Bagaimana jika sekumpulan orang-orang yang mempunyai minat yang sama berkumpul selepas bekerja untuk menyalurkan hobinya? Ini yang terjadi pada sebuah forum bernama Sketsa Pulang Kerja.
Biasanya, Sketsa Pulang Kerja melaksanakan kegiatan, rutinnya setiap hari Rabu jam 7 malam. Forum ini tersebar di berbagai kota di Indonesia dan bisa diikuti oleh siapa yang berminat pada gambar atau sketsa.
Pesertanya bisa langsung datang ke venue yang diumumkan pada sosial media. Sebelum hari Rabu, biasanya poster akan diunggah, lalu mereka yang berminat bisa berkumpul dan membuat sketsa bersama. Ruang dan perkumpulan ini seolah menjadi ruang untuk melepas penat dan kembali ke hobi setelah bekerja.
Karya ini biasanya bisa disimpan kembali. Namun, kali ini berbeda dengan yang ada di Jogja. Kumpulan gambar tersebut menjadi proyek bersama melalui pameran “Rabu Jam 7” Habis Kerja Terbitlah Sketsa.
Diikuti oleh lebih dari 30 seniman partisipan, Sketsa Pulang Kerja Jogja, menyulap ruangan di Bolo Space, Kotabaru, menjadi gambaran arena kerja yang bertaburan sketsa.
Karya dalam pameran ini adalah gabungan dari mereka yang pernah dan belum pernah mengikuti kegiatan SPK sebelumnya. Kolaborasi ini juga jadi panggilan terbuka bagi siapapun untuk mampir bergabung dalam kegiatan SPK.
A Fold In Time, Pameran Seni Kolaborasi 4 Negara tentang Waktu di Jakarta
Dinding-dinding dipenuhi karya-karya. Tepat dimulai pada Hari Buruh 1 Mei 2025, pameran ini akan berakhir pada 10 Mei 2025. Hari-hari pameran penuh dengan rangkaian acara seperti Walking Tour, Workshop Junk Jurnal (Mengelola sampah menjadi Jurnal), Workshop Zine bersama zinezanzun, Lalu juga ada dialog artist talk.
Karya-karya ditampilkan dalam suasana “ruang kerja”, yang biarpun dinamis dan berusaha mengakomodasi keunikan tiap individu yang turut di dalamnya, realitanya sering mudah berganti dan tidak permanen.
Bukan kebetulan juga bahwa pameran ini dibuka bersamaan dengan Hari Buruh. Melalui persimpangan hal-hal tersebut, kita bisa mengingat dan merayakan kembali identitas lain sosok-sosok pekerja di sekitar kita; yaitu sisi identitas yang lebih spontan, kreatif, dan humanis.
Dunia kerja modern kini cenderung menilai pekerja secara output-oriented. Pertanyaan umum yang kesannya basa-basi menyiratkan bahwa masyarakat lebih sering mengidentikkan dan menilai orang dari pekerjaannya.
Kadang kita lupa bahwa pekerja itu lebih dari sekedar roda gigi dalam mesin industri. Lupa bahwa orang yang bekerja juga memiliki kehidupan, pemikiran, dan karya di luar pekerjaan mereka.
Dan karenanya, tiap individu butuh wadah untuk tumbuh, berekspresi, menyampaikan gagasan dan perasaannya yang bermacam-macam itu.
Penyaluran dari kebutuhan ekspresi individu tersebut macam-macam: Mungkin ada yang memilih berolahraga, bermusik, berpuisi, dan sebagainya. Coret-coret atau mengsketsa juga termasuk salah satunya.
Coretan-coretan spontan, tuangan awal suatu kerangka pikiran, goresan atas pengamatan yang eksploratif. Itulah “sketsa” yang diangkat dalam pameran kecil ini. Seperti halnya mambaca buku bisa membuat kita seolah menyelami isi kepala si penulis, dengan memperhatikan sebuah sketsa, kita juga diberi kesempatan menerka pemikiran pembuat sketsa tersebut.
Bahkan dibandingkan melihat sebuah karya “jadi”, kita mungkin bisa melihat juga hal-hal yang lebih mendasar, naluriah, atau jujur.
Pameran “Rabu Jam 7” diwujudkan oleh komunitas Sketsa Pulang Kerja (SPK) cabang Jogja. Kegiatan rutin SPK sendiri menjadi komunitas terbuka sebagai wadah berkumpulnya teman-teman dari berbagai kalangan untuk beramah-tamah, berdiskusi, dan sekedar melepas penat selepas kerja dengan kegiatan coret-coret bersama.
Kolaborasi 8 Seniman Perempuan di Pameran Renjana Rencana Wacana Bencana
Atas inisiatif Sketsa Pulang Kerja dan berkolaborasi dengan Bolo Space, pameran ini terselenggara. Mudah-mudahan geliat seperti ini akan terus ada, semakin bermunculan seniman baru yang embrionya berawal dari semangat kekaryaan yang didasari proses bertumbuh yang inklusif dan tidak diskriminatif.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News