Indonesia memiliki sosok penting di dunia Pendidikan yang telah berpulang pada Oktober 2019 di usianya yang ke 87 tahun. Namanya Prof. Dr. Henry Alex Rudolf Tilaar atau yang biasa dikenal dengan H.A.R. Tilaar. Selama masa hidupnya, ia telah menerbitkan 24 buku tentang pendidikan di Indonesia.
Kawan GNFI, penasaran bagaimana kehidupan H.A.R. Tilaar dari masa ke masa? Mari simak pembahasannya!
Latar Belakang Keluarga
H.A.R. Tilaar lahir di Tondano pada 16 Juni 1932. Ayahnya seorang kepala sekolah rakyat pada masa kolonial. Ibunya juga merupakan lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), sekolah yang setara dengan SMP pada masa kini.
Baca juga: Mengulik Sejarah MULO, Sekolah Umum Zaman Belanda yang Setara dengan SMP
Keluarga dari ibu H.A.R. Tilaar juga merupakan orang-orang berpendidikan yang salah satunya berhasil menamatkan sekolah di Belanda. Hal inilah yang membuat kedua orang tua H.A.R. Tilaar punya mimpi besar agar anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
Menjalani Masa Sekolah dalam Tiga Zaman
H.A.R. Tilaar baru menginjak usia 9 tahun saat Jepang berhasil menduduki Indonesia. Saat itu ia sedang menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS) bersama kakaknya.
Saat Jepang menginvasi, H.A.R. Tilaar terpaksa berhenti sekolah di HIS. Sebagai gantinya, ia masuk ke sekolah buatan Jepang di kelas 4.
Dalam buku Guru-guru Keluhuran (2010), ia menceritakan saat ia harus belajar bahasa dan budaya Jepang setiap hari di sekolah. Setiap pagi, anak-anak sekolah juga harus upacara menghadap ke Tokyo untuk menghormati Kaisar Jepang.
Baca juga: Menggali Sejarah Pendidikan Indonesia di Masa Pendudukan Jepang
Perang Dunia II berakhir, sekolah ala Jepang dihapuskan dan diganti dengan sekolah seperti masa Hindia Belanda. Kedua orang tua H.A.R. Tilaar membawa H.A.R. Tilaar beserta kakaknya ke pamannya dan akhirnya bisa melanjutkan sekolah di kelas 6 HIS.
Lulus dari HIS, ia melanjutkan pendidikan ke Noormal School, sekolah guru dengan pengantar Bahasa daerah. Lalu, ia melanjutkan ke Kweekschool dengan guru-guru Belanda tulen.
Berhasil lulus dari Kweekschool, ia menyandang gelar sebagai guru, profesi yang ia cita-citakan sejak awal.
Suami dari Martha Tilaar ini mengabdikan diri pertama kali sebagai guru di Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan selama dua tahun. Saat itu ia berkeinginan untuk seperti kakak-kakaknya yang berkuliah di ITB. Ia daftar kuliah di UGM tapi tidak punya uang untuk berkuliah di sana. Akhirnya, tahun 1961 ia berkuliah di UI sembari bekerja sebagai asisten dosen.
Setelah lulus dari UI, ia melanjutkan Pendidikan di University of Chicago dengan beasiswa USAID (United State Agency for International Development). H.A.R. Tilaar juga melanjutkan kuliahnya di Indiana University sampai mendapatkan gelar doktor. Banyak tawaran untuk menjadi dosen di Amerika Serikat, tapi H.A.R. Tilaar menolak. Ia lebih memilih menjadi dosen di negeri sendiri.
Sekembalinya dari Amerika, ia berkarier sebagai dosen di UI dan staf inti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) selama 22 tahun.
Pelajaran Berharga Bagi H.A.R. Tilaar di Masa Jepang
Kembali ke masa lalu, terdapat satu momen di mana H.A.R. Tilaar bertekad bulat ingin menjadi guru. Berawal pada tahun 1944, saat Jepang terdesak ketika sekutu mulai menyerang wilayah-wilayah Indonesia termasuk desa yang H.A.R. Tilaar tinggali.
Merujuk pada buku Guru-guru Keluhuran (2010), H.A.R. Tilaar menceritakan rumah keluarganya menjadi tempat persembunyian tentara Jepang bernama Kamimura yang ternyata merupakan seorang guru. Keberadaan Kamimura membuat keluarga H.A.R. Tilaar harus berpindah-pindah tempat.
Kamimura mengajarkan banyak hal tentang budaya dan etika pada Masyarakat Jepang. Kamimura juga menceritakan bahwa Masyarakat Jepang sangat menghormati guru. Menurut peribahasa Jepang, sosok guru lebih tinggi dari gunung tertinggi dan lebih dalam dari laut terdalam. Hal inilah yang selalu tertanam dalam diri H.A.R. Tilaar sampai akhir hayatnya.
Baca juga: Masa Depan Indonesia yang Berkualitas Ditentukan Oleh Guru, Ini Sebabnya
Berhasil Menulis Buku-buku Pendidikan di Indonesia
Karier H.A.R. Tilaar dalam pendidikan dilengkapi dengan pemikirannya melalui buku- buku yang ia tulis. Sejumlah buku tebal yang ia tulis telah merangkum berbagai permasalahan Pendidikan di Indonesia serta pemikiran dan inovasinya bagi perkembangan Pendidikan nasional.
Ternyata, di balik itu semua, terdapat satu alasan yang mengawalinya menulis buku tentang Pendidikan. Dalam buku Kaleidoskop Pendidikan Nasional (2012), diketahui bahwa H.A.R. Tilaar terinsipirasi untuk menulis buku Pendidikan Indonesia karena ia melihat bahwa orang dari luar Indonesia sering meneliti pendidikan di Indonesia dan menjadikannya buku yang terus dirujuk oleh praktisi-praktisi pendidikan di Indonesia.
Ia berpikir, mengapa bukan orang Indonesia yang menulis tentang pendidikan di negerinya sendiri? Berawal dari situ, ia mulai menulis dan menghasilkan banyak buku sebagai tanda sumbangsihnya bagi pendidikan di Indonesia.
Berikut daftar beberapa buku-buku karya H.A.R. Tilaar:
- Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI. Penerbit: Balai Pustaka, 1990.
- Manajemen Pendidikan Kajian Pendidikan Masa Depan. Penerbit: Rosdakarya, 1992.
- Analisis Kebijakan Pendidikan (karya Bersama Dr. Ace Suryadi). Penerbit: Rosdakarya, 1993.
- Lima Puluh Tahun Pendidikan Nasional: 1945–1995. Suatu Analisis Kebijakan. Penerbit: Gramedia, 1995.
- Membenahi Pendidikan Nasional. Penerbit: Rineka Cipta, 2002.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News