mengenal suku banjar dari asal usul falsafah hidup hingga kesenian khasnya - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Suku Banjar, dari Asal-Usul, Falsafah Hidup, hingga Kesenian Khasnya!

Mengenal Suku Banjar, dari Asal-Usul, Falsafah Hidup, hingga Kesenian Khasnya!
images info

Suku Banjar, yang dikenal juga sebagai Urang Banjar, merupakan salah satu suku asli Indonesia yang berasal dari Kalimantan Selatan. Komunitas Banjar juga tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta sejumlah wilayah lain seperti Riau, Jambi, Sumatra Utara, hingga Semenanjung Malaysia. 

Suku Banjar sendiri adalah penutur bahasa Banjar. Sebagai salah satu etnis pribumi asli Kalimantan, budaya Banjar diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia dan dianggap sebagai bagian penting dari warisan budaya nasional. 

Maka dari itu, penting bagi Kawan untuk mengenal suku Banjar yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa!

Legenda Putri Junjung Buih: Putri Raja dalam Hikayat Banjar

Asal-Usul Suku Banjar

Suku Banjar diyakini berasal dari campuran beberapa suku asli Kalimantan seperti Maanyan, Bukit, Ngaju, dan Lawangan, yang kemudian mengalami pengaruh kuat dari budaya Melayu dan Jawa. 

Secara historis, leluhur suku Banjar memiliki keterkaitan erat dengan masyarakat Dayak di Pegunungan Meratus, yang dikenal sebagai Dayak Meratus. Proses asimilasi budaya dan agama turut membentuk identitas suku Banjar, termasuk kedekatannya dengan suku Kedayan dan Dayak Kendayan. 

Menurut mitologi Dayak Meratus, suku Banjar (Pahuluan) dan suku Bukit berasal dari dua bersaudara: Bambang Basiwara—leluhur suku Banjar yang digambarkan cerdas namun lemah fisik—dan Sandayuhan—leluhur suku Bukit yang kuat dan tangguh. 

Seiring waktu, suku Banjar dikenal sebagai keturunan Dayak yang telah lama memeluk Islam dan mengadopsi unsur budaya Melayu, Jawa, Bugis, dan Cina, sehingga berbeda dari suku Dayak pedalaman dan sering disebut sebagai "Dayak pesisir."

Secara etimologis, istilah "Banjar" memiliki beberapa versi asal-usul. Dalam pandangan masyarakat Dayak, kata ini berasal dari bahasa Ma'anyan, yaitu Ulun Hakey, yang merujuk pada komunitas yang tidak mengonsumsi daging babi dan memiliki adat penguburan langsung tanpa proses pemakaman sekunder. 

Sementara itu, dalam Hikayat Banjar, istilah "Banjar" berasal dari nama sebuah kampung di tepi Sungai Kuin. Di kalangan Dayak Ngaju, komunitas ini dikenal dengan sebutan Oloh-Masih, yang sering dikaitkan dengan sub-etnis Banjar Kuala. 

 Masjid tradisional dengan daya arsitektur rumah adat Banjar @ Ezagren/wikimedia commons
info gambar

Pembagian Sub-Suku Banjar

Suku Banjar terbentuk dari perpaduan berbagai suku seperti Bukit, Maanyan, Lawangan, dan Ngaju, dengan pengaruh kuat dari budaya Melayu dan Jawa. Meskipun berasal dari campuran beragam etnis, akar dominannya tetap berasal dari suku Dayak. 

Dalam perkembangannya, suku Banjar terbagi menjadi tiga sub kelompok utama, yakni Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu, dan Banjar Kuala, yang masing-masing memiliki ciri khas dan latar belakang etnis yang berbeda.

Banjar Pahuluan berasal dari wilayah lembah sungai di kaki Pegunungan Meratus, merupakan hasil percampuran antara orang Melayu-Hindu dan Dayak Meratus. 

Banjar Batang Banyu menghuni lembah Sungai Bahan dan terbentuk dari gabungan berbagai etnis, termasuk Pahuluan, Melayu-Hindu/Buddha, Keling-Gujarat, serta beberapa kelompok Dayak dan Jawa Majapahit. 

Sementara itu, Banjar Kuala tinggal di wilayah Banjarmasin dan Martapura, dan merupakan hasil asimilasi dari berbagai komunitas seperti Kuin, Batang Banyu, Ngaju, Melayu, Bugis-Makassar, Jawa, Arab, dan Cina Muslim. 

Kosa Kata Bahasa Banjar Sehari-hari yang Harus Diketahui

Falsafah Hidup Suku Banjar

Budaya dan tradisi masyarakat Banjar terbentuk dari proses asimilasi panjang yang dipengaruhi kuat oleh ajaran Islam, yang diperkenalkan oleh pedagang Arab dan Persia sejak berabad-abad lalu. 

Nilai-nilai Islam ini meresap dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kesenian, tarian, musik, pakaian, permainan rakyat, hingga upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, dan peringatan penting lainnya. Tradisi dan norma sosial yang berlandaskan ajaran Islam terus dijaga dan dilestarikan.

Selain ajaran agama, falsafah hidup juga menjadi bagian penting dalam budaya Banjar. Misalnya, nilai baiman menekankan pentingnya iman dan pelaksanaan rukun Islam. Bauntung mengajarkan keterampilan hidup sejak dini agar mandiri, seperti menjahit, berdagang, atau membuat kerajinan sesuai daerah asal. 

Batuah berarti hidup harus memberi manfaat bagi orang lain, sementara cangkal mencerminkan semangat kerja keras dan kegigihan, yang membuat banyak orang Banjar merantau untuk mengubah nasib. Keempat nilai ini membentuk karakter Urang Banjar yang religius, terampil, dan pekerja keras.

5 Larangan dalam Mitos Pemali Banjar, Kalimantan Selatan
Kesenian Madihin khas Banjar @ Andri/Paris/Agus/Syadi/wikimedia commons
info gambar

Serba-Serbi Budaya Suku Banjar

Rumah Adat Suku Banjar

Seperti halnya etnis lainnya, masyarakat Banjar memiliki rumah adat khas yang disebut Rumah Banjar, dengan ciri arsitektur simetris dan ornamen unik di bagian atap. 

Dari beberapa jenis yang ada, Rumah Bubungan Tinggi merupakan yang paling dikenal karena dulunya menjadi tempat tinggal para pangeran atau raja di lingkungan keraton. Rumah adat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan status dan kedudukan sosial pemiliknya dalam masyarakat.

Berikut beberapa jenis rumah adat suku Banjar:

  • Rumah Bubungan Tinggi, tempat tinggal raja atau pangeran
  • Rumah Gajah Baliku, tempat tinggal saudara dekat raja
  • Rumah Gajah Manyusu, tempat tinggal "pagustian" (bangsawan)
  • Rumah Balai Laki, tempat tinggal menteri dan punggawa
  • Rumah Balai Bini, tempat tinggal wanita keluarga raja dan inang pengasuh
  • Rumah Palimbangan, tempat tinggal alim ulama dan saudagar
  • Rumah Palimasan (Rumah Gajah), tempat barang-barang berharga (bendahara)
  • Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung), tempat tinggal rakyat biasa

Pakaian Adat Suku Banjar

Masyarakat Banjar memiliki empat jenis pakaian adat yang mencerminkan akulturasi budaya dari berbagai zaman. Di antaranya adalah bagajah gamuling baulur luput, warisan dari masa kerajaan Hindu, dan baamar galung pancar matahari yang muncul seiring masuknya Islam. 

Selanjutnya, ada babaju kun galung pacinan, hasil perpaduan budaya Banjar dan Tiongkok, serta babaju kubaya panjang, kebaya sederhana yang mencerminkan keanggunan khas Banjar.

Pakaian Adat khas Banjar @ Putera Ramadhan/wikimedia commons
info gambar

Kesenian Khas Suku Banjar

Suku Banjar memiliki tradisi lisan yang kaya, dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina, yang berkembang sejak abad ke-18 dalam bentuk kesenian seperti Madihin dan Lamut. 

Madihin merupakan puisi rakyat berbahasa Banjar yang disampaikan secara lisan sebagai hiburan, dengan gaya khas yang mencerminkan folklor setempat. Sementara itu, Lamut adalah tradisi bertutur yang menyampaikan kisah bernuansa agama, sosial, dan budaya. 

Selain itu, ada pula seni teater tradisional Mamanda yang mirip dengan Lenong, namun menampilkan tokoh-tokoh khas kerajaan seperti raja, perdana menteri, hingga permaisuri.

Musik Khas Suku Banjar

Seni musik panting merupakan perpaduan berbagai alat musik seperti babun, panting, biola, dan gong yang menghasilkan irama khas Banjar. Instrumen utamanya, panting, adalah alat musik petik berukuran kecil yang mirip gitar gambus. Musik ini kerap digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian tradisional Banjar. 

Selain itu, masyarakat Banjar juga mengenal dua jenis gamelan, yaitu Gamelan Banjar Tipe Keraton dan Tipe Rakyatan.

Tarian Adat Suku Banjar

Seni Tari Banjar dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari yang berkembang di lingkungan istana (keraton) dan tari yang berkembang di kalangan rakyat. Tari keraton, yang dikenal dengan nama "Baksa" (dari bahasa Jawa beksan), menonjolkan gerakan halus dan elegan.

Beragam jenis tarian suku Banjar telah ada sejak zaman Hindu dan terus berkembang dengan penyesuaian terhadap kondisi saat ini, termasuk perubahan gerakan yang dianggap kurang sesuai dengan adat Islam. Beberapa tari Banjar yang terkenal antara lain Tari Baksa Kembang untuk menyambut tamu agung, Tari Baksa Panah, Tari Radap Rahayu, dan Tari Kambang Kipas.

Suku Banjar adalah salah satu etnis pribumi asli Kalimantan yang menjadi bagian penting dari warisan budaya nasional. Oleh karena itu, kelestarian budaya suku Banjar harus dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu aset utama bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ashnov Brillianto Ahmada lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ashnov Brillianto Ahmada.

AB
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.