Perasaan haru dan bangga terlukis jelas pada senyum tulus Teluning (41).
Betapa tidak, Artita Lindu Rilawati (19), anak yang dirawat sendirian sekaligus cucu satu-satunya di keluarga, berhasil masuk UGM sebagai calon mahasiswa baru tanpa tes. Artita, menyumbang cerita inspiratif di Indonesia; kisah anak penjual cireng sukses kuliah.
Artita akan menjadi bagian dari Gadjah Mada Muda—sebutan untuk mahasiswa baru UGM yang mengikuti kegiatan orientasi dan pengenalan lingkungan kampus—2025 nanti. Ia lolos jadi camaba UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Tidak hanya masuk tanpa tes; Artita, anak penjual cireng ini juga dibebankan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp0 per semester.
Artinya, Artita akan berkuliah di UGM secara gratis, tanpa membayar UKT tiap semesternya.
Jadwal SNBP, SNBT, Jalur Mandiri, dan Tips Lolos Masuk Perguruan Tinggi 2025
Perjalanan Masuk UGM Tanpa Tes
Ada cerita unik di balik tembusnya Artita sebagai camaba UGM.
Artita mendaftar Universitas Gadjah Mada (UGM) secara diam-diam. Ia tidak menceritakan prosesnya mendaftar kampus yang ada di Jogja itu kepada keluarganya.
Sebab, ibunya adalah single parent. Dengan penghasilan ibu sekitar Rp900 ribu per bulan dari menjual cireng—camilan khas Sunda yang terbuat dari tepung tapioka—berkuliah seolah menjadi mimpi bagi Artita.
Apalagi, sang ibu harus pulang pergi (PP) dengan rute Tegalrejo, Kota Yogyakarta—Purworejo, sehingga ongkos perjalanan juga diperlukan.
Akan tetapi, Artita adalah anak tunggal sekaligus cucu satu-satunya di keluarga yang tangguh, mandiri, dan banyak akal.
Diam-diam, ia mengumpulkan berbagai informasi terkait perguruan tinggi, utamanya UGM. Sebab, menjadi bagian keluarga dari Kampus Biru adalah impian besarnya sejak SMA.
Cerita Perjuangan di Balik Berdirinya Rumah Ibadah 6 Agama di UGM
Pengumuman seleksi SNBP dirilis pada 18 Maret 2025. Nama Artita terpampang jelas di website SNPBM dengan keterangan lolos. Sebuah hadiah yang mengharukan di akhir masa sekolah.
Artita kemudian memberitahu keluarga saat ia resmi diterima di Prodi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM.
“Memang sejak kecil, karena cucu satu-satunya Artita ini selalu di rumah. Mandiri juga, tahu-tahu keterima di UGM, saya ini nggak ngeh,” tutur Teluning, ibunda Artita.
Artita juga mendapat beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100% atau UKT nol dari Universitas Gadjah Mada. UKT Rp0 jelas kabar baik bagi Artita.
“Saya sangat bersyukur sekali, bisa meringankan beban ibu untuk membiayai saya kuliah nanti,” ungkap Artita.
Jenis Biaya Kuliah di Universitas Negeri: Perbedaan BKT, UKT, dan IPI
Prestasi dan Aktivitas Artita yang Mengantarkannya Lolos UGM Tanpa Tes
Jalannya lolos UGM tanpa tes bukan diraih secara instan. Artita telah menabung prestasi sejak masih duduk di bangku sekolah,
Artita tercatat selalu berada di peringkat atas dengan nilai tertinggi. Bahkan, ia lulus dari SMAN 2 Yogyakarta dengan nilai yang memuaskan.
Berbekal ponsel pintar, Artita menerapkan strategi belajar secara giat. Ia menunjukkan tumpukan buku-buku di atas meja yang berisi latihan soal dan rumus yang menemaninya berlatih.
Jalin Kerja Sama, Mahasiswa UGM Berpeluang KKN Internasional di Timor Leste
“Biasanya latihan soal-soal pakai buku sama hp, setiap hari di ruang tamu ini,” ucapnya dikutip dari laman UGM.
Menurut pengakuannya, Sejarah Indonesia adalah mata pelajaran kesukaannya. Ada ketertarikan tersendiri saat memahami pola perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari zaman penjajahan hingga reformasi.
Selain cerdas di bidang akademik, Artita juga memiliki minat yang besar terhadap kesenian. Ia cukup menguasai menggambar dan melukis. Ia bahkan cukup lihat dalam menari. Artita pernah unjuk gigi di event sekolah membawakan tarian Harmoni Nusantara dan membawakan tarian kecak.
Prof. Sjafri Sairi: Guru Besar Antropologi di Balik Sejarah Jaket Almamater UGM
Sepenuh Hati Saling Mengisi dalam Keluarga
Jarak tempuh Telunung Purworejo—Yogyakarta untuk berdagang cukup jauh. Perlu waktu sekitar 1 jam perjalanan. Maka, waktu Teluning berinteraksi dengan putrinya cukup terbatas.
“Saya merasa kehilangan waktu bersama, karena harus pergi pagi pulang malam,” ungkap Teluning.
Meski demikian, keduanya bisa saling mengisi masing-masing peran. Dengan caranya sendiri, Teluning bisa memenuhi kasih sayang yang dibutuhkan anak semata wayangnya
“Saya ingat pesan suaminya dahulu agar bisa menjaga dan membesarkan Artita sepenuh hati,” kata Teluning dengan mata berkaca-kaca, Selasa (24/6).
Bolehkah Penganut Agama Lain Kuliah di Kampus Islam? Ini Cerita Unik Delia Yowanda Tanzil
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News