berita membanggakan dari festival de cannes - News | Good News From Indonesia 2025

Berita Membanggakan dari Festival de Cannes

Berita Membanggakan dari Festival de Cannes
images info

Dua anak muda Indonesia mengabarkan berita yang membanggakan dari negara Prancis karena karya film mereka yang sangat sederhana mendapatkan apresiasi di ajang bergengsi festival film—Festival de Cannes. Berita itu seakan menutup berbagai tayangan bernada negatif tentang anak-anak muda Indonesia, misalnya tawuran di jalanan, anak-anak muda yang menjadi pemalak, anak-anak SMP/SMA yang ditanya 4×3 saja tidak bisa menjawab (kalau yang ini kemungkinan dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi konten), serta anak-anak yang melawan gurunya, dan sebagainya. Maka, berita positif dari kedua anak bangsa di atas menunjukkan bahwa anak-anak muda itu "it is not that bad."

Berita yang membanggakan itu terjadi karena penghargaan di atas diberikan dalam ajang Festival Film Cannes, sebuah festival bergengsi di dunia yang dihadiri oleh para bintang film tersohor di planet ini. Festival Cannes atau dalam bahasa Prancisnya Festival de Cannes, yang pada tahun 2002 disebut Festival International du Film, adalah festival film tahunan yang diadakan di Cannes, Prancis, menayangkan film-film baru dari seluruh genre, termasuk film dokumenter dari seluruh dunia. Pertama kali diadakan pada tahun 1946, festival ini diselenggarakan setiap tahun (biasanya pada bulan Mei) di Palais des Festivals et des Congrès.

Disebut membanggakan bagi bangsa ini karena film pendek yang dibuat oleh dua mahasiswa, Rachmat Kurniawan Idham dan Azyd Aqsha, sangat sederhana dan lahir dari keisengan untuk mengisi waktu senggang. Dua sineas muda Indonesia itu awalnya hanya ingin membuat dokumenter sederhana. Tanpa disangka, proyek kecil mereka yang diberi judul The Atlantis Mussels justru membawa mereka melangkah ke salah satu panggung film paling prestisius di dunia, yaitu Festival Film Cannes.

Film dokumenter ini mengangkat kisah komunitas pesisir di Jakarta Utara yang menghadapi ancaman penurunan tanah akibat perubahan iklim global. Dalam keterbatasan sumber daya, mereka menemukan solusi kreatif dengan menggunakan cangkang kerang hijau untuk meninggikan permukaan tanah. Sebuah ide yang sederhana, tetapi memiliki dampak besar bagi kehidupan mereka.

Dari proyek yang hanya dikerjakan dalam hitungan hari, The Atlantis Mussels sukses memenangkan Best ShortDoc Award di Megacities-ShortDocs Film Festival 2024, yang akhirnya membawa film ini diputar di Cannes. Kisahnya membuktikan bahwa terkadang, langkah kecil yang diambil dengan tekad dan kreativitas bisa membawa seseorang jauh lebih dari yang dibayangkan.

Tak disangka, karya kedua pemuda itu menang dalam kategori The Best ShortDoc. Rachmat dan kawan-kawannya pun mendapatkan hadiah berupa uang tunai sebesar 1.000 euro atau Rp17,3 juta. Selain mendapatkan uang, sertifikat, dan penayangan dalam acara penghargaan di Paris, film mereka juga mendapatkan kesempatan untuk tayang di 9th Positive Cinema Week, bagian dari Festival Film Cannes 2024. Rachmat dan Azyd pun turut hadir untuk memperkenalkan karya mereka kepada pihak yang hadir dalam festival bergengsi tersebut.

Menurut Rachmat, salah satu faktor kemenangan The Atlantis Mussels adalah karena mengangkat isu yang berkaitan dengan perubahan iklim.

Bagi sebagian orang di negara kita, isu tentang perubahan iklim global atau global climate change bukanlah hal yang sangat penting. Namun, perlu diketahui bahwa isu tersebut menjadi perhatian yang sangat serius, terutama di negara-negara maju, karena perubahan iklim dapat menghancurkan wilayah-wilayah suatu negara, mengacaukan masa tanam produk pertanian dan perkebunan, serta menimbulkan distorsi perekonomian global. Oleh karena itu, isu tentang perubahan iklim sering dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan tingkat tinggi di dunia, misalnya di pertemuan negara-negara G7, G20, PBB, dan lain-lain.

Secara umum, banyak orang menganggap bahwa untuk bisa membuat film yang sukses dibutuhkan anggaran besar, kru yang banyak, para pemain yang cantik dan tampan, serta waktu produksi yang panjang. Namun, Rachmat dan timnya membuktikan bahwa yang terpenting bukanlah skala produksi, melainkan kekuatan cerita yang disampaikan. Kebetulan, cerita film mereka mengangkat perjuangan masyarakat pesisir yang sederhana dengan peralatan seadanya dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Itu merupakan kisah tentang ketangguhan suatu kelompok masyarakat di Indonesia untuk bisa survive atau bertahan dalam menghadapi persoalan berat seperti dampak perubahan iklim terhadap wilayah tempat mereka tinggal dan mencari nafkah.

Bravo, anak muda! Mahasiswa Indonesia!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AC
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.