main di luar komunitas yang digagas para guru untuk mengajak siswa bermain saat liburan - News | Good News From Indonesia 2025

Main di Luar: Komunitas yang Digagas Para Guru untuk Mengajak Siswa Bermain Saat Liburan

Main di Luar: Komunitas yang Digagas Para Guru untuk Mengajak Siswa Bermain Saat Liburan
images info
  • Komunitas Main di Luar adalah komunitas bermain yang mempertemukan anak-anak dengan beragam latar belakang.
  • Komunitas ini bisa diikuti oleh anak-anak dari berbagai sekolah dan usia. Komunitas Main di Luar hadir di Bandung dan Salatiga.

Main di Luar diinisiasi oleh para guru yang merasakan banyak keresahan dan dilatarbelakangi oleh siswa-siswi yang belajar di sekolah dan kurang melakukan aktivitas di luar ruangan. Mereka justru takut kotor dan lebih nyaman dengan gawai di genggaman.

Selain itu, kegelisahan orang tua juga menjadi motivasi terbesar. Para orang tua berharap anak-anak mereka mampu mengeksplorasi lebih di luar rumah.

FAMILI, Ambisi Wujudkan Ruang Aman dan Ramah Anak di Bumi Sulawesi

Semangat Para Guru Mendidik Siswa

Guru adalah pendidik, bukan sekadar pengajar. Jika ditilik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “mendidik” berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan). Sedangkan, “mengajar” berarti memberikan pelajaran; melatih; memarahi (memukuli, menghukum, dan sebagainya) supaya jera.

Dalam hal ini, fungsi mendidik jelas lebih luas di segala aspek, bahkan di dalamnya mencakup mengajar.

Maka, inilah pengabdian para guru yang ingin memberikan lebih; menyediakan waktu dan tenaga untuk membuat komunitas Main di Luar agar para siswa bisa bergerak di luar rumah. Jika Senin—Jumat para guru mengajarkan pelajaran, saat Sabtu & Minggu para guru ini mendidik para siswa dengan cara bermain.

“Kami yang berlatar belakang guru, sepakat untuk membuat sebuah kegiatan yang bisa mempertemukan anak-anak dengan latar belakang berbeda, sekolah berbeda, usia berbeda.”

Alamsantri, Tempat Belajar dan Bermain Para Calon Penggerak Pertanian Berkelanjutan

Serunya Bermain di Luar

Tidak ada yang menyangka bahwa kegiatan Main di Luar menarik banyak peserta. Pertama kali digelar pada 1 November 2019 di sebuah taman di kota Bandung, komunitas ini terus tumbuh dengan keterlibatan anak-anak yang cukup banyak. Bahkan, Main di Luar kini juga telah hadir di Salatiga, Jawa Tengah.

Komunitas Main di Luar mengonsep liburan sekolah sebagai waktu yang tepat untuk menjelajah alam. Mempertemukan beragam usia dan latar belakang, komunitas Main di Luar mengajak anak-anak untuk berani bersosialisasi dengan orang baru. Tidak dapat ditampik bahwa saat pertama bergabung, mereka kerapkali merasakan canggung dan malu.

Akan tetapi, keseruan saat bermain justru dapat mendorong mereka untuk membangun kerja sama yang lebih erat. Bahkan, para peserta yang lebih tua telah memiliki naluri untuk membantu dan membimbing peserta yang lebih muda.

“Jumlah anak yang mendaftar dan kebahagian mereka, serta cara anak-anak berusaha untuk bersosialisasi dengan teman baru membuat kami untuk melanjutkan program-program yang sudah kami buat," terang komunitas Main di Luar.

Ndalem Kerto: Destinasi Wisata di Ponorogo untuk Bermain dan Belajar di Alam

Program-Program Seru Komunitas Main di Luar

Telah hadir lebih dari lima tahun, komunitas Main di Luar aktif menggelar berbagai kegiatan, seperti dongeng, permainan tradisional, melukis.

Beberapa program favorit seperti Cerita Ceria, Outing Playdate, My Art Fest, hingga Sabtu Ngabuburit Seru selalu dinanti setiap pekan atau saat liburan sekolah.

Tak hanya anak-anak, kegiatan juga melibatkan keluarga agar hubungan antaranggota keluarga makin dekat lewat “Main Bersama Keluarga.” Salah satu aktivitas yang harus dicoba bersama keluarga adalah lomba menghias kue.

Menariknya, program mereka kini dilirik oleh sekolah-sekolah dan universitas di Bandung dan Jawa Tengah untuk kolaborasi. Komunitas ini bahkan menjadi salah satu yang lolos seleksi Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget batch 1 yang digelar GNFI—bukti bahwa upaya mereka mendapat pengakuan yang lebih luas.

Visi dan Nilai yang Dibawa

Meminjam kutipan Fred Rogers, “permainan adalah pekerjaan anak-anak.”

Komunitas ini memiliki misi yang kuat: membangun budaya bermain yang inklusif dan menyenangkan, agar setiap anak merasa diterima, aman, dan bebas berekspresi. Mereka percaya bahwa kemandirian dan keberanian anak bisa tumbuh dari pengalaman langsung di lapangan—bukan hanya dari buku atau layar.

Tak heran jika dalam setiap kegiatan, anak-anak yang lebih tua diajak untuk membimbing adik-adiknya. Di sinilah proses belajar sosial itu berjalan. Anak-anak belajar mengatasi rasa takut, mencoba hal baru, dan belajar dari kegagalan.

Semua itu dikemas dalam aktivitas yang menyenangkan dan bebas tekanan.

“Kemandirian, semangat, kepolosan, dan ketulusan anak-anak benar-benar menjadi inspirasi bagi kami,” tandasnya.

Main di Luar dapat menjadi opsi bagi anak untuk beraktivitas outdoor saat akhir pekan. Bagaimana, apakah Kawan akan mengagendakan bermain di luar rumah buat anak?

Sigupai Mambaco, Gerakan Literasi dari Aceh untuk Tumbuhkan Kecintaan Anak pada Buku

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.