelah tamat sekolah.
Marthen diangkat menjadi Wakil Komandan Polisi Jaga, atau Tweede Posthuiscommandant. Ia memimpin 31 anggota polisi jaga untuk menjaga di Kamp Tahanan Politik Boven Digoel. Di mana pun dia berada, Marthen mulai berkenalan dengan para pejuang, membangkitkan semangatnya untuk Indonesia. Setelah bertemu dengan para tahanan politik di Digoel, sikap Marthen terhadap pemerintah kolonial Belanda berubah.
Sasarannya Marthen adalah atasannya sendiri, Kontrolir Wegner, dan seorang pastor Belanda. Namun, sayangnya, upaya penangkapan tersebut tidak berhasil karena rencana pemberontakannya dibocorkan oleh salah seorang polisi yang merupakan anak buahnya sendiri. Marthen dan anak buahnya akhirnya dijatuhi hukuman delapan bulan di Pesnamman.
Peran dalam Proklamasi Trikora dan Integrasi Irian
Marthen bergabung dengan kelompok politik yang disebut Komite Indonesia Merdeka (KIM) pada tahun 1946, yang kemudian menjadi Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tahun 1962. Kemudian, pada tahun 1962, dia bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang dikirim ke Papua selama Tri Komando Rakyat (Trikora).
Di tahun yang sama, Marthen mengeluarkan Piagam Kota Baru, yang mengungkapkan keinginan kuat penduduk Papua untuk menjadi bagian dari Indonesia. Terakhir, wilayah Irian Barat resmi bergabung dengan Indonesia. Wilayah ini kemudian disebut Irian Jaya.
Marthen diangkat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dari tahun 1963 hingga 1968 atas jasanya. Selain itu, selama dua puluh tahun, ia diangkat sebagai mayor tituler dan sebagai kontrolir diperbantukan Residen Jayapura.
Akhir Hidup Marthen Indey dan Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional
Marthen menikah dengan Agustina Heumassey. Mereka memiliki dua anak: Frans Marcelino Charles Engelbert Indey dan Fikena Soroway Indey. Keluarganya sangat membantunya dalam perjuangannya.
Pada usia 74 tahun, Marthen Indey meninggal dunia pada 17 Juli 1986. Namun, perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia akan tetap diingat. Pada 14 September 1993, Marthen Indey dihormati sebagai Pahlawan Nasional. Nama Marthen juga diabadikan sebagai nama rumah sakit milik TNI AD di Jayapura.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


