Belum lama ini, tepatnya pada 9 Juni 2025 kisah Kiko dan Maurin dari film 1 Kakak 7 Ponakan kembali berlanjut. Jika sebelumnya cerita mereka berdua hanya mendapatkan porsi yang terbilang sedikit, kali ini kemistri mereka lebih mendapat sorotan utama.
Kisah romansa mereka berdua kembali digarap oleh sutradara Yandy Laurens melalui film pendek yang dirilis di channel YouTube Sal Priadi. Bedanya, di film pendek ini yang mendapat sorotan utamanya adalah Maurin yang masih tetap diperankan oleh Amanda Rawles.
Kali ini juga ceritanya tanpa hadirnya 7 ponakan seperti filmnya dahulu. Berikut adalah sedikit analisa dan ulasan singkat dari film pendeknya yang berjudul “Kita Usahakan Rumah Itu”.
Inti dari Ceritanya
Berbeda dari film 1 Kakak 7 Ponakan, film ini berlatar di Sulawesi, bisa dibilang tempat masa kecilnya Maurin. Dibuka dengan dialognya dengan penjaga butik yang menggunakan bahasa daerah dan logat yang khas. Dirinya mengungkapkan kalau tempat itu dulunya adalah rumahnya, dia meminta izin untuk berkeliling untuk mengenang kembali suasana rumahnya.
Melalui film pendek ini, kita diajak bulak-balik kembali ke masa lalu, mengeksplorasi setiap sudut ruangan. Ketika kamera menyoroti angle dekat, suasana menunjukkan lingkungan kerja tempat jahit kain. Ketika transisi perpindahan angle lebih jauh, suasana berubah menjadi rumah masa lalu Maurin.
Pada akhirnya setelah banyak kembali ke masa lalu, ternyata Kiko memiliki rencana untuk melamar Maurin dengan cara yang sederhana. Terlepas dari akhirnya, di film pendek ini Yandy Laurens seolah membalikan peran keduanya.
Di sini yang memiliki peran menjadi pasangan suportif adalah Kiko. Yang di mana hal ini makin meyakinkan kalau mereka adalah pasangan yang cocok dan bisa saling mengerti satu sama lain.
Perjalanan Mengingat Masa Lalu
Kembali ke inti ceritanya, meski tidak menampilkan sebuah adegan atau bahkan narasi sedih. Tetapi disini Amanda Rawles memainkan peran yang seolah sedih. Bahkan perasaan sedih ini juga terasa oleh beberapa penonton, hal ini bisa dilihat dari kolom komentar yang dipenuhi curahan hati kalau mereka pun merasakan hal yang sama.
Hal ini seolah menyampaikan kalau mengingat memori masa lalu biasanya terasa sedih. Terlepas dari seperti apa memorinya, emosi yang umumnya muncul ketika mengingat masa lalu adalah haru dan terkadang membawa perasaan sedih. Sedih karena hal-hal yang terjadi sudah berlalu dan beberapa kenangan indah semasa kecil mungkin sudah tidak akan terulang kembali.
Cara Emosi Terbangun
Satu hal yang terasa spesial tentu datang dari akting Amanda Rawles. Transisi dari emosi berharap, kecewa, excited bercerita yang kemudian sedih, hingga haru meski sederhana tetapi akting dan gesture-nya terasa mewakili seseorang ketika mengenang sebuah memori masa kecil.
Dari Film untuk Sandwich Generation
Tentu kemistri juga hal yang punya peranan besar. Meski hanya mendapat peran kecil, tetapi apa yang dilakukan Chicco Kurniawan menunjukkan kalau dia akan selalu memperjuangkan pasangannya, menjadi lelaki yang suportif, dan akan selalu mendengarkan Maurin di kala dirinya cerita apapun.
Bagaimana Film Menceritakan Isi Lagu
Tetapi jika kembali menilai tentang ketepatan narasi dengan lagu. Tiga hal yang paling ditekankan yaitu tata ruang, rumah yang sederhana, dan kemudian penggalan dari bagian “berbincang tentang hari yang panjang”.
Tentu cerminan tata ruang di rumah yang sederhana mudah sekali untuk tersampaikan. Sepanjang filmnya Maurin menelusuri sudut demi sudut dan bercerita “dulunya disini ada ini”. Yang di mana itu juga merupakan gambaran dari perbincangan tentang hari yang panjang.
Aspek lainnya yang tidak kalah menarik adalah cara Yandy Laurens mengajak kembali ke rumah masa lalu dengan transisi perpindahan scene dan zoomout dengan fokus utama tetap pada Maurin. Seolah pesannya yaitu, mereka di tempat yang sama tetapi juga bisa merasakan suasana rumah masa kecilnya Maurin.
Sebuah Pesan Tentang Hal Sederhana
Terlepas dari semuanya salah satu pesan yang disampaikan sepanjang film tetapi tidak ditunjukkan secara langsung adalah Kiko menunjukkan banyak hal sederhana yang bisa berdampak besar.
Seperti salah satunya ketika dirinya melamar Maurin. Tidak perlu cara yang membutuhkan effort atau megah seperti di film-film. Karena pada akhirnya yang penting hanyalah mengungkapkan niat keseriusannya.
Tanpa disadari juga, segala yang diceritakan pada film ini adalah bentuk Kiko “Mengusahakan Rumah Itu”. Bukan rumah secara fisik, tetapi seseorang yang bisa dianggap dirinya sebagai “rumah”.
Meski tidak ada penilaian resmi tentang bagus atau tidaknya, belum ada seminggu film pendeknya rilis, videonya sudah mendapatkan 11 ribu likes dan kolom komentarnya dibanjiri dengan ungkapan perasaan yang sama dan mereka ingin melihat lebih banyak cerita Kiko dan Maurin.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News