Ada yang unik di Korea Selatan. Puisi garapan penyair kondang Indonesia, Chairil Anwar, ternyata ditampilkan di dua stasiun kereta bawah tanah atau subway di Kota Seoul.
Satu puisi legendaris karya Chairil Anwar yang berjudul ‘Aku’ disajikan dalam dua bahasa, Indonesia dan Korea. Puisi tersebut dapat ditemukan di Stasiun Yeouido Jalur 5 Peron 8-2 dan 8-3, serta di Stasiun Gangnam Jalur 2 Peron 3-3 dan 3-4 pada bagian screen door.
Uniknya, bukan hanya puisi Indonesia saja yang ditampilkan di sana. Beberapa puisi dari penyair-penyair termasyhur asal negara-negara sahabat Korea Selatan, seperti Inggris, India, Malaysia, Slovakia, dan lainnya juga ditampilkan.
Menukil dari situs resmi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul, Republik Korea, puisi-puisi asing yang disajikan di berbagai stasiun di daerah Metropolitan Seoul itu merupakan bagian dari Program Puisi Multinasional yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Seoul.
Pemerintah setempat menggandeng kedutaan besar dari berbagai negara untuk menampilkan karya sastra khas negara mereka di jalur kereta bawah tanah. Menariknya, program untuk mengenalkan puisi di area subway ini sudah dimulai sejak 2008 silam.
Pada tahun 2023, bukan hanya puisi lokal, Pemerintah Kota Seoul (Pemkot) mulai memajang karya-karya puisi luar negeri atas rekomendasi kedutaan besar negara sahabat. Karya-karya itu dipajang di beberapa stasiun yang dipadati oleh wisatawan mancanegara.
Kawan GNFI, dengan adanya karya sastra dari berbagai negara di berbagai stasiun itu, Pemkot Seoul berharap wisatawan asing dapat merasa bangga karena karya asal negara mereka dipajang di sana. Di sisi lain, masyarakat Korea Selatan juga dapat belajar banyak karya sastra asing dari berbagai belahan dunia.
Megawati Hangestri Effect: Red Sparks Menggila, Pemain Voli Terbaik di Korea adalah Orang Indonesia!
Alasan Pemilihan Puisi Chairil Anwar, ‘Aku’
‘Aku’ merupakan salah satu karya terkenal yang dimiliki oleh Chairil Anwar. Puisi ini menggambarkan perjuangan seseorang yang mempunyai semangat tinggi dan pantang menyerah.
Dengan diksi yang indah dan tegas, ‘Aku’ menunjukkan bagaimana cara untuk mengekspresikan kebebasan dan semangat tanpa rasa takut lewat untaian kata penuh makna. Tak hanya itu, berkat karya-karyanya yang ‘berani’, Chairil Anwar juga dijuluki sebagai Bapak Puisi Indonesia Modern.
“Ia (Chairil Anwar) adalah simbol perjuangan kemerdekaan nasional pada masa penjajahan,” ungkap Zelda Wulan Kartika, Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Seoul, melalui Arirang Korea.
Zelda juga menyoroti bagian terakhir puisi yang berbunyi, “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, di mana bagian tersebut menyimbolkan semangat Chairil Anwar yang membara untuk hidup dalam keyakinannya dalam suatu hal yang ia perjuangkan.
‘Aku’ juga menegaskan bagaimana identitas seseorang dalam menghadapi tantangan hidup secara langsung, terlepas dari norma dan hambatan sosial yang ada. Cara Chairil Anwal untuk menyampaikan ide dan gagasannya ini dianggap tak lekang oleh waktu dan cukup relevan dengan budaya, khususnya Korea Selatan.
“Ide ini sejalan dengan misi kami untuk menguatkan hubungan bilateral, khususnya untuk mempromosikan pertukaran budaya antara Indonesia dan Korea,” sebutnya.
Di sisi lain, Zelda juga menyampaikan keinginannya untuk memperkenalkan penyair lokal terkemuka lainnya, seperti Leila Chudori. Leila dikenal sebagai seorang sastrawan yang beberapa kali menyoroti kekacauan politik hingga pengasingan di Indonesia.
Ia dianggap berhasil mengemas beberapa topik yang dianggap tabu di masyarakat tradisional lewat goresan tulisannya. Salah satu karyanya yang sangat terkenal adalah novel yang berjudul Laut Bercerita.
Tak hanya itu, Zelda juga berharap karya sosok legenda, seperti Sapardi Djoko Darmono turut ditampilkan kepada masyarakat global. Pujangga satu ini dikenal dengan karya-karyanya yang gaya penulisannya yang sederhana, mudah diingat, dan memiliki makna yang sangat dalam.
RI Dukung Perdamaian di Semenanjung Korea, Apa Sebenarnya Penyebab Korsel dan Korut Tidak Akur?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News