cerita unik dari klg lepas dari gadget anak keasikan dengan permainan tradisional - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Unik dari KLG: Lepas dari Gadget, Anak Keasyikan dengan Permainan Tradisional

Cerita Unik dari KLG: Lepas dari Gadget, Anak Keasyikan dengan Permainan Tradisional
images info

“Kita berkeyakinan penuh bahwa anak-anak suka gadget bukan karena cinta banget sama gadget, tetapi mereka tidak punya alternatif dan paparan yang selain gadget,” terang Wahyu Aji, CEO Good News From Indonesia (GNFI), dalam Webinar Sosialisasi Program Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget, Selasa (22/4/2025).

Sebuah wacana baru diungkapkan oleh CEO GNFI bahwa fenomena kecanduan gadget pada anak sebenarnya bukan sepenuhnya salah anak. Ada peran orang tua di dalamnya yang kurang aktif membatasi dan mendampingi saat screen time atau bermain gawai.

Dalam hal ini, orang tua seharusnya memiliki kontrol untuk melakukan pembatasan waktu bermain gadget serta konten-konten yang akan diakses oleh anak.

Anak Gampang Lupa dan Susah Fokus? Jangan-Jangan Pola Tidurnya Tidak Berkualitas

Orang tua berwenang untuk melakukan pengawasan pada anak setidaknya hingga umur 18 tahun. Sebab, menurut Undang-Undang Perkawinan, seseorang baru dianggap dewasa dan cakap untuk bertindak hukum setelah mencapai usia 18 tahun.

Selain membatasi penggunaan gawai, orang tua juga perlu mengenalkan hal-hal baru kepada anak. Misalnya saja pengenalan pada permainan tradisional, berkebun, melukis, dan aktivitas fisik lainnya.

Sayangnya, kondisi orang tua yang kadung lelah bekerja membuat peran-peran tersebut kerapkali belum terpenuhi.

Jangan Buru-Buru Dituntut Belajar, Anak Juga Perlu Waktu Lebih untuk Bermain!

Hal ini lah yang menjadi alasan Good News From Indonesia (GNFI) menggandeng Kampung Lali Gadget (KLG) untuk memberdayakan komunitas-komunitas peduli anak di seluruh daerah Indonesia lewat program Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget.

Program ini akan memberikan pelatihan, bootcamp, dan pendampingan selama 3 bulan bagi komunitas-komunitas terpilih yang bergerak pada misi menjauhkan anak dari paparan layar gawai. Proyeksinya, komunitas-komunitas ini berkembang seperti Kampung Lali Gadget di Sidoarjo yang terbukti mampu mengenalkan serunya bermain tanpa gadget.

Aji percaya, usaha kolektif yang dimulai dari komunitas masyarakat ini akan menjadi langkah kecil yang berdampak besar bagi anak-anak Indonesia.

“Kita percaya bahwa kita perlu banyak paparan seperti ini,” imbuhnya.

Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget oleh GNFI X KLG, Pertemukan Komunitas Demi Anak Indonesia

Bayang-Bayang Kecanduan di Balik Kelebihan Gadget

Achmad Irfandi, pencetus Kampung Lali Gadget mengamini apa yang diungkapkan Aji. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa gawai menawarkan kelebihan yang lebih unggul dibandingkan dengan manusia.

Kelebihan gawai bagi anak adalah mampu menghadirkan beragam solusi secara instan.

Kepraktisan yang ditawarkan ponsel pintar ini, mulai dari hal-hal lucu, menghibur, informatif yang dapat diakses dengan mudah, membuat anak betah berlama-lama hingga berpotensi kecanduan.

“Kita mau game online, klik, langsung keluar. Itu yang dialami anak-anak ketika berhadapan dengan gadget. Sedangkan kita sebagai orang dewasa kadang tidak seresonsif gadget, tidak seasik gadget. Itulah kenapa anak-anak milih gadget,” katanya.

Hal ini, imbuh Irfandi, menjadi tantangan terbesar bagi orang tua untuk mengenalkan atau menciptakan suasana seru, asik, dan menarik bagi anak.

“Saya juga masih mengalami kesusahan dengan hal-hal itu, terutama menyediakan waktu kita untuk anak-anak bermain, untuk hadir di sekitar anak, mendampingi anak. Itu godaannya besar sekali.”

GNFI dan Kampung Lali Gadget Dorong Gerakan Nasional Kurangi Ketergantungan Anak pada Ponsel

Magisnya Permainan Tradisional Bagi Anak

Permainan tradisional adalah salah satu terapi yang cukup efektif untuk menjauhkan anak dari paparan layar. Dalam permainan tradisional, ada banyak kelebihan yang ditawarkan, seperti melatih tingkat fokus, mengasah kemampuan interaksi, keberanian, ketangkasan, hingga rasa tanggung jawab yang dibetuk lewat kerja sama dalam tim.

Irfandi membeberkan cerita-cerita unik yang ditemui di Kampung Lali Gadget. Banyak anak-anak yang telah merasakan keseruan permainan tradisional, ada rasa ingin untuk terus bermain dengan teman.

“Kami ini bukan dokter, bukan psikolog tapi akhirnya orang melihat magisnya permainan tradisional dan upaya kita untuk dapat berdampak pada anak-anak yang kecanduan gadget. Ada anak usia TK yang tidak mau pulang. Itu risikonya kalau datang ke KLG, mereka gak mau pulang,” katanya.

Dampak nyata yang dialami oleh beberapa anak membuat GNFI dan KLG hadir dengan misinya untuk menularkan energi tersebut ke berbagai daerah. Lewat Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget, keduanya akan memberdayakan komunitas masyarakat agar dapat andil membantu anak melepaskan diri dari paparan layar yang semakin mengancam.

Menarik! Puluhan Siswa Taman Kanak-Kanak di Pekalongan Ikut Lomba Mencolet Kain Batik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.