selamat hari puisi nasional mengenal majas sebagai unsur puisi - News | Good News From Indonesia 2025

Selamat Hari Puisi Nasional! Mengenal Majas Sebagai Unsur Puisi

Selamat Hari Puisi Nasional! Mengenal Majas Sebagai Unsur Puisi
images info

Setiap tanggal 28 April terdapat peringatan Hari Puisi Nasional sebagai momentum pelestarian seni berpuisi yang mewarnai dunia sastra Indonesia. Pemilihan tanggal tersebut diusulkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berdasarkan tanggal wafatnya Chairil Anwar selaku penyair terkenal Indonesia.

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang umum kita ketahui sejak kecil. Selain karena sudah kenalkan sejak kecil melalui kurikulum, puisi juga dikenal karena merupakan media tulisan yang dapat menyampaikan perasaan maupun suasana hati kita secara bebas dan bisa sebagai persembahan bagi seseorang atau sesuatu.

Baca juga: Hari Puisi Nasional, Menilik Kembali Sejarah Puisi di Indonesia dan Sosok di Baliknya

Unsur-Unsur dari Puisi

Puisi sebagai karya sastra memiliki unsur-unsur pembangun sehingga dapat berbunyi indah, menjadi wadah bebas berekspresi, serta media hiburan bagi pembaca. Unsur-unsur puisi terdiri atas unsur yang di terkandung di dalam puisi (intrinsik) dan unsur yang berasal dari luar puisi (ekstrinsik), dilansir dari Repositori Institusi Kemendikbudristek.

Unsur intrinsik ini mencakup poin-poin sebagai berikut.
1. Diksi atau pemilihan kata
2. Daya bayang atau imaji
3. Majas
4. Bunyi
5. Rima
6. Ritme
7. Tema

Unsur ekstrinsik ini mencakup poin-poin sebagai berikut.
1. Aspek historis
2. Aspek psikologis
3. Aspek filsafat
4. Aspek religius

Pengertian Majas

Majas atau bisa juga disebut bahasa kias adalah salah satu bentuk penyimpangan bahasa, yaitu menyimpangnya makna dari arti sebenarnya sebuah tulisan. Artinya penulis dengan sengaja memanfaatkan bahasa untuk menghadirkan makna tidak langsung. 

Menarik sekali, bukan, Kawan GNFI? Majas sebagai bentuk kebebasan dalam menulis puisi menjadi salah satu daya tarik karya sastra ini karena setiap puisi berbeda-beda keindahannya sehingga memunculkan keberagaman yang menunjukkan kekayaan dari sastra Indonesia. 

Fungsi Majas

Fungsi majas ada banyak, tetapi jika dirangkum secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Membangkitkan tanggapan pembaca
2. Memadatkan ekspresi puitik
3. Mengedepankan kecenderungan tematis
4. Mengonsentrasikan makna
5. Sarana/media ungkapan terhadap sesuatu yang berdimensi jamak dalam bentuk sesingkat-singkatnya.

Jenis Majas

Jenis-jenis majas secara umum menurut Abrams (1981) dapat dikelompokkan menjadi simile, metafora, metonimia, sinekdoke, dan personifikasi.

1. Majas Simile

Majas simile adalah majas yang membandingkan bentuk antara 2 hal atau wujud yang hakikatnya berbeda. Majas ini bersifat eksplisit atau tersurat, ditandai dengan kata seperti, sebagai, serupa, bagai, lak­sana, bagaikan, bak, dan ada kalanya juga morfem se-.

2. Majas Metafora

Majas metafora adalah majas yang membandingkan bentuk antara 2 hal atau wujud yang hakikatnya berbeda. Majas ini bersifat implisit atau tersirat. Kawan GNFI dalam memahami majas ini memerlukan pembacaan baris atau bait puisi secara keseluruhan.

Hal itu karena penulis biasanya menggunakan majas metafora untuk membangkitkan imajinasi kita melalui suatu suasana atau situasi yang secara wujud abstrak, tetapi dapat menjelaskan hal berwujud konkret karena melibatkan pengalaman pancaindra pembaca.

3. Majas Metonimia

Majas metonimia adalah majas yang menggunakan suatu kata atau frasa yang erat kaitannya dengan benda atau konsep yang dirujuk. Contohnya dalam puisi Goenawan Mohammad berikut yang diambil dari buku Parikesit halaman 22.

DI KOTA ITU, KATA ORANG, GERIMIS TELAH JADI LOGAM

Di kota itu, kata orang, gerimis telah jadi logam. Di bawah cahaya
Haripun bercadar, tapi aku tahu kita akan sampai ke sana.
Dan kita bercinta tanpa batuk yang tersimpan, membiarkan
gumpal darah di gelas itu menghijau. Dan engkau bertanya
Mengapa udara berserbuk di antara kita?

Lalu pagi selesai, burung lerai dan sisa bulan tertinggal
di luar, di atas cakrawala aspal.

Jika samsupun berdebu, kekasihku, juga pelupukmu.
Tapi tutuplah matamu, dan bayangkan aku menjemputmu,
Mautmu.
(dari: Parikesit, hlm. 22)

Kawan GNFI dapat memperhatikan akhiran baris pertama bait pertama puisi dengan awalan baris kedua bait pertama puisi yang berbunyi /...Di bawah cahaya/, /Haripun bercadar.../. Baris pertama menjelaskan situasi yang terang serta cerah, tetapi baris selanjutnya justru menunjukkan bahwa hari tersebut bercadar atau tertutup. 

Artinya, penulis berusaha menggambarkan atau menunjuk kepada sesuatu yang belum jelas, mungkin kekelaman, mungkin pula keremangan dengan menggunakan majas metonimia seperti contoh di atas.

4. Majas Sinekdoke

Majas metonimia adalah majas yang menggunakan bagian-bagian dari sesuatu hal dimaksudkan untuk mewakili keseluruhan hal itu. Contohnya kata 'tangan' untuk merujuk kepada seseorang atau kata 'nisan' untuk merujuk kepada pemakaman.

Majas sinekdoke berkebalikan dari majas metonimia dengan hubungan antara kata dengan hal yang diwakili masih berhubungan. Hal itu karena majas metonimia sangat abstrak dan sering kali tidak ada hubungan pasti antara kata yang ditulis dengan hal yang dirujuk.

5. Majas Personifikasi

Majas personifikasi merupakan pemberian sifat-sifat manusia pada suatu hal (bisa benda mati atau suatu tempat atau hal lain). Majas ini berbanding terbalik dengan majas simile dan majas metafora yang membandingkan sesuatu dengan hal-hal yang bukan/tidak manusia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.