Indonesia memiliki berbagai institusi pendidikan dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari negeri, swasta, Islam, Kristen, Hindu, hingga umum. Masing-masing dari institusi tersebut memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri.
Jika sekolah atau kampus umum, baik swasta maupun negeri dapat menerima peserta didik dari agama apapun, bisakah kampus Kristen menerima mahasiswa dari agama lain, seperti Islam dan Buddha? Atau bisakah sebaliknya?
Jawabannya, bisa! Delia Yowanda Tanzil jadi jawaban, mahasiswi penganut agama Buddha yang berhasil menyelesaikan pendidikan di univeristas berbasis Islam.
Peluang Untukmu! Kemenpora dan LPDP Punya Beasiswa Bidang Keolahragaan, Tertarik Mencoba?
Siapa Delia Yowanda Tanzil?
Delia Yowanda Tanzil merupakan salah satu mahasiswi lulusan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha).
Menjadi keunikan tersendiri bahwa Delia berhasil menyelesaikan pendidikannya di universitas yang berbasis Islam di Aceh. Padahal, Delia Yowanda bukanlah seorang muslim, melainkan penganut agama Buddha.
Hal ini membuktikan bahwa institusi pendidikan meskipun dari latar belakang agama yang berbeda dapat menerima perbedaan, dalam hal ini perbedaan latar belakang agama.
Cara Mudah Cek Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi untuk Daftar Kerja
Bagaimana Perasaan Menjadi Minoritas di Universitas?
Pilihan Delia Yowanda untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) bukan berasal dari paksaan pihak manapun.
Delia Yowanda menuturkan bahwa Fakultas Psikologi Unmuha memiliki akreditasi baik sekali sehingga ia sendiri yang memutuskan untuk berkuliah di sana.
Dilansir dari situs resmi, Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) saat ini memiliki 7 Fakultas dengan 22 Prodi seperti Diploma 3 (D3), Sarjana (S1) dan Magister (S2) yang semuanya sudah terakreditasi baik Unggul dan Baik Sekali.
Menjadi minoritas, perempuan kelahiran 2001 asal Sibolga, Sumatera Utara ini mengaku tidak luput dari perasaan khawatir saat ia pertama kali memulai studinya di Unmuha pada tahun 2019 lalu.
Publikasi Ilmiah Internasional 2023 Meningkat Pesat, Delapan Perguruan Tinggi Ini Jadi Kunci
Sebagai mahasiswi non-Muslim, ia bahkan sempat cemas apakah akan diterima di kampus Muhammadiyah yang sebagian besar mahasiswanya beragama Islam dan menerapkan aturan Islami.
“Saya merasa takut tidak bisa diterima di lingkungan kampus karena saya mahasiswa non-Muslim dan tidak menggunakan hijab, yang merupakan salah satu aturan wajib bagi mahasiswa lainnya yang sudah ditetapkan oleh universitas,” terang Delia, dikutip dari Unmuha.
Akan tetapi, kekhawatiran tersebut terpatahkan saat ia mulai berada di dalam kampus. Menurutnya, meski menjadi minoritas, ia tetap mendapatkan perlakuan yang sama dengan mahasiswa serta mahasiswi lainnya.
“Setelah saya mengikuti perkuliahan di Unmuha, mereka sangat terbuka dan tidak ada pembedaan antara mahasiswa Muslim dan non-Muslim, semuanya diperlakukan sama. Saya juga mendapatkan perlakuan yang baik dari pihak akademik, dosen maupun teman-teman perkuliahan,” imbuh Delia.
STAHN Jawa Dwipa Klaten Kini jadi Perguruan Tinggi Hindu Negeri Pertama di Jawa Tengah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News