Tahukah Kawan GNFI? Hakikat karya sastra adalah ciptaan yang lebih umum dikenal sebagai imajinasi. Imajinasi dalam karya sastra merupakan bentuk ungkapan yang mendalam dari individu. Lebih lanjut, karya sastra juga disebut sebagai refleksi kehidupan masyarakat.
Salah satu karya sastra berupa tulisan berdasarkan hasil ekspresi kreatif yang mendalam dari manusia adalah puisi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang berasal dari ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa terikat oleh irama, mantra, rima, susunan lirik, bait, dan sarat makna.
Dalam menganalisis puisi, terdapat dua aspek utama: struktur internal dan struktur eksternal. Struktur internal mengungkapkan makna yang lebih dalam, seperti tema, nada, suasana, emosi, dan pesan pengarang. Struktur eksternal mencakup tipografi, rima, irama, pilihan kata, dan gaya bahasa yang menampilkan keindahan puisi.
Tipografi memiliki peranan yang sangat penting karena memengaruhi cara pembaca memahami puisi. Tipografi merujuk pada pengaturan tata letak dan visual teks, termasuk penyusunan baris dan jarak.
Selain menunjukkan keindahan, tipografi juga memberikan makna tertentu pada puisi. Tipografi mencerminkan imajinasi pengarang dan keunikan dari setiap karya lho!
Penulis puisi memiliki kebebasan untuk mengekspresikan emosinya, tetapi tidak semua orang dapat memahami arti puisi karena imajinasi yang beragam. Tipografi memainkan peran penting untuk membantu pembaca menangkap maksud puisi dan menciptakan keselarasan makna antara penulis dan pembaca.
Penelitian yang berjudul "Menguak Makna di Balik Tipografi Bertingkat Sang Maestro Remy Sylado" dilakukan karena puisi karya Remy Sylado memiliki tipografi yang khas dan menarik.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran Bahasa Indonesia dan memberikan pemahaman mengenai tipografi dalam karya-karya puisi Remy Sylado.
Tahukah Kawan? Remy Sylado adalah seniman yang memiliki nama lengkap Yusbal Anak Perang Imanuel Panda Abdiel Tambayong. Ia lahir pada 12 Juli 1943 di Malino, Makasar, Sulawesi Selatan.
Remy memiliki banyak profesi, termasuk penyair, novelis, cerpenis, dramawan, kritikus sastra, musisi, penyanyi, penata rias, aktor, ilustrator, wartawan, dan dosen.
Ia melakukan penelitian mendalam untuk dunia penulisan, bahkan mencari bahan novelnya hingga ke perpustakaan luar negeri.
Dalam karyanya, Remy menggunakan tipografi bertingkat, yang memanfaatkan komposisi visual teks. Baginya, bahasa juga memiliki bentuk visual. Remy dikenal sebagai pelopor puisi mbeling, yang mendobrak pandangan estetika puisi yang terlalu teratur.
Puisi ini mengambil bahasa sehari-hari untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Penelitian dilakukan untuk menganalisis tipografi dalam karya sastra Remy Sylado.
Berikut adalah pemaparan hasil temuan yang peneliti lakukan dalam menganalisis tipografi beberapa karya sastra Remy Sylado
1. Puisi Berjudul "Olahraga"
Olahraga
orang kota
mengangkat barbel
di fitness centre
olahraga
orang desa
memacul tanah
di sawah ladang
yang satu
mencari sehat
karena anjuran
yang lain
menemukan sehat
karena telanjur
1990
Tipografi puisi ini terlihat memiliki struktur vertikal pendek-pendek. Perlariknya pendek dan membuat blok visual seperti naik turun. Tipografi yang terlihat seperti bertingkat ini menyerupai gerakan fisik naik turun sesuai dengan judulnya "Olahraga".
Terdapat juga tipografi pemenggalan perlarik yang berpola 3 larik untuk menyorot tindakan dan makna dari isi yang disampaikan. Contohnya:
Olahraga
orang kota
mengangkat barbel
di fitness centre
dan
Olahraga
orang desa
memacul tanah
di sawah ladang
Terdapat kontras isi yang terlihat dengan jelas karena tercipta dari tipografi puisi yang memiliki jumlah baris dan bentuk yang hampir seimbang dalam setiap topiknya. Dari puisi ini dapat terlihat tipografi memberi fungsi untuk membantu menekankan perbedaan antara dua dunia yang menunjukkan cara olahraga yang berbeda.
Ini bukan hanya kegiatan fisik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup dan filosofi.
Lalu tipografi dalam:
yang satu
mencari sehat
karena anjuran
yang lain
menemukan sehat
karena telanjur
Dari larik ini dapat dimaknai dan dilihat perbandingan tajam bahwa aktivitas orang desa mendapatkan sehat. Sebab, olahraga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari (tak sengaja diperoleh, tetapi didapat) dan orang kota mendapatkan sehat. Sebab, olahraga itu memang sengaja dilakukan
2. Puisi Berjudul "Menyingkat Kata"
Karena
kita orang Indonesia
suka
menyingkat kata wr. wb.
Maka
rahmat dan berkah Ilahi
pun
menjadi singkat
dan tak utuh buat kita
Tipografi puisi ini terlihat pendek-pendek terputus dan sederhana. Namun, ketika pembaca membaca puisi tersebut dengan tipografi khas Remy Sylado yang bertingkat ini dapat memaknai bahwa puisi ini berisi sindiran dan kritik sosial.
Karena
kita orang Indonesia
suka
menyingkat kata wr. wb.
Dalam penggalan larik di atas menunjukkan pola ekonomis yang mencerminkan judulnya "Kebiasaan Menyingkat". Tidak adanya pola rima yang ditemukan memberikan kesan bebas seperti percakapan sehari-hari.
Dalam puisi ini mengandung kritik terhadap kebiasaan menyingkat salam keagamaan "wr. wb" (dari "warahmatullahi wabarakatuh"), yang dianggap mereduksi makna sakral menjadi formalitas kosong. Dalam penggalan beberala larik di puisi ini terdapat efek ironi dan satir:
Maka
rahmat dan berkah Ilahi
pun
menjadi singkat
dan tak utuh buat kita.
Penggalan larik di atas disusun sebagai logika sebab-akibat dengan nada yang sinis. Tipografi memberikan tekanan pada "pun" dan "menjadi singkat" seolah-olah menyindir kebiasaan menyingkat di zaman sekarang hingga mereduksi makna spiritual.
3. Puisi Berjudul "Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan"
Jika
laki mahasiswa
ya perempuan mahasiswi.
Jika
laki saudara
ya perempuan saudari.
Jika
laki pemuda
ya perempuan pemudi.
Jika
laki putra
ya perempuan putri.
Jika
laki kawan
ya perempuan kawin.
Jika
kawan kawin
ya jangan ngintip
Tipografi puisi "Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan" memiliki struktur yang repetitif dan sejajar. Setiap bagiannya diawali dengan kata "Jika" dan diikuti dengan pasangan istilah laki-laki dan perempuan. Berikut penggalannya:
Jika
laki mahasiswa
ya perempuan mahasiswi
Pola ini diulang dan menciptakan irama yang stabil dan mudah diikuti. Larik puisi terlihat mencolok dengan tipografi bertingkat. Setiap larik dibuat singkat untuk memberi tekanan pada frasa agar pembaca dapat memaknai logikanya.
Repetisi membangun pola pikir logis: jika A maka B. Terdapat permainan kata "laki kawan → perempuan kawin" untuk menyindir logika sosial.
Juga terdapat sindiran dalam larik "Jika kawan kawin, ya jangan ngintip," yang menyindir kebiasaan masyarakat mencampuri urusan orang lain, terutama dalam relasi.
Setelah menganalisis tipografi dari tiga puisi karya Remy Sylado, Kawan GNFI menemukan bahwa tipografi puisi tersebut memiliki kesamaan tipografi bertingkat. Dalam puisi "Olahraga", tipografi vertikal pendek berbentuk blok visual.
Puisi kedua "Kebiasaan Menyingkat" menampilkan pola tipografi ekonomis dengan efek ironi dan satir. Puisi ketiga "Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan" memiliki tipografi repetisi yang menciptakan irama.
Dapat disimpulkan bahwa sastrawan Remy Sylado memiliki ciri khas tipografi bertingkat stabil.
Oleh : Jinan Lazuard Haila Rosihah (230210402108) dan Farira Thahira Sugiarto Putri (230210402062)
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News