menggali akar sejarah lewat hari purbakala nasional - News | Good News From Indonesia 2025

Menggali Akar Sejarah Lewat Hari Purbakala Nasional

Menggali Akar Sejarah Lewat Hari Purbakala Nasional
images info

Setiap 14 Juni, Indonesia memperingati Hari Purbakala Nasional, sebuah momen penting yang menjadi simbol awal mula kesadaran akan pelestarian warisan budaya bangsa. Penetapan tanggal ini berkaitan dengan lahirnya lembaga kepurbakalaan pertama di Hindia Belanda, yaitu *Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie*, yang didirikan pada 14 Juni 1913 melalui Surat Keputusan No. 62. Kehadiran lembaga ini menjadi tonggak penting dalam sejarah pelestarian dan penelitian benda-benda purbakala di Nusantara.

Kini, lebih dari satu abad setelah pendiriannya, Hari Purbakala Nasional terus diperingati sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya serta usaha panjang yang dilakukan oleh para arkeolog, peneliti, dan masyarakat dalam menjaga peninggalan masa lalu.

Jejak Lembaga Purbakala dari Zaman Kolonial hingga Modern

Sebelum berdirinya lembaga resmi, beberapa organisasi ilmiah telah memulai kajian dan dokumentasi situs-situs purbakala di Indonesia. Salah satu yang tertua adalah *Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yang berdiri pada 1778. Kemudian muncul organisasi lain seperti *Archaeologische Vereeniging* pada 1885 dan *Commissie in Nederlandsch-Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera* pada 1901. Semua lembaga ini menjadi cikal bakal terbentuknya dinas purbakala yang resmi dan terstruktur.

Transformasi Pasca-Kemerdekaan

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, berbagai lembaga peninggalan kolonial disatukan menjadi Dinas Purbakala pada tahun 1951. Langkah besar terjadi pada 1953 saat R. Soekmono, arkeolog pribumi pertama, mengambil kepemimpinan dan menggagas pembentukan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN). Pada dekade 1970-an, struktur kelembagaan ini dibagi menjadi dua: satu untuk riset dan satunya lagi untuk pelestarian, yang kemudian menjadi cikal bakal Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (DPCBP) yang dikenal hingga saat ini.

Aturan Pelestarian: Dari Monumenten Ordonantie ke Undang-Undang Cagar Budaya

Pada masa kolonial, perlindungan terhadap peninggalan sejarah diatur melalui Monumenten Ordonantie yang berlaku sejak 1931. Seiring perubahan zaman, Indonesia merumuskan regulasi baru yang lebih kontekstual, yakni Undang-Undang No. 5 Tahun 1992, yang kemudian diperbaharui menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Regulasi ini menjadi dasar hukum pelindung situs-situs purbakala di berbagai daerah, baik yang sudah populer maupun yang masih tersembunyi dari perhatian publik.

Ilmu Purbakala: Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan

Pelestarian benda dan situs purbakala bukan sekadar upaya menjaga artefak, melainkan juga menjaga ingatan kolektif suatu bangsa. Melalui penelitian arkeologi, masyarakat dapat memahami asal-usul kebudayaan, nilai-nilai tradisional, hingga teknologi masa lalu yang bisa menjadi inspirasi di masa kini.

Lebih dari itu, ilmu purbakala juga memberikan kontribusi dalam pemahaman terhadap dinamika lingkungan dan pola migrasi manusia. Penemuan jejak kehidupan purba tak hanya menjadi sorotan akademik, tetapi juga menjadi alat bantu memahami tantangan global seperti perubahan iklim dan keberlanjutan sumber daya.

Situs dan Warisan yang Mendunia

Indonesia memiliki berbagai situs purbakala yang telah mendapat pengakuan dunia, seperti Candi Borobudur dan Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, hingga sistem irigasi Subak di Bali. Tak hanya di Jawa, situs purbakala juga ditemukan di wilayah seperti Sumatra, Riau, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara.

Penelitian dan pelestarian terus dilakukan, termasuk melalui kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal. Peran lembaga seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) menjadi ujung tombak dalam mengelola serta memperkenalkan situs-situs tersebut kepada publik luas.

Peringatan Hari Purbakala Nasional menjadi momentum penting untuk mengajak masyarakat lebih peduli pada pelestarian warisan budaya. Kegiatan seperti kunjungan ke museum, pameran cagar budaya, webinar sejarah, hingga lomba edukatif telah banyak diselenggarakan. Kampanye media sosial dengan tagar khusus pun mampu menjangkau generasi muda dan membangun kesadaran bahwa sejarah bukanlah hal yang membosankan, melainkan penuh nilai dan pelajaran berharga.

Menjaga Warisan, Merawat Jati Diri

Masa lalu adalah cermin yang membentuk identitas suatu bangsa. Hari Purbakala Nasional mengingatkan bahwa warisan budaya bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga aset penting untuk masa depan. Melalui pelestarian, edukasi, dan apresiasi terhadap benda serta situs purbakala, masyarakat diajak untuk terus menjaga jati diri bangsa dan berkontribusi dalam membangun kebudayaan yang berkelanjutan.

Hari Purbakala Nasional bukan sekadar peringatan, melainkan ajakan untuk menghargai akar sejarah dan mengukuhkan komitmen menjaga warisan leluhur bagi generasi mendatang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.