Pengepungan di Bukit Duri segera hadir di bioskop. Film karya Joko Anwar ini menawarkan cerita yang berisi gabungan beragam isu sosial yang ada di sekitar masyarakat Indonesia.
Pengepungan di Bukit Duri adalah film yang diproduksi lewat kolaborasi antara Come and See Pictures bersama Amazon MGM Studios. Pengepungan di Bukit Duri dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 17 April 2025.
Mengusung genre drama-thriller, Pengepungan di Bukit Duri dikemas dengan ketegangan yang intens sejak awal hingga akhir film. Tak hanya itu, isu-isu sosial yang diangkat berserta aspek emosional dalam kehidupan keluarga jadi sajian yang disodorkan kepada penonton.
Antusiasme Tinggi, “Pengepungan di Bukit Duri” Gelar Nonton Duluan di Tiga Kota Besar
Sinopsis Pengepungan di Bukit Duri
Pengepungan di Bukit Duri bercerita tentang kehidupan pria keturunan Tionghoa bernama Edwin. Di Jakarta yang kental dengan masalah diskriminasi dan sentimen rasial, tumbuh besar dengan pengalaman buruk sebagai korban dari masalah tersebut.
Setelah beranjak dewasa, Edwin yang bekerja sebagai guru bergabung dengan SMA Duri, sekolah berisi anak-anak bermasalah. Tak hanya mengajar, Edwin juga membawa sebuah misi: Mencari keponakannya yang hilang.
Di SMA Duri, Edwin mengalami banyak masalah. Ia harus menghadapi geng murid yang menyukai kekerasan dan membenci orang Tionghoa, ditambah sosok pencarian keponakannya yang hilang belum kunjung usai. Bukannya menyelesaikan masalah-masalah tersebut satu persatu, Edwin justru dihadapkan dengan semakin rumitnya situasi hingga akhirnya kekerasan semakin memuncak dan erenggut nyawa orang-orang terdekatnya.
Joko Anwar mengatakan bahwa kisah dalam Pengepungan di Bukit Duri adalah potret bangsa ini, sekaligus pengingat untuk terus bercermin. "Pengepungan di Bukit Duri mengajak penonton untuk membuka pikiran kita tentang kekerasan yang bisa dibicarakan secara terbuka." katanya.
"Kadang, yang paling menakutkan bukan kekerasan itu sendiri, tetapi sistem yang membiarkannya tumbuh." lanjutnya.
Meleburkan berbagai isu sosial
Pada bagian awal, Pengepungan di Bukit Duri langsung mengangkat isu diskriminasi dan sentimen rasial. Seiring berjalannya cerita, satu persatu muncul pula isu-isu lain yang turut memberi warna dalam film ini.
Dengan sekolah latar belakang tempat, Pengepungan di Bukit Duri juga menyoroti bagaimana institusi pendidikan justru menjadi panggung kekerasan dan korupsi. Tak hanya itu, hubungan antaranggota keluarga yang sebenarnya tidak hanya dialami oleh Edwin, melainkan juga tokoh lainnya.
Nyatanya, beragam isu sosial yang diangkat memang benar-benar terjadi. Joko Anwar mengakui bahwa film ini memang berangkat dari keresahan akan budaya-budaya yang selama ini menghambat masyarakat untuk maju, dan semua itu berakar dari persoalan pendidikan.
"Beberapa budaya seperti kekerasan, korupsi, semuanya ternyata mungkin terkait dengan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia, sehingga kita menjadikan sekolah sebagai setting sentral dari cerita ini." tutur Joko Anwar kepada awak media, Kamis (10/4/2025).
Berita Membanggakan dari Festival de Cannes
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News