gerakan 100 komunitas bermain tanpa gadget oleh gnfi x klg pertemukan komunitas demi anak indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget oleh GNFI X KLG, Pertemukan Komunitas Demi Anak Indonesia

Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget oleh GNFI X KLG, Pertemukan Komunitas Demi Anak Indonesia
images info

“Waktu itu melihat berita di televisi, RSJ di Bandung merawat banyak anak yang kecanduan gadget,” ungkap Achmad Irfandi, inisiator Kampung Lali Gadget.

Kecanduan gadget di Indonesia cukup memprihatinkan. Hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia 2020 menunjukkan, sebagian besar anak Indonesia (79%) usia di bawah 18 tahun telah menggunakan gadget untuk berbagai keperluan, termasuk bermain game.

Dari persentase tersebut, 25,4% di antaranya menghabiskan 5 jam per hari untuk bermain ponsel pintar. Padahal, idealnya, batas anak-anak menggunakan ponsel adalah 2 jam. Ini artinya, ada indikasi anak berada di tahap ketergantungan gadget.

Dampak dari penggunaan gadget secara terus menerus dan jangka panjang ini membuat anak mengalami hambatan perkembangan. Kondisi tersebut juga turut mengakibatkan anak-anak mengalami penurunan konsentrasi, kesulitan bersosialisasi, hingga depresi.

2021 lalu misalnya, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua Bogor menerima pasien anak usia 11 – 15 tahun untuk tujuan rehabilitasi. Dalam Januari – Februari 2021, ada setidaknya 14 anak yang menjalani rawat jalan.

Tidak Hanya Pesantren, Metode Sorogan Juga Bermanfaat bagi Kemampuan Baca Anak Usia Dini

Langkah Kecil untuk Tujuan Besar Bagi Anak Indonesia

Kondisi tersebut menjadi pemantik Achmad Irfandi untuk mendirikan Kampung Lali Gadget, sebuah gerakan kolektif yang menawarkan solusi untuk melepaskan ponsel pintar dari jangkauan anak-anak melalui permainan tradisional.

Kehadiran Kampung Lali Gadget berawal dari keresahan Achmad Irfandi dan teman-temannya saat melihat anak-anak yang lebih banyak berkerumun di warung dengan layanan internet. Bukan untuk belajar, sebagian besar dari mereka memanfaatkan jaringan internet untuk bermain game online.

“Pemantiknya pada 2018 banyak fenomena anak-anak di warung kopi mencari WiFi. Kondisi ini secara tidak langsung membuat anak mengalami perubahan karakter sehingga berani melawan orang tua dan tidak tahu waktu, tidak tahu waktu untuk belajar. Mengerikan. Itu yang membuat saya dan temen-teman resah dan mulai kegiatan bermain bersama anak-anak,” jelas Achmad Irfandi.

Kampung Lali Gadget terletak di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Beragam kegiatan dan permainan tradisional disiapkan sedemikian rupa untuk menciptakan keseruan di sana.

Kampung Lali Gadget yang biasa dikenal sebagai KLG ini mendorong anak untuk bersosialiasi dan berinteraksi. Tujuan utamanya, selain melepaskan diri dari jangkauan ponsel, anak-anak juga dilatih untuk bekerja sama tim untuk mencapai tujuan.

Anak Gampang Lupa dan Susah Fokus? Jangan-Jangan Pola Tidurnya Tidak Berkualitas

Pertemukan 100 Komunitas dengan Niat Baik untuk Anak Indonesia

“Saya percaya niat baik akan bertemu dengan niat baik yang lain,” tutur Wahyu Aji, CEO Good News From Indonesia (GNFI), dalam Webinar Sosialisasi Program Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget.

Keberadaan Kampung Lali Gadget menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas di Indonesia. Di berbagai daerah, komunitas dengan tujuan serupa tumbuh secara organik. Hanya saja, keberadaanya masih perlu dikenalkan ke masyarakat secara luas.

Good News From Indonesia sebagai media yang selalu berupaya menyebarluaskan kebaikan-kebaikan melihat hal ini sebagai kesempatan. Bersama dengan Kampung Lali Gadget, GNFI menghadirkan program Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget.

Tujuannya ialah menyatukan 100 komunitas dari seluruh Indonesia yang memiliki visi serupa, yakni mengurangi intensitas penggunaan gadget bagi anak lewat interaksi sosial, utamanya permainan tradisional.

“Kita percaya di setiap masalah itu ada orang-orang yang bukan hanya sedih dan putus asa, tapi dia bergerak dengan langkah kecil. Mungkin tidak banyak, tapi akhirnya diketahui orang dan menjadi langkah besar. Kita melihat banyak hal seperti itu,” imbuhnya.

Ia yakin, persoalan kecanduan gadget pada anak dapat dientaskan lewat masyarakat secara kolektif. Hal ini dilihat dari KLG yang juga pernah memenangkan penghargaan dari Astra Indonesia pada event SATU Indonesia Awards Tahun 2021.

Dewangga, Si Kecil Pegiat Lingkungan dengan Budi Daya Maggot hingga Mendapat Penghargaan

Oleh karena itu, GNFI berkomitmen untuk mempertemukan komunitas-komunitas di seluruh Indonesia untuk bersama-sama mencapai tujuan yang sama.

Lewat program ini, komunitas yang jadi peserta akan mendapatkan pelatihan, bootcamp, pendampingan selama 3 bulan, hingga akses ke jaringan komunitas.

“Kita juga tidak menyangka ketika kita membuat gerakan ternyata yang seperti KLG banyak banget. Ini bukti bahwa keinginan baik selalu bertemu dengan jalannya dan mudah-mudahan ini awal yang bagus bersama-sama untuk mengatasi persoalan ini,” tandas Aji.

Usai melakukan screening tahap 1 untuk menentukan 100 komunitas yang lolos, GNFI akan melakukan seleksi komunitas tahap 2 pada 28-29 April 2025. Pada tahap ini, akan diperoleh 50 komunitas yang lolos dan melanjutkan seleksi tahap akhir pada Mei nanti.

GNFI dan Kampung Lali Gadget Dorong Gerakan Nasional Kurangi Ketergantungan Anak pada Ponsel

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.