literasi digital melalui tren tiktok stecu stecu menyisipkan edukasi dalam gelak tawa - News | Good News From Indonesia 2025

Literasi Digital melalui Tren TikTok Stecu-Stecu, Menyisipkan Edukasi dalam Gelak Tawa

Literasi Digital melalui Tren TikTok Stecu-Stecu, Menyisipkan Edukasi dalam Gelak Tawa
images info

Dalam beberapa bulan terakhir, era digital semakin berkembang terutama aplikasi TikTok yang menjadi salah satu sarana utama untuk dapat berkomunikasi, berbagi suatu informasi, dan juga untuk berekspresi.

TikTok telah menjadi salah satu jaringan sosial paling diminati di kalangan anak muda. Berbagai tren, tantangan, dan konten-konten kreatif berkembang dengan begitu cepatnya di aplikasi berbagi video pendek ini.

Salah satu tren yang sedang maraknya dikalangan mahasiswa adalah trend “Stecu-Stecu”. Ini merupakan kebiasaan populer yang tengah ramai diperbincangkan serta digunakan untuk mengekspresikan reaksi berlebihan terhadap situasi yang sepele, seperti Wi-Fi yang mendadak mati atau kehabisan baterai ponsel.

Bagaimana fenomena sehari-hari bisa menghibur, dramatis, dan lucu, diperlihatkan melalui tren ini yang semakin lama semakin dibesarkan-besarkan.

Meskipun terdengar ringan serta hanya bertujuan untuk hiburan semata, tren ini tetap saja menyimpan peluang besar untuk digunakan di dalam penyampaian pesan yang lebih mendalam, terutama mengenai literasi digital.

Tren seperti “Stecu-Stecu” bisa menjadi sebuah sarana yang efektif untuk mengedukasi para pengguna.

Runway Digital, TikTok dan Gaya Baru Gen Z

Di balik segala canda dan kejenakaan tersebut, pentingnya etika digital, perlindungan data, serta kemampuan berpikir kritis di dalam dunia siber tetap dapat tersampaikan.

Literasi digital merujuk pada kemampuan individu untuk mengakses, memahami, memanfaatkan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui teknologi digital dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Literasi digital memiliki hubungan yang erat dengan tren TikTok “Stecu-Stecu”, yaitu fenomena viral yang berupa konten ringan dan kreatif yang banyak disukai oleh pengguna.

Melalui tren ini, pengguna dituntut untuk mampu memahami konteks hiburan, mengolah ide menjadi sebuah digital, serta bersikap kritis terhadap budaya viral di media sosial.

Tren stecu-stecu ini memperlihatkan bagaimana literasi digital diperlukan agar seseorang tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga dapat berpartisipasi aktif, kreatif, dan tetap etis di dunia maya.

Kita dapat memanfaatkan tren “Stecu-Stecu” ini untuk menyampaikan suatu pesan edukatif mengenai literasi digital, walaupun pada awalnya hanya sekadar hiburan semata saja. Sejumlah cara berikut ini bisa digunakan agar kesadaran mengenai literasi digital meningkat:

Etika Komentar, Berpikir Sebelum Berbicara

Salah satu tantangan signifikan yang sering muncul di platform media sosial adalah minimnya norma dalam berkomunikasi. Banyak individu dengan sembarangan memberikan komentar yang menyakitkan, menyebarkan kebencian, atau bahkan merendahkan orang lain.

Fenomena “Stecu-Stecu” dapat dimanfaatkan untuk menyoroti isu ini.

Sebagai contoh, sebuah video yang memperlihatkan seseorang berkomentar dengan cara kasar di suatu unggahan. Kemudian, diiringi ekspresi yang berlebihan dan audio “Stecu-Stecu”, dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya berhati-hati sebelum memberikan komentar.

Pesan tersebut bisa berupa: “Ucapan bisa menimbulkan rasa sakit, jadi mari kita lebih waspada saat memberikan pendapat.”

Verifikasi Fakta, Mencegah Hoaks

Fenomena ini bisa dimanfaatkan untuk mengingatkan masyarakat mengenai signifikansinya memvalidasi kebenaran informasi yang diterima.

Contohnya, dalam sebuah video TikTok, seseorang mungkin tampak cemas setelah memperoleh berita yang mengejutkan. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, berita tersebut ternyata merupakan hoaks.

Viral di TikTok, Ikan Remora Punya Alat Pengisap yang Bentuknya Mirip Jejak Sepatu

Dengan memanfaatkan audio drama “Stecu-Stecu,” kita dapat menyisipkan pesan yang menyarankan agar orang-orang memastikan kebenaran berita sebelum mempercayai atau menyebarkannya. Contoh pesannya bisa seperti ini: “Verifikasi informasi, jangan mudah terpengaruh oleh berita yang belum tentu akurat!”

Kesadaran Akan Jejak Digital

Jejak digital adalah jejak yang kita tinggalkan di internet melalui setiap postingan, komentar, dan aktivitas online lainnya. 

Dalam gaya “Stecu-Stecu”, kita bisa bikin konten yang menunjukkan seseorang yang tanpa sadar membagi informasi pribadi mereka dengan berlebihan di media sosial, dan kemudian menyisipkan pesan penting, seperti: 

“Ingat, setiap kali kamu membagikan sesuatu, itu bisa dilihat oleh orang lain selamanya!”

Keamanan di Dunia Maya, Melindungi Informasi Pribadi

Keamanan digital adalah hal yang sangat penting, terutama di era di mana data pribadi sangat mudah disalahgunakan. Di zaman sekarang, melindungi data pribadi kita itu krusial, apalagi ketika informasi tersebut bisa disalahgunakan dengan mudah.

Tren di TikTok bisa jadi alat untuk mengingatkan orang akan pentingnya melindungi data pribadi mereka agar tidak jatuh ke tangan yang salah.

Contohnya, kita dapat membuat klip yang menunjukkan seseorang yang secara ceroboh membagikan password akun media sosial mereka, yang jelas sangat berisiko.

Dengan latar suara “Stecu-Stecu” yang penuh drama, kita dapat menyisipkan sebuah pesan yang berbunyi seperti: 

“Berhati-hati, jangan sembarangan membagikan data pribadi dan sandi rahasia!”

Goodbye Google! Gen Z Kini Lebih Memilih TikTok untuk Mencari Informasi

Sebaiknya, tren ini tidak hanya dipandang sebagai sarana hiburan semata, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu platform edukasi yang kreatif. Edukasi mengenai literasi digital dapat disampaikan dengan cara yang ringan, lucu, tetapi tetap mengedukasi melalui konten yang mengikuti tren.

Selain itu, para konten kreator juga harus berperan aktif dalam menciptakan karya-karya yang tidak hanya untuk hiburan semata. Namun, juga mampu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bersikap bijak dan kritis dalam menghadapi dunia digital.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.